Penyarian Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun macaranga tanarius (l.) mull. arg. terhadap streptococcus pyogenes ATCC 19615

yang bervariasi menyebabkan metode ini menjadi populer, disamping harganya yang lebih murah dibanding metode lain. Hal ini menimbulkan berbagai variasi di seluruh dunia. Tidak seperti metode dilusi, nilai KHM tidak dapat ditentukan akan tetapi zona jernih perlu dibandingkan dengan nilai KHM strain yang sama untuk mendeterminasikan zona jernih mana yang mungkin merupakan nilai KHM dan kategori kerentanan Lorian, 2005.

2. Metode dilusi

Terdapat dua macam metode dilusi yaitu dilusi padat dan dilusi cair. Kedua metode ini memiliki prinsip yang sama, yang membedakan hanyalah media yang digunakan Pratiwi, 2008. Sejumlah obat antmikroba tertentu dibuat beberapa seri pengenceran dicampurkan pada media cair atau padat kemudian media ditanami bakteri uji dan diinkubasi Jawetz b , dkk., 1995. Penentuan KHM pada metode dilusi padat ditetapkan dari larutan uji dengan kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroa uji. Konsentrasi larutan uji yang telah ditetapkan sebagai KHM dikultur ulang pada media baru dan diinkubasi selama 18-24 jam, jika media tersebut tidak terdapat pertumbuhan mikroba setelah inkubasi maka ditetapkan sebagai KBM Pratiwi, 2008.

F. Penyarian

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Penyarian merupakan peristiwa perpindahan masa, zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang yang dapat larut dan tidak dapat larut. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian dalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas, dengan demikian maka makin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya. Dalam penyarian, serbuk simplisia harus dibuat sehalus mungkin dan dijaga agar selnya tidak pecah. Namun simplisia yang terlalu halus akan memberikan kesulitan pada proses penyarian pada metode ekstraksi perkolasi dan penyaringan butir-butir halus membentuk suspensi yang sulit dipisahkan. Pembasahan serbuk sebelum dilakukan penyarian dimaksudkan memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah peyarian. Cairan penyari harus dapat mencapai seluruh serbuk dan secara terus menerus mendesak larutan yang memiliki konsentrasi lebih tinggi keluar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan kriteria dalam pemilihan penyari antara lain stabil secara fisika dan kimia, netral, tidak mudah menguap dan terbakar, selektif hanya menarik zat berkhasiat, tidak mempengaruhi zat berkhasiat dan diperbolehkan oleh peraturan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986. Etanol telah dikenal sebagai pelarut yang mampu mengekstraksi komponen yang memiliki aktivitas antimikroba Bala et al., 2011. Etanol dapat melarutkan alkaloida basa, minyak atsiri, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Untuk meningkatkan penyarian biasanya digunakan campuran etanol dan air namun hal ini bergantung bahan yang akan disari. Etanol dapat dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan bakteri sulit tumbuh dalam etanol dengan konsentrasi lebih dari 20, tidak beracun, netral, absorbsi baik, etanol dapat bercampur dengan baik pada segala perbandingan, dan pemanasan yang diperlukan dalam proses pemekatan lebih sedikit Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986. Cara penyarian dibedakan menjadi :

1. Infundasi

Infus adalah sediaan cari yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90° C selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan utuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air. Penyarian yang dilakukan dengan infundasi menyebabkan sari yang dihasilkan tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Selain itu, sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986.

2. Maserasi

Maserasi adalah proses perendaman serbuk simplisia dalam cairan penyari. Maserasi digunakan untuk simplisia yang mengandung zat aktif mudah larut, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, dan lain-lain. Keuntungan cara penyarian maserasi adalah peralatan sederhana dan mudah dikerjakan, sedangkan kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyarian kurang sempurna. Pada penyarian dengan cara maserasi perlu dilakukan pengadukan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir serbuk simplisia sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil- kecilnya antara larutan dalam sel dengan larutan diluar sel Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986.

3. Perkolasi

Cara penyarian dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Serbuk simplisia yang ditempatkan dalam bejana silinder diberi sekat berpori pada bagian bawah. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk, cairan penyari akan melarutkan zat aktif hingga keadaan jenuh. Didiamkan selama 24 jam, setelah itu kran dibuka dan diatur kecepatan tetesannya agar penyarian berjalan sempurna. Pada penentuan akhir perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat terakhir Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986.

4. Soxhletasi

Penggabungan proses menghasilkan ekstrak cair dan dilanjutkan proses penguapan. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping kemudian didinginkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari turun melarutkan zat aktif serbuk simplisia. Cara ini menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia tapi melalui pipa samping. Kelemahan cara ini larutan dipanaskan terus menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang cocok. Selain itu, cairan penyari dididihkan terus menerus sehingga penyari harus murni atau campuran azeotrop Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986. Pengeringan dengan tangas air merupakan pengeringan yang sederhana. Kerugiannya cairan penyari tidak dapat ditampung kembali. Pemekatan cairan mula-mula dapat dilakukan dengan pemanasan agak cepat di dalam tangas air. Bila dikehendaki untuk menghasilkan ekstrak kental atau ekstrak kering maka pemanasan dapat diteruskan. Pemanasan harus dilakukan dengan pengontrolan suhu 50- 60˚C, agar zat aktifnya tidak rusak Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986.

G. Senyawa Kimia Bahan Alam

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Beberapa Fraksi Daun Ekor Naga (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Dan Pseudomonas aeruginosa

17 99 87

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ruku-Ruku (Ocimum sanctum L.) dan Formulasi Sediaan Obat Kumur-Kumur

30 152 78

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ceplukan (Physalis minima L.) Terhadap Bakteri Shigella dysenteriae, Escherichia coli Dan Salmonella typhimurium

21 148 72

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN PACAR AIR (Impatiens balsamina L.)TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Pacar Air (Impatiens Balsamina L.) Terhadap Bakteri Streptococcus Pyogenes Dan Shigella Sonnei Serta Bioautografinya.

0 6 13

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN PACAR AIR (Impatiens balsamina L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Pacar Air (Impatiens Balsamina L.) Terhadap Bakteri Streptococcus Pyogenes Dan Shigella Sonnei Serta Bioautografinya.

0 1 13

Pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 7 136

Pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 135

Pengaruh pemberian jangka panjang fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar bilirubin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 133

Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun macaranga tanarius (l.) mull. arg. terhadap streptococcus pyogenes ATCC 19615.

5 30 121

UJI EFEKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN L

0 0 9