52
gedung ini, sehingga pemasukan yang diterima dapat membantu mereka untuk mengelola gedung yang mereka pakai, terlebih lagi ruangan-ruangan ini praktis
hanya diguna kan pada hari Minggu, sehingga ’menganggur’ di hari lainnya.
Penyewaan ruangan bagi pihak lain pun menjadi mungkin ketika gereja ini tidak lagi melihat ruangan tempat ibadah sebagai ruang mahakudus di mana terjadi
perjumpaan antara Tuhan dengan umat-Nya. Ruang ibadah gereja, yang mulanya dianggap sebagai ’kenisah Ilahi’, saat ini bertransformasi menjadi ruang
serbaguna yang dapat digunakan untuk segala jenis kegiatan. Dalam rangka itu, pemakaian sarana multimedia yang canggih pun agaknya menjadi suatu
keharusan, selain sebagai sarana ibadah, juga sebagai fasilitas pendukung bagi komersialisasi ruangan ini.
2. GBI Glow Fellowship Centre
GBI Glow Fellowship Center GBI Glow FC berdiri pada bulan April 2007, dengan gembala sidang pendeta Gilbert Lumoindong. Pada masa awal
lahirnya, GBI Glow FC tidak kesulitan untuk menarik jemaat datang beribadah di gereja ini. Hal ini disebabkan sang gembala sidang yang sudah cukup terkenal
melalui penginjilannya di media elektronik, seperti radio dan televisi serta KKR keliling yang sering ia lakukan. Pendeta Gilbert Lumoindong memulai
penginjilannya di layar kaca pada tahun 1992, yaitu dengan menjadi host sekaligus pengkhotbah di sebuah acara siraman rohani di sebuah stasiun televisi
swasta. Sosok dan figurnya pun menjadi semakin populer. Ia lalu membentuk badan pelayanannya sendiri, yaitu GL Ministry Gilbert Lumoindong Ministry.
Badan pelayanan ini menjalankan misi mereka selama beberapa tahun hingga
53
akhirnya pendeta Gilbert Lumoindong memutuskan untuk membentuk gereja mandiri dan mengangkat diri sebagai pemimpin di gereja ini.
Gereja ini, sama seperti JPCC, menempati sebuah ruangan besar yang berlokasi di sebuah kompleks apartemen mewah di daerah Jakarta Pusat. Letaknya
yang strategis membuatnya mudah diakses dari segala penjuru Ibukota. Posisinya yang diapit oleh sebuah mal kelas premium dan sebuah pusat perbelanjaan kelas
menengah, menjadi daya tarik utama para jemaat untuk datang ke gereja ini karena setelah ibadah
, para jemaat akan melanjutkan ’ibadah’ mereka, mencari kepuasan atas hasrat jasmaniah di pusat-pusat perbelanjaan.
Gereja ini berkembang dengan amat pesat. Menurut pengakuan dari seorang pendeta di gereja ini, terbukti bahwa pada tahun 2012, di usia mereka
yang kelima, mereka mengaku memiliki tiga belas ribu orang yang terdaftar di gereja ini.
3
Dimulai dari penginjilan lewat media khususnya televisi. Waktu itu kami memiliki program di RCTI yang dimulai tahun 1992. Host acara tersebut adalah Pendeta Gilbert
Lumoindong. Ini adalah awal dari penginjilan kami. Nah, tahun 1996 kami mulai membuka Ministry dengan nama GL Ministry. Lalu, GL Ministry pun berkembang. Pada
April 2007, karena kegiatan penginjilan yang memakan banyak waktu sementara usia kita semakin tua, maka Pendeta Gilbert Lumoindong, setelah berdoa kepada Tuhan, beralih
dari seorang penginjil menjadi seorang gembala. ………Jadi, gereja ini bertumbuh seperti sekarang ini selama empat tahun delapan bulan dengan cukup signifikan, yaitu dengan
tiga belas ribu orang yang terdaftar di dalam database. Mereka yang bersedia jadi jemaat diharuskan mengisi data berupa formulir. Masih tergolong muda, tapi kami mengalami
pertumbuhan yang luar biasa.
3
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada wakil gembala sidang GBI Glow FC, pendeta Julius Anthony, pada awal tahun 2012. Setelah meneliti gereja-gereja
Pentakostal dan Karismatik di Jakarta, penulis berkesimpulan bahwa gereja-gereja ini tidak tertib dan teratur dalam hal administrasi keanggotaan jemaat. Hal ini terbukti dengan begitu mudahnya
seseorang mencatatkan diri sebagai anggota jemaat di gereja-gereja beraliran ini. Asalkan mau mengisi formulir keanggotaan, maka secara otomatis gereja akan mencatatnya sebagai anggota
tetap, tanpa peduli apakah orang itu sudah menjadi anggota di gereja lainnya atau tidak. Oleh karena itu, penulis yakin
ada bias data dalam penyebutan ”tiga belas ribu jemaat yang terdaftar” di atas.
54
Faktor terbesar perkembangan gereja ini, diakui oleh pendeta Julius Anthony, adalah pada figur sang gembala sidang, pendeta Gilbert Lumoindong yang
merupakan seorang pengkhotbah yang terkenal di media.
Daya tarik utama gereja ini mungkin hasil penginjilan lewat media yang lalu, karena jujur tidak menutup kemungkinan bahwa daya tarik gereja ini hanya di pribadi gembalanya
secara personal Pdt. Gilbert Lumoindong. Pendeta Gilbert Lumoindong termasuk asset negara karena termasuk penginjil yang cukup popular. Makanya, kepanjangan gereja kita
adalah Gilbert Lumoindong Over the World GLOW. Nama ministry-nya adalah Gilbert Lumoindong Ministry. Hal ini biasanya jarang terjadi bahwa ministry yang berbasis nama
orang, karena biasanya berbasis nama kota dan tempat atau sejarah.
Popularitas sang gembala sidang di media telah membuat gereja yang dipimpinnya kedatangan banyak orang yang akhirnya menjadi jemaatnya. Tidak
cukup hanya berlokasi di satu tempat, gereja ini membuka cabang di beberapa tempat di seputar Jabodetabek dan di beberapa kota-kota besar lainnya di pulau
Jawa juga di luar pulau Jawa. Bahkan, mereka memperkenalkan sebuah konsep baru dari pengelolaan gereja, yaitu gereja network. Gereja network adalah gereja
yang bergabung di bawah bendera GBI Glow FC, mengikuti visi dan misi serta tema dari GBI Glow FC, mendapatkan jadwal pengkhotbah yang disusun oleh
gereja pusat, tetapi mandiri secara pengelolaan keuangan dan pengadaan sarana prasarana. Mereka bebas mengelola keuangan mereka sendiri dan mengatur segala
sarana dan tempat yang hendak digunakan dalam gereja. Sebagai konsekuensi, maka gereja network
harus memberikan ’upeti’ kepada gereja pusat dengan jumlah tertentu setiap bulannya.
Menurut pengamatan penulis, teknologi media dan informasi telah menjadi korpus di gereja ini. Fig
ur sang gembala sidang sebagai ’artis’ rohani, yang sangat sering tampil di media, membuat gereja ini sangat akrab dengan
media dan teknologi informasi, baik televisi, radio, dan internet. Kedekatan ini membuat gereja yang dipimpinnya menghidupi teknologi media dan informasi
55
dengan sedemikian rupa. Hal ini terlihat dari digunakannya tiga buah layar besar yang dilengkapi dengan tiga buah proyektor yang berfungsi menampilkan gambar
video ataupun teks dari lagu yang dinyanyikan selama ibadah berlangsung. Sama seperti tata panggung JPCC, di atas panggung terdapat beberapa lampu sorot
berwarna-warni yang dapat memberikan efek pencahayaan layaknya berada di atas panggung pertunjukkan. Sound system pun dibuat dengan sedemikian baik
sehingga jemaat yang hadir dan mengikuti ibadah dapat mendengarkan alunan lagu yang dimainkan oleh pemusik serta khotbah dari sang pengkhotbah. Terlihat
juga sebuah kamera video yang terletak lurus di hadapan panggung yang berfungsi meliput setiap kegiatan yang ada di atas panggung, yang kemudian
ditampilkan di layar.
3. GBI Praise Revival for Jesus