Creaming dan flokulasi Koalesens Ostwald ripening

bentuk ketidakstabilan emulsi dapat berupa creaming, flokulasi, koalesens, dan Ostwald ripening Ali, Alam, Alam, Anwer, and Safhi, 2013.

1. Creaming dan flokulasi

Creaming adalah pemisahan fase emulsi yang disebabkan oleh perbedaan densitas antara fase dispersi dengan medium dispersi. Creaming bersifat reversible dan dapat dihilangkan dengan perlakuan penggojogan. Creaming dapat dicegah dengan mengecilkan perbedaan densitas antara fase dispersi dengan medium dispersi Ali et al., 2013. Flokulasi adalah keadaan di mana droplet saling bergabung karena adanya ikatan antar droplet yang lemah. Flokulasi bersifat reversible dan dapat dihilangkan dengan perlakuan penggojogan yang kuat. Droplet yang terflokulasi ditandai dengan kemampuannya untuk mempertahankan bentuk dan ukuran. Flokulasi juga dapat menyebabkan terjadinya koalesens yang bersifat irreversible Ali et al., 2013. Pada sistem emulsi yang menggunakan surfaktan non-ionik, terdapat gaya tarik-menarik antar droplet yang disebabkan oleh adanya gaya van der Waals, tetapi gaya itu dapat dilemahkan dengan menurunkan jarak antar droplet. Seiring dengan peningkatan konsentrasi surfaktan, maka lapisan film antar muka yang membentuk droplet juga akan semakin menebal dan menandakan bahwa halangan sterik antar droplet juga membesar. Halangan sterik yang besar berfungsi dalam mencegah terjadinya penyatuan droplet yang bersifat irreversible atau mencegah terjadinya koalesens, sehingga dapat dikatakan penggunaan konsentrasi surfaktan dalam jumlah tinggi dapat menghasilkan suatu emulsi yang lebih stabil, dan pada pembuatannya nanoemulsi membutuhkan konsentrasi surfaktan dalam jumlah tinggi sehingga flokulasi bukan merupakan bentuk ketidakstabilan utama yang terjadi dalam nanoemulsi Abdulkarim et al., 2010b; Ali et al., 2013.

2. Koalesens

Koalesens terjadi ketika droplet-droplet saling menyatu dan membentuk suatu droplet baru yang memiliki ukuran lebih besar dan bersifat irreversible Abdulkarim et al., 2010b.

3. Ostwald ripening

Ostwald ripening merupakan bentuk ketidastabilan yang utama pada nanoemulsi. Ostwald ripening atau difusi molekuler muncul dari adanya polidispersitas dan perbedaan kelarutan antara droplet yang berukuran besar dengan droplet yang berukuran kecil. Terdapat beberapa hal yang dapat mengurangi kecepatan terjadinya Ostwald ripening seperti peningkatan konsentrasi surfaktan dan penyimpanan nanoemulsi di tempat dengan suhu optimum. Peningkatan konsentrasi surfaktan dapat mengurangi kecepatan terjadinya Ostwald ripening karena dengan meningkatnya kuantitas misel pada medium dispersi dapat mencegah molekul minyak untuk berdifusi ke dalam medium dispersi sehingga dapat membentuk droplet kecil yang memiliki tegangan permukaan yang rendah dan bersifat monodispers Gadhave, 2014. Uji stabilitas perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas sediaan terhadap waktu dengan beberapa pengaruh dari lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI cahaya sehingga dapat diketahui shelf-life dari sediaan tersebut Abdulkarim et al., 2010b. Pengujian stabilitas suatu sediaan jangka panjang real time stability testing dapat dilakukan dalam waktu minimal selama enam bulan, di mana membutuhkan waktu dan biaya dalam melakukannya. Oleh karena itu, uji stabilitas dilakukan dengan metode uji stabilitas dipercepat atau accelerated stability testing yang dapat memprediksi stabilitas sediaan dengan perlakuan penyimpanan produk pada kondisi tertentu, yaitu untuk penyimpanan sediaan nanoemulsi dilakukan pada suhu 40 ± 2°C dengan relative humidity RH sebesar 75 ± 5 selama satu bulan atau 30 hari Kumar, Sasikanth, Sabareesh, and Donabaru, 2011. Parameter yang diukur dalam uji stabilitas meliputi sifat fisikokimia nanoemulsi meliputi:

1. Sifat organoleptis

Dokumen yang terkait

FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK KELAPA DENGAN KOMBINASI DUA SURFAKTAN TWEEN 80 DAN GLISERIL MONOSTEARAT (GMS) ATAU DENGAN LESITIN

5 23 47

FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK KELAPA SAWIT DALAM AIR MENGGUNAKAN KOMBINASI SURFAKTAN TWEEN 80 DAN GLISEROL MONOSTEARAT ATAU LESITIN

0 11 37

PENGOLAHAN ABU SEKAM PADI DENGAN SURFAKTAN POLIETILEN GLIKOL MENJADI NANO PARTIKEL.

0 4 72

UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN HIDROKLORTIAZIDA DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN TWEEN 80 UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN HIDROKLORTIAZIDA DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN TWEEN 80.

0 0 7

Pengaruh variasi fase minyak virgin coconut oil dan medium-chain triglycerides oil terhadap stabilitas fisik nanoemulsi minyak biji delima dengan kombinasi surfaktan tween 80 dan kosurfaktan PEG 400.

3 54 98

Pembuatan nanokrim kojic acid dipalmitate dengan kombinasi surfaktan tween 80 dan span 80 menggunakan mixer.

4 50 88

Pembuatan nanokrim kojic acid dipalmitate dengan kombinasi surfaktan tween 80 dan kosurfaktan propilen glikol menggunakan mixer.

4 20 81

EFEK PERBANDINGAN SURFAKTAN DAN KOSURFAKTAN PADA MIKROEMULSI OVALBUMIN TIPE WO DENGAN MINYAK KEDELAI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA (Mikroemulsi WO dengan Surfaktan Span 80 –Tween 80 : Kosurfaktan Etanol 96= 5:1; 6:1 dan 7:1)

0 0 130

SURFAKTAN TWEEN 80 DAN KOSURFAKTAN PEG 400 MENGGUNAKAN METODE SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM)

1 5 18

Pengaruh perbandingan Surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dalam formulasi sediaan mikroemulsi askorbil palmitat dan alfa tokoferol untuk antiaging - USD Repository

0 1 158