Remaja yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan

baik jika mematuhi hukum yang berlaku dimasyarakat. Perkembangan moral bergerak dari kontrol eksternal terhadap standar sosial yang diinternalisasikan ke prinsip moral personal.

2. Remaja yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan

Kehamilan tidak diinginkan merupakan kehamilan yang terjadi karena tidak adanya perencanaan dan kesiapan terhadap kehamilan tersebut Monika, 2010. Hal ini akan memberikan dampak yang serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah, penyesalan, dan penyalahan diri. Akibat psiko-sosial lainnya adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah dari gadis menjadi seorang ibu. Terkadang menimbulkan cemoohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya Sarwono, 2008. Hal ini dikarenakan remaja sering kali berasumsi bahwa hal yang dipikirkan oleh orang lain sama dengan yang dipirkannya sehingga peristiwa ini akan mempengaruhi self-concept remaja tersebut. Remaja akan cenderung merasa gagal, mencemarkan nama baik keluarga, perasaan bingung, cemas, malu, bersalah bercampur dengan depresi, pesimis terhadap masa depan terkadang disertai dengan benci dan marah terhadap diri sendiri maupun pasangan hingga nasib. Remaja yang mengetahui dirinya mengandung akan mengalami perubahan pikiran, perasaan dan sikap. Pandangan masyarakat akan mempengaruhi pola pikir remaja yang melakukan hal tersebut sehingga akan berpikir bahwa dirinya bersalah sama seperti padangan masyarakat. Ditinjau dari psikoanalisa, rasa bersalah muncul karena ego ditekan oleh super ego. Ego dianggap melanggar norma-norma masyarakat. Bila rasa bersalah terus ada, bahkan terus ditekan oleh lingkungan masyarakat maka itu akan berkembang menjadi self blaming menyalahkan diri. Self blaming ini antara lain: berdosa, merasa terisolasi dari lingkungannya, berpikir buruk mengenai dirinya, dan menjadi sulit mempercayai orang lain menjadi tertutup. Terkadang remaja tersebut, menjadi tidak dapat menyalurkan emosi negatifnya seperti: kecemasan, malu, tidak berdaya, menyesal. Remaja tersebut akan mengingat kembali aturan moral yang ditanamkan orangtua, standar sosial, dan penilaian masyarakat. Remaja akan keluar dari fase aman menuju fase tidak aman. Ketika itu akan mulai muncul stressor-stressor dari internal maupun eksternal. Remaja yang mendapatkan dukungan dari orang tua akan memiliki self blaming yang tidak begitu besar Monika, 2010. Emosi berkaitan dengan harga diri. Emosi-emosi negatif seperti kesedihan, berkaitan dengan harga diri yang rendah, sementara emosi positif, seperti kegembiraan berkaitan dnegan harga diri yang tinggi. Remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan yang memiliki emosi negtif akan memiliki harga diri yang rendah. Pengaruh pengalaman lingkungan dapat memberikan kontribusi yang labih besar terhadap emosi remaja. Pengalaman yang menekan pada remaja akan sangat mempengaruhi perubahan dalam emosi remaja. Banyak remaja yang kurang mampu mengelola emosinya secara efektif walaupun meningkatkan kemampuan kognitif dan kesadaran dari remaja tersebut Santrock, 2007. Remaja yang tiba-tiba mengandung akan memiliki kebingungan identitas atau peran, yang akan memperlambat pencapaian kedewasaan psikologis. Identitas terbentuk ketika remaja berhasil memecahkan tiga masalah utama: pilihan pekerjaan, adopsi nilai yang diyakini dan dijalani, dan perkembangan identitas seksual yang memuaskan. Erikson dalam Papalia, 2008 menjelaskan bahwa intimasi remaja berbeda dari intimasi orang dewasa yang melibatkan komitmen yang lebih besar, pengorbanan, dan kompromi.

B. Pengalaman Perkawinan dalam Adat Bali