Makrovaskuler Mikrovaskuler Komplikasi Jangka Panjang

14

E. Komplikasi

1. Metabolik akut

a. Ketoasidosis

Ketoasidosis merupakan komplikasi akut yang umum pada DM tipe 1 namun dapat pula trjadi pada DM tipe 2 yang sudah tergantung pada insulin tetapi tidak mendapatkan insulin oleh karena berbagai alsan. Kriterianya FPG 250 mgdl, pH 7-7,3, keton positif dalam urin atau serum, osmolaritas bervariasi, alert-coma Widyati, 2015.

b. Hyperosmolar Hyperglycemic State HHS

HHS merupakan kondisi perubahan status mental oleh karena hiperosmolaritas, dehidrasi, hiperglikemi parah tanpa ketoasidosis. Kriterianya kadar glukosa ≥600mgdl, pH 7,30, HCO3 15, ketouria, dan serum minimal, osmolalitas serum 320, stupor koma Widyati, 2015.

2. Komplikasi Jangka Panjang

a. Makrovaskuler

Jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer. Walaupun komplikasi makrovaskular dapat terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan komplikasi makrovaskular ini adalah DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia, dan atau kegemukan. Kombinasi dari penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai nama, antara lain: syndrome X, cardiac PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 dysmetabolic syndrome, hyperinsulinemic syndrome, atau insulin resistance syndrome Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005.

b. Mikrovaskuler

Hiperglikemi yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi termasuk HbA1C menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi semakin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskular, antara lain: retinopati, nefropati, dan neuropati Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005. 1 Neuropati Neuropati diabetik periferal dapat berakibat munculnya nyeri, hilangnya sensasi rasa, dan kelemahan otot. Bila neuropati menyerang saraf autonom dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal, kardiovaskuler, dan genitourinari. Perbaikan neuropati dilaksanakan dengan meningkatkan kontrol glukosa plasma. Terapi dengan berbagai cara antara lain mengubah terapi nutrisi dan prosedur khusus Widyati, 2015. 2 Retinopati Kontrol gula yang optimal dapat mengurangi resiko dan progresifitas diabetik retinopati. Pasien dewasa dengan DM tipe 2 hendaknya melakukan pemeriksanaan segera setelah didiagnosis DM. Terapi laser dapat mengurangi resiko menurunnya penglihatan Widyati, 2015. 16 3 Nefropati Nefropati terjadi pada 20-40 penderita DM dan penyebab utama gagal ginjal terminal. Terdeteksinya mikroalbumin dalam urin 30-299mg24 jam merupakan tanda dini pada DM tipe 1 dan DM tipe 2. Penatalaksanaan bagi mikroalbumin dan makroalbumin menggunakan ACE atau ARB kecuali selama kehamilan. Dengan adanya nefropati perlu segera dilakukan restriksi protein, pengaturan kadar gula menuju rentang normal untuk menunda gagal ginjal terminal Widyati, 2015.

F. Interaksi Obat

Interaksi obat adalah interaksi antara satu atau lebih obat yang diberikan bersamaan yang hasilnya mengubah efektivitas atau toksisitas dari obat yang diberikan. Interaksi obat dapat disebabkan oleh obat resep atau non-resep produk herbal atau vitamin, makanan, penyakit, dan genetik. Meminimalkan resiko interaksi obat seharusnya menjadi tujuan dalam terapi obat karena interaksi dapat menyebabkan kesakitan dan kematian yang signifikan Triplitt, 2006. Interaksi obat dikategorikan berdasarkan tingkat keparahannya yaitu serius, signifikan, dan minor. Interaksi dikategorikan serius jika mengancam nyawa dan membutuhkan penanganan pengobatan segera. Signifikan jika memperburuk kondisi pasien dan memerlukan penggantian terapi obat. Minor jika pasien mengalami perubahan kondisi klinis tetapi tidak memerlukan penggantian terapi obat dan kontraindikasi ketika pemberian obat tidak direkomendasikan Albadr, 2014.

Dokumen yang terkait

EVALUASI IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY PNEUMONIA DI RUANG RAWAT INAP BANGSAL ANAK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

13 60 229

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien di insatalasi rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul.

1 2 49

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul.

0 1 50

Evaluasi peresepan antibiotika pada pasien diare dengan metode gyssens di instalasi rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode April 2015.

0 4 213

Evaluasi interaksi penggunaan obat antihipertensi pada pasien rawat inap di Bangsal Cempaka RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015.

0 4 109

Evaluasi penggunaan obat Hipoglikemia pada pasien di instalasi rawat inap bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015.

1 6 117

Efektivitas penggunaan obat antihipertensi di Instalasi Rawat Inap bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015.

1 9 95

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien di insatalasi rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul

0 0 47

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul

0 0 48

HUBUNGAN PENGALAMAN DIRAWAT DENGAN LOYALITAS PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pengalaman Dirawat dengan Loyalitas Pasien Rawat Inap di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati B

0 0 16