Budaya Daerah
189
Presentasikan di depan kelas pembahasan kalian tentang puisi ”Payung” di atas. Sementara itu, teman-teman kalian akan mendengar-
kan. Teman-teman kalian akan memberikan tanggapan persetujuan atau penolakan terhadap pembahasan kalian. Jawablah setiap
pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman kalian
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Pelatihan 2
B. Mengomentari Unsur Drama Indonesia yang Memiliki Warna Lokal
Pada Bab X, kalian telah belajar memahami karya sastra drama. Agar lebih memahami unsur-unsur karya sastra drama, pada pelajaran
kali ini, kalian akan kembali belajar menanggapi karya sastra drama. Namun, kali ini kalian akan belajar memahami karya sastra drama
Indonesia yang memiliki warna lokalkedaerahan.
Warna lokal drama dapat diketahui dari tema, latar, dan tokoh. Drama Ken Arok, misalnya, memiliki warna lokal karena mengambil
latar kehidupan kerajaan Majapahit. Bacalah di dalam hati naskah drama ini. Sambil membaca,
pahamilah unsur-unsur yang membangun cerita drama tersebut
Gading Cempaka
Karya Wisran Hadi
Pemain: 1.
Putri Gading Cempaka Putri bungsu Ratu Agung, Raja Kerajaan Bengkulu
2. Wanita Penyanyi Suara Hati
3. Anak Dalam Putra sulung Ratu Agung. Kakak tertua Putri Gading
Cempaka 4.
Para Hulubalang Kerajaan 5.
Para Pesirah dari Rejang Empat Pitulai 6.
Beberapa punggawa 7.
Para pemusik
Bagian Keempat
Beberapa hulubalang Hulubalang I dan punggawa kerajaan memasang obor-obor pada tempat-tempat tertentu. Mereka bekerja
tanpa bicara sepatah kata pun, seakan ada sesuatu yang menekan. Tiba-tiba dari luar pentas terdengar teriakan serempak keras
sekali: ”Pembunuhan ” Bersamaan dengan habisnya suara itu, orang-orang datang ke
pentas dari berbagai arah. Mereka saling bicara dan menuding sesamanya. Begitu ramainya mereka bicara sehingga tidak jelas apa
yang dikatakannya. Yang dapat disimak adalah galau suara saling memaki dan tudingan-tudingan.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komp Bahasa SMA 3 Bhs
190
Hulubalang II, III, dan IV datang. Orang-orang takut dan satu per satu keluar.
Hulubalang I : Semua akan jadi kacau Semua orang saling
tuding di warung dan lepau Hulubalang II
: Pokoknya jangan menuduh siapa-siapa Hulubalang III
: Pasti suatu pengkhianatan Hulubalang II
: Siapa yang berkhianat? Hulubalang III
: Mungkin di antara pesirah yang empat. Hulubalang IV
: Hebat Kalau ada di antara kita, akan kusunat Hulubalang III
: Pembunuh itu bisa kualat. Hulubalang II
: Kalau dia pergi dengan cepat, pasti akan selamat Hulubalang IV
: Kita sudah bingung mencari pembunuhnya, tapi kalian masih bicara tidak pakai adat Mungkin
orang keparat Mungkin orang beradat Mungkin orang pulau Rupat Mungkin para pesilat Mungkin
belah ketupat, segi empat, rakyat, hebat, bangsat Pembunuh itu akan kucegat Hormat
Keluar Hulubalang II dan III mengejar Hulubalang IV keluar
Hulubalang III : E, Sobat Ayo, kita minum serbat
Hulubalang-hulubalang itu menghilang ke samping. Putri Gading Cempaka melintas pentas
dengan cepat sambil menggendong anaknya. Dari arah lain, Anak Dalam datang
. Anak Dalam
: Pembunuhan ini akan berlanjut. Ario Bago harus diselamatkan.
Putri : Jika anakku juga akan terbunuh, biarlah dia mati
dalam pangkuanku. Anak Dalam
: Itu perasaan seorang ibu. Yang penting sekarang kita harus menyelamatkan Ratu Bengkulu.
Putri : Bagaimana menyelamatkannya?
