diperlukan dalam membuat suatu nanoemulsi menggunakan surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400, dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Suciati et
al., 2010 yang membuat nanoemulsi yang stabil dengan menggunakan surfaktan Tween 80 dan kosurfaktan PEG 400 dengan nilai HLB gabungan sebesar 14,37.
Nanokrim KAD yang dibuat dalam penelitian ini memiliki ukuran droplet sebesar 270,21 nm. Ukuran droplet nanokrim KAD memenuhi kriteria ukuran
droplet sediaan nanokrim yaitu sebesar 20-500 nm. Hal ini menunjukkan bahwa nanokrim KAD dapat dibuat baik dengan menggunakan metode energi tinggi high-
shear stirring dengan alat mixer maupun dengan metode energi rendah EIP menggunakan alat pengaduk magnetik yang telah termodifikasi elektroda.
B. Uji Sifat Fisik Nanokrim
Sediaan dikatakan berkualitas jika memenuhi kriteria sifat fisik dan mampu mempertahankannya selama masa penyimpanan stabil. Pengujian sifat
fisik yang dilakukan meliputi sifat organoleptis, homogenitas, pH, tipe nanokrim, ukuran droplet, viskositas, daya sebar, dan daya lekat nanokrim.
1. Uji organoleptis, homogenitas, dan pH
Uji organoleptis yang dilakukan meliputi pengamatan fisik terhadap bau, warna, dan bentuk nanokrim. Uji organoleptis penting untuk dilakukan
karena terkait dengan estetika produk dan penerimaan produk oleh konsumen. Uji organoleptis dapat mengamati secara langsung bentuk ketidakstabilan
emulsi yang terjadi seperti pemisahan fase, perubahan bau dan warna. Hasil uji organoleptis, homogenitas, dan pH terdapat dalam tabel III.
Tabel III. Data organoleptis, homogenitas, dan pH nanokrim Parameter
Hasil
Bau Khas kelapa
Warna Putih kekuningan
Bentuk Emulsi kental
Pemisahan fase Tidak ada
Homogenitas Homogen
pH x̄ ± SD
7,19 ± 0,07 Hasil uji organoleptis terhadap nanokrim KAD menunjukkan bahwa
nanokrim memiliki bau khas kelapa yang berasal dari VCO yang merupakan fase minyak dari nanokrim, berwarna putih kekuningan, berbentuk emulsi
kental, dan tidak terdapat pemisahan fase emulsi. Uji homogenitas dilakukan untuk memastikan bahwa semua bahan
dalam nanokrim telah tercampur secara homogen sehingga terjadi keseragaman dosis saat digunakan. Pengukuran uji homogenitas didasarkan pada pengamatan
secara visual terhadap distribusi partikel. Hasil dari pengamatan uji homogenitas nanokrim KAD menunjukkan bahwa nanokrim yang dibuat telah
homogen, karena memiliki partikel yang terdistribusi secara merata, serta tidak mengalami penggumpalan.
Sebagai sediaan topikal, nanokrim sebaiknya memiliki pH yang sama dengan pH kulit yaitu antara 4,5 hingga 7 untuk mencegah terjadinya iritasi
kulit yang timbul akibat perbedaaan pH. Nanokrim KAD yang dibuat memiliki pH sebesar 7,19 yaitu sudah sesuai dengan pH kulit.
2. Uji tipe nanokrim
Uji tipe nanokrim dilakukan untuk mengetahui tipe emulsi nanokrim. Hasil dari pengujian tipe nanokrim menunjukkan bahwa nanokrim yang
dihasilkan memiliki tipe OW karena nanokrim dapat terdispersi sempurna dalam air, tetapi tidak larut di dalam minyak gambar 9. Tipe nanokrim OW
merupakan tipe nanokrim yang diinginkan, karena dalam tipe ini fase minyak VCO yang mengandung KAD terdispersi menjadi droplet berukuran nano.
Gambar 9. Hasil pengujian tipe nanokrim, a didispersikan dalam aquadest, b didispersikan dalam VCO
Penentuan tipe nanokrim yang diperoleh diperkuat dengan perhitungan
nilai HLB sediaan. Nanokrim KAD memiliki nilai HLB sebesar 14,62. Sediaan dengan nilai HLB 7 akan cenderung membentuk tipe emulsi OW, sehingga
berdasarkan perhitungan nilai HLB maka tipe nanokrim yang dibuat akan memiliki tipe emulsi OW.
3. Uji ukuran droplet