24
yang hiperreal. Suara dari pengkhotbah terdengar lebih keras dan jelas. Pada ibadah live streaming, visualisasi pun diambil dari sudut-sudut yang
terbaik, yang menghasilkan gambar yang enak untuk dinikmati dan membawa permirsa ke dalam ibadah yang sesungguhnya. Website dan
media sosial gereja pun menjadi sebuah lahan bagi
VII. Metode Penelitian
Penulis membatasi
penelitian kepada
beberapa gereja
yang mengaplikasikan teknologi internet dengan sangat baik. Salah satu indikatornya
adalah terlibatnya mereka dalam media sosial serta memiliki website yang selalu mutakhir. Dalam hal ini, penulis telah memilih tiga gereja sebagai locus
penelitian, yaitu Jakarta Praise Community Church, GBI Glow Fellowship Center, dan GBI Praise Revival for Jesus. Ketiga gereja ini berlokasi di Jakarta. Ketiganya
merupakan gereja beraliran Pentakostal-Karismatik. Perbedaan dari ketiga gereja ini dapat terlihat dari jumlah jemaat yang hadir, segmentasi usia jemaat, serta
jaringan sosial yang terbentuk di dalamnya. Penulis menggunakan metode observasi partisipatoris guna melihat sejauh
mana teknologi internet digunakan di dalam kehidupan gereja-gereja di atas. Penulis pun merasa perlu membandingkan suasana ambience dalam peribadahan
di gereja-gereja yang telah menerapkan teknologi informasi dengan sangat baik lalu mendeskripsikannya secara interpretatif., Dengan metode ini, penulis
berharap dapat menemukan jalinan makna yang mendasari ibadah dan religiositas virtual ini.
25
Penulis mengikuti peribadahan yang dilangsungkan secara aktif. Selain itu, penulis juga masuk ke dalam komunitas-komunitas yang berada di dalam naungan
gereja-gereja itu. Penulis juga akan melakukan wawancara terhadap anggota dan pemimpin komunitas ini terkait dengan penggunaan internet dalam
pengembangan komunitas. Penulis juga menggunakan metode content analysis untuk menganalisis
media sosial dan website dari gereja-gereja tersebut. Dengan metode ini penulis bermaksud menemukan ideologi yang tersembunyi di balik media sosial dan isi
yang dari website. Penulis juga berusaha menjawab bagaimana proses encoding dan decoding dilakukan oleh administrator, dalam hal ini pihak multimedia dari
gereja, dan jemaat yang menikmati informasi yang disampaikan. Selain itu, penulis juga menggunakan metode semiotika fenomenologis
untuk melihat dan mengkaji tanda-tanda religiositas dari fenomena gereja dan internet ini. Dari metode ini, penulis berusaha menemukan hubungan antara
perkembangan media elektronik modern dengan pembentukan religiositas modern.
VIII. Pengumpulan Data