31
lama perawatan pasien yaitu 2 hari pada batas bawah dan 10 hari pada batas atas dengan rata-rata lama perawatan pasien yaitu 6 hari.
Pengelompokkan lama perawatan pasien rawat inap berdasarkan Ismansyah 2012, yaitu hari rawat cepat selama 5 hari dan hari rawat lama selama
≥5 hari. Hasil penelitian disajikan dalam Tabel III. Hasil penelitian ini serupa dengan
penelitian Ismansyah 2012 yang menunjukkan bahwa lama hari rawat pasien diabetes melitus adalah lama yaitu sebanyak 69,8 pasien, sedangakan hari rawat
cepat sebanyak 30,2 pasien. Menurut Nawata 2015, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi lama
perawatan pada pasien diabetes melitus tipe 2 antara lain usia, komorbiditas, dan komplikasi. Lama perawatan pasien meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Selain itu, semakin tinggi komorbiditas dan komplikasi dapat memperparah kondisi pasien dan memperlama lama perawatan pasien. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian karena kelompok usia dalam penelitian ini lebih banyak pada usia 45 tahun 78,6 dan lama perawatan ≥5 hari juga lebih banyak 71,4.
b. Distribusi Jumlah Obat
Hasil penelitian dikelompokkan berdasarkan distribusi jumlah obat yang diterima pasien selama dirawat di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati
Bantul periode Agustus 2015. Setiap pasien juga menerima obat yang jumlahnya tidak selalu sama setiap harinya, dari 14 pasien ditemukan sebanyak 79 kasus. Jumlah
kasus menunjukkan jumlah hari rawat pada 14 pasien. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pada Tabel IV, dikelompokkan jumlah obat yang diterima setiap pasien pada tiap hari rawat. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Utami 2013 yang
menyatakan bahwa pasien yang menerima obat ≥5 lebih banyak dibandingkan yang
menerima 5 obat yaitu sebesar 56,17. Tabel IV. Distribusi jumlah obat per hari yang diterima pasien rawat inap di Bangsal
Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015
Jumlah Obat Per Hari Jumlah Kasus
Persentase
5 19
24,1 ≥5
60 75,9
Total 79
100,0
Kemungkinan terjadinya interaksi obat akan semakin besar ketika pasien diberikan semakin banyak obat. Menurut Albadr 2014, sekitar 11 pasien
ditemukan interaksi obat setidaknya satu interaksi obat, dan kemungkinan interaksi obat akan meningkat sekitar 40 di antara pasien yang menggunakan 5 obat,
dan 80 pada pasien yang menggunakan 7 atau lebih obat. Menurut Triplitt 2006, meminimalkan resiko terjadinya interaksi obat menjadi salah satu tujuan terapi karena
interaksi obat dapat menghasilkan mobiditas dan mortalitas yang signifikan.
c. Penyakit Penyerta dan Komplikasi
Hasil pengelompokan pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 berdasarkan penyakit penyerta
dan komplikasinya ditunjukkan dalam Tabel V. Dengan adanya penyakit penyerta dan komplikasi maka pasien akan menerima semakin banyak obat, sehingga
kemungkinan terjadinya interaksi obat juga akan semakin besar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel V. Pengelompokan penyakit komplikasi dan penyerta pada pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015
Klasifikasi Jumlah Pasien
Persentase
Komplikasi 3
21,4 Penyerta
3 21,4
Komplikasi + Penyerta 6
42,9 Tanpa Komplikasi + Tanpa penyerta
2 14,3
Total 14
100,0
Pada penelitian ini pasien yang mengalami penyakit komplikasi sebanyak 3 orang 21,4, penyakit penyerta sebanyak 3 orang 21,4, yang mengalami baik
penyakit komplikasi maupun penyerta sebanyak 6 orang 42,9, sedangkan yang tanpa penyakit komplikasi maupun penyerta sebanyak 2 orang 14,3. Penyakit
komplikasi maupun penyerta yang dialami oleh pasien jumlahnya 1 sampai 6 jenis penyakit.
