Website Gereja: Sarana Informasi dan Persekutuan

58 Di tempat ini, terlihat jelas bahwa jemaat didominasi oleh jemaat berusia produktif, yaitu yang berada di bawah usia lima puluh tahun. Dari mayoritas ini, menurut pengamatan penulis, 50 persennya adalah kaum muda yang berusia di bawah 30 tahun. Ibadah di tempat ini pun kental sekali dengan nuansa kaum muda, dengan lagu-lagu bertempo cepat dan dipadu dengan aransemen musik dinamis yang mengandalkan berbagai macam alat musik yang dimainkan bersamaan oleh para musisi profesional. Sama seperti JPCC, gereja ini membentuk sebuah tim musik yang terdiri dari penyanyi, pemain musik, serta arranger lagu. Mereka ditugaskan menjadi pemimpin pujian dan penyembahan di tempat ini. Mereka bertugas mengiringi dan memandu jemaat dalam bernyanyi di setiap hari Minggu. Tim ini dinamakan Loving God Loving People LGLP. Tidak hanya itu, mereka juga memproduksi lagu-lagu rohani populer dan dipublikasi di dalam album-album rohani yang telah mereka terbitkan sendiri. Lagu-lagu ini tidak hanya didengarkan oleh orang-orang yang membeli album mereka, tetapi juga dipilih dan dinyanyikan di gereja-gereja lainnya.

