yang bervariasi menyebabkan metode ini menjadi populer, disamping harganya yang lebih murah dibanding metode lain. Hal ini menimbulkan berbagai variasi
di seluruh dunia. Tidak seperti metode dilusi, nilai KHM tidak dapat ditentukan akan tetapi zona jernih perlu dibandingkan dengan nilai KHM strain yang sama
untuk mendeterminasikan zona jernih mana yang mungkin merupakan nilai KHM dan kategori kerentanan Lorian, 2005.
2. Metode dilusi
Terdapat dua macam metode dilusi yaitu dilusi padat dan dilusi cair. Kedua metode ini memiliki prinsip yang sama, yang membedakan hanyalah
media yang digunakan Pratiwi, 2008. Sejumlah obat antmikroba tertentu dibuat beberapa seri pengenceran dicampurkan pada media cair atau padat
kemudian media ditanami bakteri uji dan diinkubasi Jawetz
b
, dkk., 1995. Penentuan KHM pada metode dilusi padat ditetapkan dari larutan uji dengan
kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroa uji. Konsentrasi larutan uji yang telah ditetapkan sebagai KHM dikultur ulang pada
media baru dan diinkubasi selama 18-24 jam, jika media tersebut tidak terdapat pertumbuhan mikroba setelah inkubasi maka ditetapkan sebagai KBM Pratiwi,
2008.
F. Penyarian
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Penyarian merupakan peristiwa perpindahan masa,
zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga
terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang yang dapat larut dan tidak dapat larut. Faktor yang
mempengaruhi kecepatan penyarian dalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat
tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas, dengan demikian
maka makin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya. Dalam penyarian, serbuk simplisia harus dibuat sehalus mungkin dan
dijaga agar selnya tidak pecah. Namun simplisia yang terlalu halus akan memberikan kesulitan pada proses penyarian pada metode ekstraksi perkolasi
dan penyaringan butir-butir halus membentuk suspensi yang sulit dipisahkan. Pembasahan serbuk sebelum dilakukan penyarian dimaksudkan memberikan
kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki seluruh pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah peyarian. Cairan penyari harus dapat
mencapai seluruh serbuk dan secara terus menerus mendesak larutan yang memiliki konsentrasi lebih tinggi keluar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
kriteria dalam pemilihan penyari antara lain stabil secara fisika dan kimia, netral, tidak mudah menguap dan terbakar, selektif hanya menarik zat berkhasiat, tidak
mempengaruhi zat berkhasiat dan diperbolehkan oleh peraturan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986.
Etanol telah dikenal sebagai pelarut yang mampu mengekstraksi komponen yang memiliki aktivitas antimikroba Bala
et al.,
2011. Etanol dapat melarutkan alkaloida basa, minyak atsiri, glikosida, kurkumin, kumarin,
antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Untuk meningkatkan penyarian biasanya digunakan campuran etanol dan air namun hal ini bergantung bahan
yang akan disari. Etanol dapat dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan bakteri sulit tumbuh dalam etanol dengan konsentrasi lebih
dari 20, tidak beracun, netral, absorbsi baik, etanol dapat bercampur dengan baik pada segala perbandingan, dan pemanasan yang diperlukan dalam proses
pemekatan lebih sedikit Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986. Cara penyarian dibedakan menjadi :
1. Infundasi
Infus adalah sediaan cari yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90° C selama 15 menit. Infundasi adalah proses
penyarian yang umumnya digunakan utuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air. Penyarian yang dilakukan dengan infundasi menyebabkan sari
yang dihasilkan tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Selain itu, sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1986.
2. Maserasi
Maserasi adalah proses perendaman serbuk simplisia dalam cairan penyari. Maserasi digunakan untuk simplisia yang mengandung zat aktif
mudah larut, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, dan lain-lain. Keuntungan cara penyarian
maserasi adalah peralatan sederhana dan mudah dikerjakan, sedangkan kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyarian kurang sempurna. Pada
penyarian dengan cara maserasi perlu dilakukan pengadukan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir serbuk simplisia sehingga dengan pengadukan
tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil- kecilnya antara larutan dalam sel dengan larutan diluar sel Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1986.
3. Perkolasi
Cara penyarian dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Serbuk simplisia yang ditempatkan dalam
bejana silinder diberi sekat berpori pada bagian bawah. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk, cairan penyari akan melarutkan zat
aktif hingga keadaan jenuh. Didiamkan selama 24 jam, setelah itu kran dibuka dan diatur kecepatan tetesannya agar penyarian berjalan sempurna. Pada
penentuan akhir perkolasi dapat dilakukan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat terakhir Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1986.
4. Soxhletasi
Penggabungan proses menghasilkan ekstrak cair dan dilanjutkan proses penguapan. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping
kemudian didinginkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari turun melarutkan
zat aktif serbuk simplisia. Cara ini menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia tapi melalui pipa samping. Kelemahan cara ini larutan
dipanaskan terus menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan
kurang cocok. Selain itu, cairan penyari dididihkan terus menerus sehingga penyari harus murni atau campuran azeotrop Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1986. Pengeringan dengan tangas air merupakan pengeringan yang sederhana.
Kerugiannya cairan penyari tidak dapat ditampung kembali. Pemekatan cairan mula-mula dapat dilakukan dengan pemanasan agak cepat di dalam tangas air.
Bila dikehendaki untuk menghasilkan ekstrak kental atau ekstrak kering maka pemanasan dapat diteruskan. Pemanasan harus dilakukan dengan pengontrolan
suhu 50- 60˚C, agar zat aktifnya tidak rusak Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1986.
G. Senyawa Kimia Bahan Alam