83
2. Spiritualitas Online:
’Klik’ sebagai Refleksi dan Doa
Penggunaan internet yang masuk sampai ke ranah peribadahan membuat umat mampu mengalami perjumpaan dengan Yang Kudus itu melalui internet.
Umat hanya tinggal mengklik dalam satu ketukan jari, maka ritual perjumpaan itu dapat dilakukan. Di dalam akun media sosial, seperti Facebook dan Twitter, umat
dapat menuliskan refleksinya terhadap banyak hal yang ia jumpai dalam kehidupannya. Ada begitu banyak tulisan yang di-posting di Facebook dan
Twitter yang isinya merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan. Misalnya, ada sebuah a
kun yang menuliskan ”Terimakasih Tuhan untuk berkatmu pada hari ini, Engkau sungguh baik dalam kehidupan kami”. Atau juga kalimat-kalimat yang
berisi kekuatan seperti ”Dalam menghadapi setiap kesulitan dan permasalahan hidup ini, Tuhan senantiasa setia men
olong dan memampukan kita.” Dalam jejaring pertemanan penulis di media sosial, posting-an ini selalu bermunculan
setiap harinya. Bukan hanya satu atau dua akun, melainkan beberapa akun. Bahkan, dalam sehari, sebuah akun dapat memposting lebih dari satu kali status
yang mengekspresikan perasaan mereka terhadap apa yang Tuhan lakukan dalam kehidupan mereka. Geliat spiritualitas baru ini, yaitu spiritualitas online, telah
merebak di hampir seluruh umat Kristen dewasa ini, terutama yang dekat dengan teknologi. Melalui status Facebook, seseorang dapat menunjukkan refleksi
imannya terhadap Tuhan. Tuhan tidak lagi bersemayam di dalam kerajaan sorga yang mengawang, tetapi juga di dalam kerajaan global media sosial. Refleksi
terhadap karya Tuhan tidak hanya terdapat dalam teks-teks Kitab Suci ribuan tahun, tetapi juga halaman-halaman akun media sosial seperti Facebook dan
Twitter.
84
Spiritualitas yang pada mulanya merupakan hubungan tertutup antara Tuhan dengan umatnya, kini terbuka bagi seluas mungkin orang. Iman yang
tumbuh dan terpelihara dalam ranah privat, kini telah keluar ke dalam ranah publik. Seorang informan yang penulis tanya, yang merupakan anggota jemaat
dari GBI Glow FC, mengakui bahwa ia merasa terpanggil untuk menuliskan kata- kata syukur kepada Tuhan di dalam akun Twitter-nya setiap pagi setelah bangun
tidur karena dengan begitu ia yakin bahwa dengan bersyukur, kegiatannya sepanjang hari akan diberkati Tuhan dan berjalan dengan baik. Selain diberkati
oleh Tuhan, dengan menulis ungkapan syukur itu dalam akunnya, maka ia bisa memberkati banyak orang lain
yang menjadi ‟pengikut-pengikutnya‟. Bahkan tidak menutup kemungkinan untuk terjadi diskusi singkat mengenai permasalahan
iman Kristen. Status-status ini dapat dikomentari secara langsung oleh orang lain, entah komentar itu bersifat menguatkan pernyataan iman dari si pemilik akun,
atau justru menyanggahnya dengan pernyataan iman lainnya.
3. Otoritas Religius: Kabur dan Tersebar