4. Website Gereja: Sarana Informasi dan Persekutuan

Saat ini, hampir semua gereja yang ada di kota besar memiliki website-nya masing-masing. Website gereja pun beragam jenisnya, dari yang masuk ke dalam kategori simply-amateur design sampai kepada high-end design. Yang pertama terlihat lesu dengan tampilan desain seadanya dan isi yang kurang beragam serta tidak mengalami pembaruan secara berkala tidak update. Banyak dari isi website sejenis ini menyajikan informasi yang tidak lagi aktual, dan hanya menyisakan 59 informasi lama yang tidak lagi dapat dipercaya kebenarannya. Sebaliknya, kategori yang kedua terlihat sangat mutakhir dengan desain yang terlihat segar dan dinamis. Informasi yang terdapat di dalamnya pun selalu menunjukkan informasi terakhir yang tentu dapat dipercaya bagi siapapun yang mengaksesnya. JPCC memiliki dua buah website resmi yang mereka kelola. Website pertama adalah www.jpcc.org yang merupakan website yang berisi informasi umum tentang gereja ini. Halaman muka dari website ini menunjukkan desain wallpaper yang menarik, dengan latar lanskap kota Jakarta dengan gedung- gedung tinggi. Gambar latar ini seolah mau mengatakan bahwa gereja ini adalah gereja yang eksis di metropolitan Jakarta serta menghidupi gaya hidup metropolis dalam seluruh kegiatannya. Website ini bebas diakses oleh siapapun, bahkan bagi pengunjung yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Penyedia website membuat dua versi bahasa untuk website ini, yaitu dalam Bahasa dan english. Hal yang mengejutkan bagi penulis adalah tampilan pertama yang muncul ketika masuk ke website ini adalah tampilan dalam english. Para pengunjung harus meng-klik link di pojok kanan atas halaman untuk memutasi halaman ke Bahasa. Isi website kebanyakan adalah informasi tentang JPCC secara normatif, seperti sejarah terbentuknya gereja, visi dan misi serta nilai-nilai yang dianut oleh gereja, profil para pendeta yang melayani dan memimpin, jenis-jenis kegiatan gereja, serta jadwal ibadah minggu. Adapun hal menariknya adalah mereka menyertakan sebuah halaman bagi para newcomer di website ini, yang isinya adalah ajakan untuk mengucapkan doa yang berisi pengakuan atas kebaikan Tuhan di dalam kehidupan, serta ajakan untuk bergabung dengan JPCC. 60 Gambar 1: Halaman muka www.jpcc.org diakses tanggal 14 Juni 2014 Gambar 2: Halaman dari www.jpcc.org yang menjelaskan tentang sejarah JPCC. Diakses tanggal 14 Juni 2014 61 Gambar 3: Halaman dari www.jpcc.org khusus bagi pengunjung yang tertarik menjadi Kristen. Diakses tanggal 14 Juni 2014 Website kedua dari JPCC adalah www.myjpcc.org yang merupakan website khusus bagi anggota jemaat yang telah terdaftar. Hanya anggota yang terdaftar saja yang dapat mengakses website ini. Penulis mengakses masuk dengan menggunakan akun dari seorang teman penulis yang menjadi anggota di gereja ini. Ketika masuk, pengunjung akan mendapati halaman muka yang menarik dari segi tampilan dengan berbagai menu yang mengarahkan pengunjung dari satu halaman ke halaman lainnya. Ada pengalaman yang sangat menarik bagi penulis, yaitu website ini diciptakan layaknya sebuah halaman media sosial, seperti Facebook, yang memiliki sifat personal dan interaktif. Di dalamnya, pemilik akun dapat melihat profil anggota jemaat lain yang tergabung di dalam satu kelompok sel cell group dengan pemilik akun. Selain itu, semua pendaftaran kegiatan gereja dilakukan melalui website ini. Jika pemilik akun ingin mengikuti sebuah kegiatan gereja, maka ia cukup meng-klik link yang ada dan secara otomatis ia akan terdaftar di kegiatan itu. Tetapi, tidak semua kegiatan menyediakan link pendaftaran bagi pemilik akun. Website secara otomatis tidak menampilkan link 62 pendaftaran jika pemilik akun belum memenuhi persyaratan untuk memenuhi kegiatan itu. Website ini terhubung dengan database JPCC sehingga semua data profil jemaat secara pribadi dapat ditampilkan disini. Pemilik akun pun akan dikirimkan pengumuman tentang segala kegiatan yang akan dilangsungkan gereja oleh administrator website ini. Website ini juga terhubung dengan akun media sosial pribadi para pemimpin gereja ini, umumnya Instagram dan Twitter. Oleh karena itu, semua hal yang mereka posting ke dalam akun media sosial ini, secara otomatis akan diteruskan ke website ini dan ditampilkan dengan menarik. Mungkin saja perancang website ingin agar setiap pemilik akun di website ini merasa tetap dekat dengan para pemimpin gereja mereka ketika mereka membuka akunnya. Selain itu, tampilan seperti ini mengusung sebuah ide dan konsep website yang baru, yang jauh dari kesan kaku. Gambar 4: Halaman muka www.myjpcc.org diakses tanggal 14 Juni 2014 Kesan artistik modern dan tidak kaku juga penulis dapatkan dari website www.glowfc.com yang dimiliki oleh GBI Glow FC. Pada halaman muka, pengunjung akan menemukan beberapa foto dari gembala sidang, pendeta Gilbert 63 Lumoindong yang ditempelkan di tampilan seputar kegiatan gereja. Dengan berlatar warna hitam, website ini menyajikan berbagai informasi seputar gereja ini, mulai dari visi dan misi gereja, sejarah berdirinya, pengakuan iman, sampai kepada informasi tentang waktu dan tempat ibadah dilengkapi jadwal pengkhotbah di masing-masing tempat. Selain itu, ada pula info mengenai program siaran media dari pendeta Gilbert Lumoindong yang disiarkan di berbagai radio di Indonesia dan stasiun televisi. Selain itu, di dalam website ini tersedia layanan bagi para pengunjung, seperti permohonan doa, permohonan untuk konseling, sampai dengan layanan chatting dengan konselor secara langsung. Selain itu, ada pula layanan streaming, seperti radio streaming dan video streaming yang menyiarkan secara langsung ibadah yang berlangsung di gereja melalui internet. Terkait hal streaming, akan penulis jelaskan di dalam bagian selanjutnya. Dalam wawancara penulis dengan kepala bagian media dan teknologi informasi dari gereja ini, bapak Louwrix Simanjuntak, dikatakan bahwa media diciptakan untuk memuliakan Tuhan. Oleh karena itu gereja sebaik mungkin harus menggunakan teknologi yang sudah ada, yang merupakan karya Tuhan. 6 ”Pada saat saya masuk, gereja ini sudah banyak berjalan di bidang demikian. Mereka juga sudah cukup kenal dengan teknologi. Pada dasarnya teknologi ini diciptakan Tuhan untuk memuliakan Tuhan. Banyak orang yang mengatakan bahwa teknologi ini hanya untuk orang dunia semua kegiatan yang berorientasi di luar pelayanan gereja. Pandangan ini salah. Justru teknologi membantu gereja sehingga gereja dapat menjadi sangat baik. Contoh sederhana saja, dahulu pendeta membawa Alkitab berukuran besar kemana-mana. Sekarang ini mereka hanya cukup membawa gadget mereka. Saat ini ketika orang disuruh mengangkat Alkitab, yang diangkat justru handphonenya. Teknologi bisa membuat segalanya menjadi simple. ” Pemahaman seperti ini sungguh diaplikasikan di dalam gereja seperti ini. Oleh karena itu, segala bentuk teknologi terbaru pun diaplikasikan oleh pihak gereja. 6 Wawancara dengan Bapak Louwrix Simanjuntak yang merupakan pemimpin divisi IT Design GBI Glow FC. 64 Sebaliknya, pihak gereja-gereja Protestan mainstream tampak malu-malu untuk mengapresiasi internet di dalam gereja sampai sejauh ini. Masih terbayang oleh penulis perkataan seorang pendeta dalam khotbahnya di sebuah gereja mainstream, yang mengharuskan jemaat yang hadir membawa Alkitab fisik dengan alasan dapat dibaca dengan lebih baik. Padahal, tetap saja ada jemaat yang mulai mengandalkan Alkitab online yang dapat diunduh di gadget mereka masing-masing. GBI PRJ juga mengembangkan website mereka dengan sangat baik. Seperti dua gereja sebelumnya, terdapat berbagai macam informasi yang dapat ditemukan oleh para pengunjung di dalam website gereja ini. Informasi seperti profil dan sejarah gereja ini, jadwal ibadah, serta jadwal pengkhotbah di setiap ibadah, dapat ditemukan dengan cukup mudah di halaman muka. Desain yang modern dan memukau juga membuat orang betah untuk berlama-lama di website ini. Gereja ini juga memiliki sebuah link untuk melihat video streaming dari ibadah yang dilangsungkan. Selain itu, mereka juga menyertakan sebuah link yang akan menghubungkan pengunjung dengan berbagai akun media sosial gereja sehingga pengunjung tetap dapat meng-update segala kegiatan gereja dari website ini atau melalui akun media sosial pengunjung. 65

5. Media Sosial: Eksistensi di Dunia Virtual