Loughlin dan Lewis dalam Wahyuni, 2011 diagnosis kesulitan belajar siswa dalam pelajaran matematika sangat cocok dengan analisis kesalahan karena
respon siswa dalam pelajaran matematika sebagian besar diberikan melalui jawaban tertulis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Davis dkk dalam
Wahyuni, 2011 yang menyatakan bahwa kesalahan siswa dalam banyak topik matematika merupakan sumber utama untuk mengetahui kesulitan siswa
dalam memahami matematika. Namun terlepas dari teori-teori tersebut, kesalahan dan kesulitan merupakan dua hal yang berbeda. Siswa yang
melakukan kesalahan belum tentu mengalami kesulitan. Oleh karenanya perlu adanya konfirmasi untuk memastikan bahwa siswa benar-benar mengalami
kesulitan dalam belajar. Kesulitan-kesulitan siswa dalam memahami konsep menghitung luas permukaan dan volum balok dan kubus dapat dilihat dari
hasil pengerjaan tes diagnostik. Kesulitan siswa dalam hal ini diarahkan pada kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan tes tersebut.
Langkah-langkah dalam melaksanakan diagnosis kesulitan belajar siswa M. Entang, 1984:19-29:
1. Mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar
2. Melokalisasi letak kesulitan
Maksud dari langkah ini adalah menganalisis di mana letak kesulitan dan bagian-bagian yang menjadi kesulitan bagi siswa.
3. Menemukan faktor penyebab kesulitan yang dialami siswa
4. Menentukan bantuan dan kemungkinan cara untuk mengatasi kesulitan
yang dialami siswa
5. Tindak lanjut
Pada langkah ini dilakukan kegiatan pembelajaran remedial yang diperkirakan paling tepat untuk membantu mengatasi kesulitan belajar
siswa.
C. Pembelajaran Remedial
1. Hakikat Pembelajaran Remedial
Menurut M. Entang 1984:11 pembelajaran remedial adalah upaya pendidik dalam membantu siswa yang mendapat kesulitan dalam belajar
dengan jalan mengulang atau mencari alternatif kegiatan lain sehingga siswa yang bersangkutan dapat mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin dan dapat memenuhi kriteria tingkat keberhasilan minimal yang diharapkan. Sedangkan menurut Kunandar 2009:237 pengajaran
remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat mengobati, menyembuhkan, atau membetulkan pengajaran dan membuatnya menjadi
lebih baik dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang maksimal. Kegiatan perbaikan yang dilakukan merupakan segala usaha yang
dilaksanakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis dan sifat-sifat kesulitan belajar,
menemukan faktor-faktor
penyebabnya, dan
kemudian mengupayakan alternatif-alternatif penyelesaian masalah kesulitan belajar,
baik dengan cara pencegahan maupun penyembuhan, berdasarkan data dan informasi yang lengkap dan objektif.
2. Tujuan Pembelajaran Remedial
Menurut Kunandar 2009: 237-238 pembelajaran remedial memiliki tujuan sebagai berikut:
a. agar siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya,
dapat mengenal kelemahannya dalam mempelajari materi pelajaran dan juga kekuatannya,
b. agar siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar ke arah
yang lebih baik, c.
agar siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat, d.
agar siswa dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong tercapainya hasil yang lebih baik,
e. agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan
kepadanya, setelah ia mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi penyebab kesulitan belajarnya, dan dapat mengembangkan
sikap serta kebiasaan yang baru dalam belajar. 3.
Fungsi Pembelajaran Remedial Pembelajaran
Remedial memiliki
fungsi sebagai
berikut Kunandar, 2009: 238:
a. Fungsi korektif, artinya melalui pengajaran remedial dapat dilakukan
pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses
pembelajaran.
b. Fungsi pemahaman, artinya dengan pengajaran remedial
memungkinkan guru, siswa, atau pihak-pihak lainnya dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik.
c. Fungsi pengayaan, artinya pengajaran remedial akan dapat
memperkaya proses pembelajaran sehingga materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran reguler dapat diperoleh dalam
pengajaran remedial. d.
Fungsi penyesuaian, artinya pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
lingkungannya proses belajarnya. Artinya, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil yang
lebih baik semakin besar. e.
Fungsi akselerasi, artinya dengan pengajaran remedial dapat diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif
dan efesien. Dengan kata lain, dapat mempercepat proses pembelajaran, baik dari segi waktu maupun materi.
f. Fungsi terapeutik, artinya secara langsung atau tidak langsung,
pengajaran remedial
dapat membantu
menyembuhkan atau
memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan.