49
Pertama-tama, penulis akan menceritakan sedikit tentang sejarah perjalanan gereja dan situasi aktual realitas ibadah yang berlangsung di gereja-
gereja tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum, yang tentu jauh dari potret lengkap dan terperinci, tentang situasi dan realitas gereja
yang mendukung atmosfir penggunaan teknologi informasi dan internet. Setelah itu, penulis akan menjelaskan secara rinci penggunaan teknologi internet di dalam
gereja serta kemungkinan terciptanya sebuah gejala baru, yaitu gereja di ruang maya.
1. Jakarta Praise Community Church
Jakarta Praise Community Church JPCC adalah sebuah gereja yang dimulai pada tahun 1996 sebagai persekutuan doa dengan anggota 10 orang.
Dalam perjalanannya, persekutuan doa ini terus bertambah di dalam jumlah. Awalnya, pertemuan hanya sekali seminggu dan kemudian berkembang menjadi
dua kali seminggu. Pada bulan Maret 1996, lahirlah sebuah kelompok persekutuan yang menamakan diri Jakarta Praise Center-Youth Ministry. Sejak saat itu, jumlah
jemaat yang datang dan hadir semakin banyak dan terus bertambah. Lalu, pada tanggal 4 Juli 1999, persekutuan doa ini mendeklarasikan diri sebagai sebuah
gereja dengan nama Jakarta Praise Community Church. Seperti misi awal berdirinya, JPCC memfokuskan pelayanannya kepada
kaum muda youth. Hal ini terlihat jelas dari sebagian besar jemaat yang hadir dalam ibadah setiap minggunya adalah anak-anak muda berusia 18-30 tahun.
Mulai dari mereka yang berada di bangku kuliah, hingga mereka yang bekerja dan mereka yang baru saja membina rumah tangga. Sesekali juga terlihat jemaat
50
paruhbaya, tetapi jumlahnya kecil sekali. Walau tidak secara langsung mengaku sebagai gereja kaum muda, tetapi nuansa yang diberikan sekiranya memang kental
terhadap nuansa kaum ini. Menurut pengakuan seorang jemaat gereja ini yang berhasil penulis
wawancarai, JPCC berhasil menarik banyak anak muda karena pujian dan penyembahan
1
praise and worship yang khas dan unik dengan menampilkan ibadah berciri anak muda yang tidak dimiliki oleh gereja lain. Hal ini dikarenakan
di gereja ini terdapat sebuah tim yang secara khusus menangani pujian dan penyembahan di gereja ini, True Worshippers. Tim ini tidak hanya sekadar
menjadi pemimpin nyanyian di dalam peribadahan, tetapi juga menghasilkan karya-karya dalam bentuk lagu-lagu rohani, yang kemudian terdistribusi kepada
seluruh gereja-gereja Pentakostal dan Karismatik di hampir seluruh wilayah di Indonesia, bahkan merambah mancanegara. Terlihat adanya simbiosis yang saling
menguntungkan antara JPCC dan True Worshippers, di mana JPCC menjadi ’panggung’ bagi True Worshippers dan karya-karyanya, sementara True
Worshippers sendiri menjadi ’brand ambassador’ bagi JPCC, sehingga ketika berbicara tentang True Worshippers, setiap orang akan mengenali bahwa JPCC
adalah tempat mereka bermusik dan bernaung. Gereja ini, dari awal berdirinya, menempati sebuah ruangan besar dan
megah di Annex Building, sebuah gedung parkir yang berada di dalam kompleks
1
Pujian dan Penyembahan adalah sebuah istilah yang muncul pada gereja-gereja beraliran Pentakostal dan Karismatik yang menunjuk kepada proses bernyanyinya jemaat di dalam
suatu ibadah. Dalam beberapa kesempatan wawancara dengan anggota jemaat, ada kecenderungan untuk membedakan dua hal ini. Pujian diartikan sebagai menyanyikan lagu-lagu yang bertempo
cepat dan mengandung unsur pujian. Lirik dari lagu jenis ini biasanya secara tegas memuji Tuhan Yang Mahabesar. Sementara itu, penyembahan diartikan sebagai menyanyikan lagu-lagu yang
bertempo lambat dan mengandung unsur mengagungkan Tuhan. Kata-kata yang muncul dalam lagu biasanya menunjukkan penyesalan terhadap pelanggaran dosa dan kecilnya manusia di
hadapan Tuhan.
51
hotel bintang empat di kawasan Bunderan HI, Jakarta Pusat. Ruangan ini sangat besar dan terlihat eksklusif, dengan dekorasi, pencahayaan, serta teknologi
multimedia yang luar biasa menakjubkan. Terlihat dua buah layar besar di sebelah kanan dan kiri panggung yang bertujuan untuk menampilkan lagu nyanyian,
tampilan liputan kamera, serta berbagai informasi seputar kegiatan gereja ini yang perlu diberitakan kepada jemaat yang hadir. Sound system yang mumpuni
berkolaborasi dengan akustika ruangan yang didesain dengan cukup baik pun turut mendukung terciptanya suasana ibadah yang semarak dan megah. Pada
tahun 2012, gereja ini menempati sebuah ruangan yang lebih besar dari sebelumnya, yang terletak di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta
Selatan. Di tempat ini, mereka mengadakan dua kali ibadah setiap minggunya, yaitu pada pukul 07.30 WIB dan 10.30 WIB. Walau demikian, mereka tidak
pindah sepenuhnya dari lokasi yang terdahulu. Ibadah minggu di sore hari, pada pukul 15.00 WIB dan 17.30 WIB tetap dilaksanakan di tempat ini.
2
Hal menarik yang penulis temukan adalah gereja ini bukan hanya menyewa kedua tempat ini untuk pusat kegiatan dan peribadahan mereka, tetapi
juga mengelola tempat ini dan menyewakannya kembali kepada khalayak umum untuk berbagai kegiatan, contohnya untuk resepsi pernikahan, konser musik,
seminar, gathering, rapat, dan lain sebagainya. Secara ekonomis, gedung ini menjadi investasi bagi gereja ini, yang tidak sebatas sarana berkumpulnya jemaat
untuk beribadah dan berkegiatan, tetapi juga menjadi lahan untuk mendulang pemasukan bagi mereka. Mahalnya biaya sewa gedung, operasional, dan
maintenance tampaknya menjadi alasan bagi pihak gereja untuk menyewakan
2
Ada pula beberapa ibadah yang turut menyertai ibadah umum, yaitu ibadah untuk anak- anak JPCC Kids dan ibadah untuk remaja JPCC Youth. http:www.jpcc.org diakses pada 10
Juni 2014.
52
gedung ini, sehingga pemasukan yang diterima dapat membantu mereka untuk mengelola gedung yang mereka pakai, terlebih lagi ruangan-ruangan ini praktis
hanya diguna kan pada hari Minggu, sehingga ’menganggur’ di hari lainnya.
Penyewaan ruangan bagi pihak lain pun menjadi mungkin ketika gereja ini tidak lagi melihat ruangan tempat ibadah sebagai ruang mahakudus di mana terjadi
perjumpaan antara Tuhan dengan umat-Nya. Ruang ibadah gereja, yang mulanya dianggap sebagai ’kenisah Ilahi’, saat ini bertransformasi menjadi ruang
serbaguna yang dapat digunakan untuk segala jenis kegiatan. Dalam rangka itu, pemakaian sarana multimedia yang canggih pun agaknya menjadi suatu
keharusan, selain sebagai sarana ibadah, juga sebagai fasilitas pendukung bagi komersialisasi ruangan ini.
2. GBI Glow Fellowship Centre