Struktur Umum Subjek AB

“Sejauh ini sih gak ada gimana-gimana kalo kakak masih diwakilin sama mertua. Orang-orang di banjar juga ngerti kayaknya, kakak tinggalnya jauh terus masih kuliah juga. Mertua kakak juga gak ada cerita apa-apa ya. Di sana itu banyak eh gak juga, ada lah yang nikah-nikah muda gini tapi gak tinggal di sana banyak tinggalnya di Denpasar atau kerjanya di Denpasar gitu. Jadinya kalo gak ikut kegiatan gitu jarang lah diomonging gitu kayakanya. Gak tau juga di belakang tapi kaliatannya kayak bukan hal baru juga di tempatnya kakak itu.” 37-38 “Tapi karena kakak jarang ikut-ikut kegiatannya jadi gak terlalu kenal sama orang disana. Jadinya kalau dateng ngobrolnya sama yang kakak kenal atau sering ketemu aja. Kalau yang enggak terlalu kakak kenal atau yang enggak kakak kenal, kakak enggak ajak ngobrol. Cuman yang kakak kenal- kenal aja.” 48 “Sebenernya gak enak, malu kalo misalnya gak pernah dateng tu takutnya nanti diomongin gak pernah mau datang gak mau berinteraksi gitu. Soalnya itu kan kewajiban juga kalo udah nikah. Jadi disempet-sempetin pulang ya walau cuma sehari tapi disempetinlah pulang, biar dapet nongol aja keliatan buat bantu- bantu. Tapi biasanya kakak kalo ada kegiatan, hari H nya kakak datengnya. Waktu odalannya atau waktu acara kawinannya. Bantu di hari H nya, kalo waktu proses persiapannya gak bisa bantu- bantu.” 40-42

c. Struktur Umum Subjek AB

Diawal perkawinan, AB menganggap perkawinan sebagai sesuatu yang tidak diinginkannya. AB merasakan adanya ketidaksiapan untuk menikah dan mengalami kebingungan untuk menentukan pilihan yang diberikan oleh figur otoritas seperti orang tua dan pasangan. AB merasa telah mengecewakan harapan orang tuanya. AB mengalami penolakan dari orang tua sehingga AB merasa kecewa terhadap orang tuanya. AB merasa stress selama menjalani proses mengandung. AB merasa dirinya tetap berharga karena diterima oleh pasangannya. Ketika menjalankan perkawinannya, AB berupaya untuk menjadi berguna sehingga dapat membantu pasangannya dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di dalam rumah tangganya. Namun, ketika menjalani perkawinannya AB merasa pasangannya kurang mengerti keinginannya. AB merasa malu dan terhukum karena telah melanggar norma masyarakat. Namun, ketika menjalankan perkawinannya AB merasa diterima oleh masyarakat. AB merasa masyarakat mengerti akan keadaannya yang masih diwakili oleh mertua ketika AB tidak dapat mengikuti kegitan adat. AB mengalami kecemasan akan adanya penolakan dari masyarakat dan merasa tidak dapat bersosialisasi dengan baik jika tidak mengikuti kegiatan adat karena kegiatan adat merupakan kewajiban ketika menikah. AB berupaya untuk mengikuti kegiatan adat sehingga dapat mengurangi kecemasan akan ditolak oleh masyarakat. Walaupun AB mendapatkan penolakan dari ibunya, AB merasa mendapatkan penerimaan dari mertuanya. AB merasa diperhatikan dan dibantu oleh mertunya dalam menjalankan perkawinannya dan perannya di masyarakat. AB merasa menjadi bergantung dengan mertuanya. AB mengalami kecemasan akan ada penolakan dari mertua jika tidak berperilaku sesuai dengan harapan mertuanya. AB berupaya untuk tidak membebani mertuanya dengan masalah pribadinya sehingga dapat mengurangi kecemasan akan adanya penolakan dari mertuanya. Perkawinan dianggap sebagai tanggung jawab baru dalam hidupnya. AB memiliki keinginan untuk menunjukkan kepada orang sekitarnya bahwa pilihannya untuk menikah sudah tepat.

2. Subjek AD