dalam daun
M. tanarius
yang juga merupakan golongan flavonoid antara lain
tanariflavanone B, tanariflavanone C, dan tanariflavanone D
. Selain itu juga terdapat kandungan flavonoid seperti
nymphaeol A, nymphaeol B, dan nymphaeol C.
Kandungan terpenoid antara lain
blumenol A vomifoliol, blumenol B 7,8- dihydrovomifoliol,
dan
annuionone E
dalam daun
M. tanarius
Phomart,
et al.,
2005
.
Glikosida yang ditemukan adalah
macarangioside A, macarangioside B, macarangioside C,
dan
macarangioside D
Matsunami,
et al.
, 2006; Matsunami,
et al.
, 2009. Komponen lainnya yang ditemukan
tanarifuranonol, mallophenol G, lauroside E, metil brevifolin karboksilat, hiperin
dan
isoquercitrin
. Beberapa struktur senyawa yang terkandung dalam
M. tanarius
Gambar 1.
macaflavanone A lauroside E
nymphaeol C tanarifuranonol
Gambar 1. Struktur senyawa yang terkandung dalam
M. tanarius
Matsunami,
et al.
, 2006; Kawakami
et al.,
2008; Phomart,
et al.,
2005
B. Antimikroba
Agen antimikroba adalah bahan kimia sintetis atau alami yang dapat membunuh
atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme.
Aktivitas antimikroba adalah kadar terkecil yang dibutuhkan oleh agen antimikroba untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Nilai dari aktivitas tersebut disebut Kadar Hambat Minimum KHM Madigan,
et al
., 2009. Antibiotik adalah substansi organik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dalam konsentrasi
rendah dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya Ibezim, 2005. Agen antimikroba diklasifikasikan sebagai bakteriostatik, bakterisid, dan
bakteriolisis bergantung dari efek yang ditimbulkan terhadap kultur bakteri. Bakteriostatik biasanya menghambat sintesis protein dan berikatan dengan
ribosom bakteri. Banyak antibiotik bekerja dengan mekanisme tersebut. Sedangkan agen bakteriosid akan berikatan kuat dengan target dan tidak hilang
bila diencerkan, membunuh bakteri tanpa merusak sel. Agen bakteriosid biasanya juga merupakan bakteriolisis, membunuh dengan melisiskan sel dan melepaskan
komponen sitoplasma. Agen bakteroilisis termasuk pula antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel seperti penisilin dan bahan kimia seperti
detergen yang dapat memecahkan membran sitoplasma bakteri. Bakteri Gram positif dan Gram negatif memiliki perbedaan dalam hal kerentanan terhadap
antibiotik. Pada umumnya bakteri Gram positif dapat dipengaruhi, sedangkan bakteri Gram negatif mudah resisten Madigan,
et al
., 2009. Hanya kurang dari satu persen dari ribuan antibiotik digunakan secara klinis. Hal ini disebabkan
karena toksisitas atau kurangnya kemampuan
uptake host
. Namun antibiotik alami
dapat digunakan dan dimodifikasi untuk meningkatkan efikasi Madigan,
et al
., 2009.
Golongan fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisid. Senyawa turunan fenol yang dikenal sebagai senyawa fenolik
mengandung molekul fenol yang secara kimiawi telah diubah untuk mengurangi kemampuan mengiritasi kulit dan meningkatkan aktivitas antibakterinya.
Aktivitas antimikroba senyawa fenolik adalah dengan merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme, sehingga menyebabkan isi sel keluar Pratiwi,
2008. Flavonoid bersifat antibakteri karena mampu berinteraksi dengan DNA bakteri yang menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri,
mikrosom dan lisosom. Aktivitas antibakteri dari flavonoid juga dilakukan dengan pengurangan fluiditas membran pada sel bakteri dan penghambatan metabolisme
energi pada bakteri Cushnie
and
Lamb, 2005. Mekanisme antimikroba dari tanin yaitu, i zat astringent pada tanin dapat menginduksi kompleksasi dengan enzim
dan substrat, berbagai enzim mikrobial mengalami penghambatan ketika dicampur dengan tanin, ii toksisitas tanin erat kaitannya dengan aksi pada
membran mikroorganisme, dan iii kompleksasi logam ion pada tanin dapat merusak membran sitoplasma dari bakteri Akiyama,
et al.,
2001. Terpenoid memiliki mekanisme antibakteri dengan bereaksi dengan porin
protein transmembran pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Rusaknya porin yang
merupakan pintu keluar masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri yang akan mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi,
sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau mati Cowan, 1999. Saponin memiliki sifat seperti deterjen dan mungkin meningkatkan permeabilitas membran
sel bakteri tanpa menghancurkan bakteri tersebut. Hal ini memfasilitasi masuknya zat antibakteri melalui membran dinding sel bakteri. Saponin dapat mengganggu
permeabilitas pada lapisan terluar membran Arabski
et al.,
2012. Minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri dengan mengganggu
proses terbentuknya membran atau dinding sel, membran atau dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna, sehingga tekanan osmosis sel terganggu
dan mikroba mati Sitepu, Suada dan Susrama, 2012.
C. Bakteri