GBI Praise Revival for Jesus

55 dengan sedemikian rupa. Hal ini terlihat dari digunakannya tiga buah layar besar yang dilengkapi dengan tiga buah proyektor yang berfungsi menampilkan gambar video ataupun teks dari lagu yang dinyanyikan selama ibadah berlangsung. Sama seperti tata panggung JPCC, di atas panggung terdapat beberapa lampu sorot berwarna-warni yang dapat memberikan efek pencahayaan layaknya berada di atas panggung pertunjukkan. Sound system pun dibuat dengan sedemikian baik sehingga jemaat yang hadir dan mengikuti ibadah dapat mendengarkan alunan lagu yang dimainkan oleh pemusik serta khotbah dari sang pengkhotbah. Terlihat juga sebuah kamera video yang terletak lurus di hadapan panggung yang berfungsi meliput setiap kegiatan yang ada di atas panggung, yang kemudian ditampilkan di layar.

3. GBI Praise Revival for Jesus

Gereja GBI Praise Revival for Jesus GBI PRJ adalah gereja lainnya yang masuk ke dalam pengamatan dan observasi penulis. Gereja ini berlokasi di sebuah gedung pusat perbelanjaan yang dekat dengan arena Pekan Raya Jakarta PRJJakarta Fair, sehingga bukan suatu kebetulan singkatannya pun menjadi PRJ, melainkan terasosiasi kepada event tahunan DKI Jakarta yang memang terus berlokasi di tempat itu. Ia menempati lantai paling atas roof top dari pusat perbelanjaan ini, sehingga akses masuk ke ruangan gereja berada terpisah dari pusat perbelanjaan itu. 56 Berdasarkan wawancara dengan wakil gembala sidang, pendeta Robertus Purwadi 4 , gereja ini didirikan oleh seorang dokter internis bernama Janto Simkoputra Ph.D., yang kemudian menjabat sebagai gembala cabang dari gereja ini. Sebelum menempati lokasi saat ini, gereja ini telah menempati dua tempat sebelumnya, yaitu bermula pada tahun 1998 di sebuah ruangan di hotel Borobudur, Jakarta Pusat, lalu pada tahun 2005 pindah ke salah satu ruangan di arena PRJ, dan terakhir pada tahun 2008 menempati lokasi super megah yang sekarang. Dalam pengamatan penulis, gereja ini memiliki jemaat dalam jumlah yang besar. Hal ini diakomodasi dengan ibadah yang dilaksanakan sebanyak lima kali setiap hari Minggu. Selain itu, mereka memiliki enam cabang gereja yang berlokasi di seputar Jakarta, yang masing-masing juga melaksanakan ibadah lebih dari satu kali di setiap hari Minggu. Untuk tempat di pusat, penulis telah hadir di seluruh jam ibadah Minggu, dan mendapati seluruh kursi terisi oleh jemaat. Penulis tidak mengkonfirmasi tentang kapasitas ruang ibadah secara pasti, tetapi penulis menduga bahwa ruangan megah ini mampu menampung sekitar 1200- 1500 orang dalam satu kali ibadah. Belum lagi menghitung jemaat yang juga beribadah di gereja cabang lainnya yang pasti berjumlah cukup banyak. Sang wakil gembala sidang menjelaskan bahwa gereja ini bertumbuh dengan cukup pesat dari segi jumlah jemaat. Penulis lalu menggali lebih lanjut tentang daya tarik tempat ini bagi jemaat baru dan mendapatkan jawaban yang menarik. ”Gereja ini, dari sekian banyak jemaat yang pernah kita survei dengan memberikan angket, memiliki daya tarik nomor satu, yaitu dalam setiap kegiatannya itu selalu memberi yang terbaik kepada Tuhan. Dalam segala segi, baik fisik, kerohanian, dan 4 Hasil wawancara dengan Pendeta Robertus Purwadi, 28 Februari 2012. Bandingkan profil sejarah GBI PRJ di http:gbiprj.orghomepage-7-sejarah-gbi-prj.html diakses pada 13 Juni 2014. 57 pelayanan-pelayanan yang lain. Fisik misalnya setiap peralatan dan gedung kita selalu memberikan yang terbaik. Karena prinsip kami mempersembahkan kepada Tuhan itu harus mempersembahkan yang terbaik. ” 5 Pernyataan di atas memang sangat nampak ketika masuk ke dalam ruangan gereja ini. Di pintu depan, mereka menugaskan dua orang petugas kemanan satpam, seorang polisi berseragam, dan sebuah metal detector yang menyerupai pintu. Gereja seolah mau menjamin dan meyakinkan umatnya bahwa ruang sakral tempat mereka beribadah aman dan bebas dari oknum yang tidak bertanggungjawab. Selain itu, gereja ini juga dilengkapi peralatan multimedia yang sangat canggih. Di belakang panggung, terdapat sebuah monitor besar yang membentang sepanjang panggung. Monitor ini bukan layar biasa yang digunakan untuk menampilkan pantulan dari proyektor, tetapi merupakan monitor LED besar, yang beroperasi tanpa pantulan proyektor. Panggung pun didekorasi dengan lampu-lampu yang dapat mendukung aksi para ’artis’ di atas panggung sepanjang ibadah. Sound system ruangan pun dirancang dengan amat sangat baik. Gereja menggunakan peralatan suara yang terbaik dipadu dengan para profesional sound engineering yang bertanggung jawab mengoperasikannya. Penempatan speaker pun tidak terlihat sembarangan, melainkan mengikuti konsep akustika ruangan sehingga suara yang diproduksi dapat menggema dengan baik dan merata di seluruh penjuru ruangan. Sofistikasi terhadap peralatan multimedia tampaknya menjadi hal paling penting yang perlu dilakukan oleh gereja dewasa ini. Tak dapat dipungkiri bahwa hal ini merupakan sebuah daya tarik bagi jemaat untuk beribadah di suatu gereja. Gereja yang high-tech, dilengkapi dengan sarana multimedia dan teknologi informasi yang canggih, cenderung akan menarik banyak jemaat untuk bergabung. 5 Ibid. 58 Di tempat ini, terlihat jelas bahwa jemaat didominasi oleh jemaat berusia produktif, yaitu yang berada di bawah usia lima puluh tahun. Dari mayoritas ini, menurut pengamatan penulis, 50 persennya adalah kaum muda yang berusia di bawah 30 tahun. Ibadah di tempat ini pun kental sekali dengan nuansa kaum muda, dengan lagu-lagu bertempo cepat dan dipadu dengan aransemen musik dinamis yang mengandalkan berbagai macam alat musik yang dimainkan bersamaan oleh para musisi profesional. Sama seperti JPCC, gereja ini membentuk sebuah tim musik yang terdiri dari penyanyi, pemain musik, serta arranger lagu. Mereka ditugaskan menjadi pemimpin pujian dan penyembahan di tempat ini. Mereka bertugas mengiringi dan memandu jemaat dalam bernyanyi di setiap hari Minggu. Tim ini dinamakan Loving God Loving People LGLP. Tidak hanya itu, mereka juga memproduksi lagu-lagu rohani populer dan dipublikasi di dalam album-album rohani yang telah mereka terbitkan sendiri. Lagu-lagu ini tidak hanya didengarkan oleh orang-orang yang membeli album mereka, tetapi juga dipilih dan dinyanyikan di gereja-gereja lainnya.

4. Website Gereja: Sarana Informasi dan Persekutuan