75
diciptakan melalui media sosial ini. Tayangan yang terlihat baik tentu saja akan dijadikan
”role model” bagi gereja yang lainnya.
5. 4. Live Video Streaming
”Mari kita tundukan kepala kita, kita siapkan hati kita bagi Firman Tuhan yang akan ditaburkan. Biarlah itu menjadi benih yang
tumbuh ”. Kata-kata ini adalah kata-kata akhir worship leader pemimpin
liturgi sebelum masuk ke dalam khotbah yang akan disampaikan oleh pengkhotbah, di sebuah ibadah yang penulis ikuti di GBI Glow FC.
Dengan sikap berdoa, tiba-tiba saja terdengar suara dari sang gembala sidang yang mengucapkan doa sebelum khotbah. Kata
”amin” pun terucap darinya, penulis lalu membuka mata dan dengan terkejut menemukan
bahwa gembala sidang yang akan berkhotbah tidak berada di atas mimbar. Ternyata ia dapat ditemukan di layar besar, tempat di mana semua
tayangan multimedia ditampilkan. Ternyata, gembala sidang berkhotbah di tempat yang berbeda, tetapi kemudian disiarkan ke tempat di mana penulis
beribadah pada saat itu. Ia ada di dalam ibadah, tetapi tidak di dalam ruangan yang dipenuhi oleh jemaat.
Keberadaan sang pendeta di tempat lain, tetapi juga berkhotbah bagi jemaat di tempat ini menjadi sebuah fenomena baru di gereja-gereja
di Indonesia. Jemaat yang hadir disuguhkan tampilan audiovisual dari pendeta, tanpa keberadaan fisiknya. Hal yang menarik, iklim ibadah sama
sekali tidak terlihat berbeda dari biasanya. Seluruh jemaat terlihat menikmati khotbah yang disampaikan gembala sidang di tempat lain.
76
Sesekali bahkan mereka merespon khotbah yang isinya cukup lucu dengan tawa kecil dan kata
”amin”. Bahkan, interaksi yang tercipta antara pengkhotbah dengan jemaat terlihat natural, seolah pengkhotbah ada di
hadapan mereka, di atas mimbar, melihat dan mendengar jemaat. Ketika pendeta berkata,
”Shalom” maka jemaat membalas ”Shalom”, lalu dia menanggapi
”wah, kurang keras dan tidak bersemangat. Shalom”, maka jemaat membalas lebih keras dari yang awal,
”Shalom”. Di pertengahan khotbah, pendeta berkata
”ulangi kata-kata saya, sama-sama katakan Tuhan Yesus baik”, maka jemaat akan mengikuti perintah pendeta itu
tanpa ada perasaan bahwa sang pendeta berada di tempat yang jauh. Ketika dikonfirmasi, pemimpin divisi IT Design gereja ini
mengatakan bahwa penerapan teknologi ini di dalam ibadah didasarkan pada kebutuhan jemaat. Gembala sidang adalah orang yang sangat baik
dalam berkhotbah. Pengakuan ini datang bukan hanya dari jemaat tapi orang-orang pemirsa yang menyaksikan siaran khotbah beliau di media.
Oleh karena itu, di gereja ini beliau menjadi tokoh sentral yang khotbahnya sangat dinantikan, sehingga gereja pun memfasilitasi agar
khotbah sang gembala sidang dapat disaksikan oleh sebanyak mungkin jemaat melalui teknologi live streaming. Live streaming pun hanya dibatasi
pada saat khotbah disampaikan saja, sehingga sebelum dan sesudah khotbah, ibadah tetap dilakukan di lokasi masing-masing dengan
pemimpin dan pemandu musiknya masing-masing. Teknologi ini juga digunakan dengan agak sedikit berbeda oleh
gereja-gereja lainnya. Di dalam situs www.gbiprj.org terdapat pranala
77
yang memungkinkan pengunjung website untuk menyaksikan live streaming ibadah di dalam website. Dari awal pembukaan ibadah, hingga
”kata-kata berkat” di akhir ibadah, semuanya disiarkan secara langsung tanpa putus serta dapat disaksikan oleh semua pengunjung website. Penulis
mengikuti beberapa kali siaran ibadah melalui live streaming ini. Ibadah ini diliput dengan sangat apik. Pihak gereja menggunakan beberapa
kamera yang menghasilkan gambar dari berbagai sudut pandang. Terlihat bahwa kamera tidak hanya ditempatkan di depan panggung, tetapi juga di
berbagai sudut yang memungkinkan pemirsa di layar komputer untuk merasakan suasana riil layaknya beribadah di dalam ruang ibadah yang
sesungguhnya. Penulis mendapat kesan sedang menonton sebuah liputan pertunjukkankonser musik di mana lampu dan pencahayaan berpadupadan
dengan sorot kamera dari berbagai penjuru. Sang pengkhotbah menjadi layaknya artis di atas panggung, sementara umat terlihat bagaikan
penonton dan penggemar yang menikmati sajian dari artis di atas panggung.
6. Kesimpulan