Anak Dalam : Disembunyikan.
Putri : Ke mana?
Anak Dalam : Jangan tanyakan Semua dinding punya telinga
Putri : Berapa lama?
Anak Dalam : Percayalah. Sebelum penobatannya, dia sudah
sampai dini. Putri
: Wah, bagaimana, ya? Anak Dalam
: Tidak ada ... wah ... wah Bagaimana, bagaimana apa lagi Mari anak itu. Ayo cepat
Putri menyerahkan gendongannya kepada Anak Dalam
.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Budaya Daerah
191
Anak Dalam : Kalau ada yang menanyakan, katakan aku ziarah
ke makam Ratu Agung. Hati-hati Para pembunuh itu ingin menghabiskan semua keturunan kita
Anak Dalam segera membawa gendongan itu keluar. Putri hanya termangu dan keluar ke arah
lain. Tiba-tiba dari luar terdengar suara serempak berteriak
. Suara Hati
: Terkutuk Bersamaan dengan habisnya suara itu, orang-
orang datang dari berbagai arah. Mereka saling tuding dan memaki-maki. Suasana menjadi lebih
panas dan hiruk pikuk daripada suasana sebelum- nya. Punggawa I, II, dan IV datang. Orang-orang
segan dan takut. Mereka keluar satu per satu
. Punggawa I
: Di belakang peristiwa pembunuhan ini pasti ada dalang
Punggawa III : O, tentu. Kalau tidak ada dalang, siapa yang me-
mainkan wayang. Punggawa IV
: Kukira kita semua sudah dalang Mau saja di- bodohi para pendatang.
Punggawa I : Pasti terlibat orang Rejang
Punggawa III : Bisa juga orang Minang
Punggawa I : Jangan-jangan orang Ujung Pandang.
Punggawa IV : Uh Mungkin orang Padang Orang Semarang
Orang Kerawang Orang Malang Waaaang Mande ang
Setan semua Kita sekarang sedang bingung, kalian bicara ang ang ang Kalau begini aku akan
menghadang
Punggawa III : Dihadang pakai apa? Dandang? Rendang? Parang?
Pedang? Bisa-bisa kau hilang Tiba-tiba terdengar suara serempak dan keras
sekali dari luar .
Binatang Para pesirah dan semua orang datang dari
berbagai arah dan berteriak-teriak saling tuding. Ada yang sudah mulai memukul lawannya bicara.
Juga ada yang sudah mulai berkelahi sesamanya. Penyanyi datang membawa obor. Orang-orang
mundur dan duduk menyembah
. Semua
: Putri Penyanyi segera keluar. Para pesirah berdiri dan
kesal sekali.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komp Bahasa SMA 3 Bhs
192
Pesirah III : Ah, penyanyi itu lagi
Pesirah II : Kita sering keliru membedakannya.
Pesirah I : Kadang-kadang dia mirip sekali dengan putri.
Pesirah IV : Mungkin penyanyi itu putri sesungguhnya.
Pesirah I : Mana mungkin.
Pesirah IV : Mungkin saja. Bentuk lain dari bentuk aslinya.
Seperti sisi mata uang Pesirah III
: Ah, kau. Jangan mengalihkan perhatian. Kita bicara soal pengkhianatan. Bukan jelmaan-jelmaan
setan Penyanyi datang dengan obor yang padam. Dia
letih sekali.
Pesirah I : Kau lihat dia?
Penyanyi : Tadi di pusara. Tapi ketika kususul ke sana, ter-
nyata dia ke muara. Pesirah I
: Mencari ramuan obat untuk anaknya. Pesirah III
: Sedih sekali dia. Penyanyi
: Perempuan mana takkan sedih atas kematian suami. Apalagi pembunuhnya sampai sekarang
belum diketahui. Pergi
Pesirah I : Dia menyindir kita lagi. Dikiranya kita tidak ber-
usaha mencari pembunuhnya Pesirah III
: Melihat ke samping dan terkejut Itu dia Putri Para pesirah bersama-sama mengejar bayangan
itu ke luar. Dari arah lain Putri Gading Cempaka datang bersama Anak Dalam. Anak Dalam
menggendong Aria Bago. Mereka melewati pentas dengan cepat. Para pesirah datang berlari mengejar
. Pesirah
: Putri Tapi Putri dan Anak Dalam sudah menghilang.
