Kerangka Penelitian TINJAUAN PUSTAKA

sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi, harmonis serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam serta melaksanakan nilai-nilai sradha dan bhakti Swastika, 2010. Dalam ajaran agama Hindu, sangat disalahkan jika terdapat perasaan berkorban dan dikorbankan. Semuanya adalah suatu pengabdian. Sangat keliru jika orang tua merasa berkorban untuk anaknya, begitupula sebaliknya. Seorang suami sangat keliru jika merasa berkorban dan terpaksa melakukan sesuatu untuk istri serta anaknya. Pada dasarnya semua pihak sadar dan paham bahwa semua yang dilakukan merupakan kewajiban pengabdian dengan jalinan kasih sayang diantara sesama anggota keluarga dan pelakasanaan amanat dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa Swastika, 2010.

C. Kerangka Penelitian

Masa remaja merupakan periode perubahan pubertas dimana terjadi perubahan fisik, kognitif dan psikososial dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Pada tahap ini merupakan masa mengintergrasikan seksualitas ke dalam identitas seseorang. Remaja akan dihadapkan dengan pencarian identitas yang di dalamnya terdapat peran keluarga, teman sebaya dan masyarakat. Remaja akan lebih sering membahas abatraksi seperti cinta, keadilan dan kebebasan. Para remaja putri lebih cenderung menghubungakan seks dengan cinta. Hal ini menyebabkan terdapat alasan untuk berubungan seksual pra nikah karena ingin menunjukkan rasa cintanya terhadap pasangannya. Ketika terjadi kehamilan tidak diinginkan terdapat remaja yang memutuskan untuk menikah. Padahal intimasi remaja berbeda dari intimasi orang dewasa yang melibatkan komitmen yang lebih besar, pengorbanan, dan kompromi. Perkawinan tersebut tidak hanya melibatkan sepasang suami istri melainkan melibatkan keluarga besar hingga masyarakat. Seperti halnya perkawinan yang terdapat di Bali. Remaja tersebut akan dihadapkan dengan tugas-tugas sebagai wanita Bali yang sudah menikah seperti kegiatan adat dan mendapatkan evaluasi keluarga besar. Seseorang yang sudah menikah akan dihadapkan dengan tanggungjawab terhadap upacara keagamaan yang diadakan secara teratur dan menyita sebagian waktu dan usaha. Remaja sering kali berasumsi bahwa hal yang dipikirkan oleh orang lain sama dengan yang dipikirkannya. Hal ini yang memberikan warna berbeda dalam pengalaman perkawinan karena memberikan beban yang lebih kepada remaja yang menikah karena mengalami kehamilan tidak diinginkan di Bali. Selain menikah karena keterpaksaan dan tidak adanya kesiapan, remaja tersebut dihadapkan dengan serangkaian tugas sebagai wanita Bali yang sudah menikah serta memiliki tanggung jawab moral.

D. Pertanyaan Penelitian