Pasien diabetes melitus sering mengalami berbagai komplikasi penyakit. Menurut Edwina 2015, diabetes melitus yang tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan berbagai komplikasi yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Adanya komplikasi kronis pada diabetes melitus tipe 2 dapat menurunkan kualitas
hidup penderita. Selain itu, menurut Litwak 2013, managemen yang efektif pada pasien diabetes melitus dibutuhkan untuk mengontrol kadar glukosa darah tetap
dalam rentang normal selama beberapa tahun untuk menurunkan resiko komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular.
Pada penelitian ini terdapat 6 jenis penyakit komplikasi yang dialami oleh pasien yaitu hipertensi, insufisiensi ginjal, ulkus, congestive heart failure, ischemic
heart disease, dan dislipidemia. Selain itu, terdapat beberapa penyakit komplikasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
yang sama yang dialami oleh beberapa pasien. Komplikasi yang paling banyak adalah hipertensi yang dialami oleh 7 dari 14 pasien 50,0, diikuti insufisiensi ginjal
28,6, ulkus 21,4, congestive heart failure 14,3, ischemic heart disease 7,1, dan dislipidemia 7,1.
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Edwina 2015 dengan 75 pasien dengan penderita diabetes melitus tipe 2 memiliki
komplikasi kronik. Diabetes melitus bersama dengan hipertensi dapat meningkatkan risiko komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular. Oleh sebab itu, penyandang
diabetes yang disertai hipertensi harus lebih menjaga kesehatan menghindari penyakit kronis lain akibat kondisi ini Rosyada, 2013.
Komplikasi paling banyak kedua adalah insufisiensi ginjal. Menurut Dabla 2010, hiperglikemi kronik pada pasien diabetes melitus berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, gangguan fungsi, dan kegagalan berbagai organ, salah satunya ginjal. Pada pasien diabetes, ginjal akan tumbuh membesar dan laju filtrasi
glomerulus akan terganggu. Pada beberapa orang, fungsi penyaringan ginjal akan akan lebih tinggi daripada normalnya dalam beberapa tahun pertama diabetes.
Diabetes berpengaruh terhadap ginjal secara bertahap. Selain itu, menurut Rohilla 2011, diabetes melitus dapat menstimulasi sel-sel ginjal untuk menghasilkan
mediator humoral, sitokin, dan faktor pertumbuhan yang bertanggung jawab atas perubahan struktur seperti peningkatan deposisi matriks ekstraseluler dan perubahan
fungsi seperti peningkatan permeabilitas membran dasar glomerulus yang dapat menyebabkan diabetes neuropati.
35
Pasien diabetes melitus juga sering mengalami komplikasi ulkus. Ulkus kaki terinfeksi biasanya melibatkan banyak mikroorganisme, yang sering terlibat adalah
stafilokokus, streptokokus, batang gram negatif, dan kuman anaerob PERKENI, 2011. Menurut ADA 2015, ulkus kaki merupakan akibat dari neuropati pada
diabetes yang umumnya menjadi penyebab utama morbiditas dan kelumpuhan pada penderita diabetes. Selain itu, pasien dengan diabetes dan resiko tinggi ulkus kaki
seharusnya diedukasi mengenai faktor risiko dan managemennya. Pasien mengerti pentingnya monitoring kaki setiap harinya, perawatan kaki yang benar, termasuk
perawatan kuku dan kulit, serta pemilihan alas kaki yang sesuai. Selain adanya komplikasi dari diabetes melitus, pasien juga memiliki penyakit
penyerta. Pada penelitian ini terdapat 14 jenis penyakit penyerta yang dialami oleh pasien, yaitu abdominal pain, anemia, bronchitis, dispepsia, febris, GE, GERD,
hematemesis, hiperurisemia, ISK, kolelitiasis, selulitis, sirosis hati, dan vomitus. Penyakit penyerta yang paling banyak ditemukan adalah GERD yaitu sebesar 2 dari
14 pasien 14,3, sedangkan penyakit penyerta yang lain masing-masing dialami oleh satu orang pasien.
2. Profil Penggunaan Obat Hipoglikemi