Pengalaman Perkawinan Pengalaman Perkawinan dalam Adat Bali

meningkatkan kemampuan kognitif dan kesadaran dari remaja tersebut Santrock, 2007. Remaja yang tiba-tiba mengandung akan memiliki kebingungan identitas atau peran, yang akan memperlambat pencapaian kedewasaan psikologis. Identitas terbentuk ketika remaja berhasil memecahkan tiga masalah utama: pilihan pekerjaan, adopsi nilai yang diyakini dan dijalani, dan perkembangan identitas seksual yang memuaskan. Erikson dalam Papalia, 2008 menjelaskan bahwa intimasi remaja berbeda dari intimasi orang dewasa yang melibatkan komitmen yang lebih besar, pengorbanan, dan kompromi.

B. Pengalaman Perkawinan dalam Adat Bali

1. Pengalaman Perkawinan

Sebuah perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974. Perkawinan ini bersifat sakral sehingga ikatan ini juga berfungsi untuk mengontrol hubungan seks yang layak pada suatu pasangan. Pernikahan adalah suatu yang sangat sakral dan tidak hanya melibatkan pasangan yang akan berkomitmen, namun terdapat orang lain yang memiliki bagian didalamnya seperti anak, mertua, saudara, keluarga besar serta masyarakat yang lebih luas lagi Kertamuda, 2009. Menurut Walgito dalam Kertamuda, 2009 terdapat hal yang harus diperhatikan untuk melangsungkan suatu perkawinan yaitu: kematangan fisologis, kematangan psikologis, kematangan sosial-ekonomi, jangkauan masa depan serta pengertian perbedaan pria dan wanita. Seseorang yang menikah harus siap dengan segala beban yang timbul dan bertanggung jawab penuh. Hal ini yang menentukan usia yang tepat untuk mulai membina perkawinan. Dari perkawinan yang dijalani oleh seseorang akan membentuk sebuah pengalaman. Pengalaman adalah suatu hal yang pernah dialami, dirasai dan dijalani Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Schwant dalam Polkinghorne, 2005 menjelaskan bahwa pengalaman hidup merupakan dunia berdasarkan pada bagaimana individu hidup, merasakan, mengalami, memberi rasa, serta pencapaian individu. Menurut Georgi, suatu pengalaman didasarkan pada pengalaman sebelumnya yang akan mempengaruhi pengalaman selanjutnya. Hal ini dikarenakan pengalaman bergerak secara berkelanjutan terus menerus. Menurut Rogers dalam Alwisol, 2010 pengalaman adalah segala sesuatu yang berlangsung di dalam diri individu pada saat tertentu, meliputi proses psikologik, kesan-kesan sensorik dan aktivitas motorik. Individu menanggapi dunianya berdasarkan realita subjektifnya. Hal ini yang menggerakkan tingkah laku individu tersebut. Untuk dapat memahami tingkah laku seseorang perlu memakai kerangka pandangan orang tersebut yaitu, persepsi, sikap dan perasaan yang dimiliki oleh seseorang tersebut dalam memandang dunia yang dimilikinya. Pengalaman perkawinan merupakan dunia yang didasari oleh suatu yang dialami, dirasai, dan dijalani seseorang dalam suatu ikatan lahir batin antara dirinya dan pasangannya dengan melibatkan anak, mertua, saudara, keluarga besar serta masyarakat yang lebih luas lagi.

2. Perkawinan dalam Adat Bali