Penyanyi masuk dengan letih Penyanyi
: Jumpa? Pesirah IV
: Tadi lewat di sini menggendong anaknya bersama Anak Dalam.
Pesirah I : Sejak kematian Maharaja Sakti banyak sekali
yang aneh dari perilakunya. Pesirah IV
: Bahkan sulit sekali ditemui. Pesirah II
: Padahal kita mau menanyakan mimpi-mimpinya. Penyanyi
: Mimpi-mimpinya? Apa hubungannya? Pesirah II
: Siapa tahu sebelum Maharaja Sakti terbunuh, dia bermimpi macam-macam. Kita bisa meneliti pem-
bunuhan itu melalui penafsiran mimpinya.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Budaya Daerah
193
Penyanyi : Aku tahu yang diimpikannya.
Pesirah II : Jadi kau tahu? Apa?
Penyanyi : Dia mimpikan putra Aria Bago menjadi Ratu yang
dapat mempersatukan seluruh Bengkulu. Dia memimpikan rakyat kerajaan ini menjadi
rakyat yang aman dan makmur. Dia memimpikan para pengkhianat akan cepat
bertobat. Dia memimpikan para pesirah dari Rejang Pitulai
menjadi orang-orang pandai. Orang yang arif bijaksana. Yang mampu meng-
usut segala persoalan sampai ke ujung-ujungnya.
Pesirah : Hih Menyindir lagi
Penyanyi : Kalau tidak percaya, ya, tidak apa.
Keluar
Sumber: Empat Sandiwara Orang Melayu. Angkasa, Bandung, 2000
1. Tuliskan karakteristik pelaku pada cerita drama tersebut
2. Jelaskan tema cerita drama tersebut disertai bukti pendukung
3. Sebutkan unsur pembangun drama tersebut dan jelaskan hubungan
antarunsur tersebut 4.
Ceritakan secara singkat isi drama tersebut dengan mengguna- kan kalimatmu sendiri
5. Warna lokal apa yang menonjol pada cerita drama tersebut?
Jelaskan secara ringkas 6.
Bagaimana perilaku berbahasa yang terlihat dalam dialog tokoh pada cerita drama tersebut?
Di televisi, kalian dapat menyimak tayangan berupa drama yang memiliki warna lokal. Misalnya, ketoprak humor, ludruk, atau lenong
atau sinetron komedi yang mengambil latar budaya tertentu, misalnya Si Entong
yang mengambil latar budaya Betawi. 1.
Tontonlah tayangan televisi, misalnya ketoprak, lenong, atau ludruk
2. Jelaskan warna lokal yang tampak pada tayangan tersebut
3. Sebutkan unsur-unsur yang membangun cerita drama tersebut
ketoprak, lenong, atau ludruk dalam konteks ini dianggap sebagai drama karena memiliki sebagian besar unsur drama
4. Berikan tanggapan kalian terhadap pementasan drama tersebut
dikaitkan dengan unsur-unsur pembangun drama yang telah kalian sebutkan sebelumnya
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Pelatihan 3
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
Tugas 2
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komp Bahasa SMA 3 Bhs
194
Buka Wawasan
Secara rinci, perkembangan alur drama dibagi menjadi enam tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Eksposisi atau disebut juga tahap perkenalan. Pada tahap ini, penonton mulai
diperkenalkan dengan lakon drama yang akan ditonton. 2.
Konflik, yaitu tahap ketika penonton sudah terlibat persoalan pokok insiden. 3.
Komplikasi, yaitu tahap ketika insiden berkembang dan menimbulkan konflik yang semakin banyak dan rumit.
4. Krisis, yaitu tahap ketika berbagai konflik sampai pada puncak klimaks.
5. Resolusi, yaitu tahap ketika mulai dilakukan penyelesaian terhadap konflik yang
memuncak. 6.
Keputusan, yaitu tahap ketika semua konflik berakhir.
C. Menyusun Dialog dalam Pementasan Drama