Mendengarkan dan Memahami Berita

Jurnalistik dan Sastra 5

A. Mendengarkan dan Memahami Berita

Membedakan fakta dan opini atau pendapat dalam suatu konteks pembicaraan bukan merupakan suatu hal yang mudah, akan tetapi memerlukan latihan yang menuntut penyimak kritis. Dengan latihan ini, kalian dapat terampil membedakan antara fakta dan opini pendapat serta tidak mudah diombang-ambingkan oleh hadirnya data yang tampak seakan-akan dapat dibuktikan secara nyata. Suatu informasi atau berita yang disampaikan oleh seorang pembaca, bila kalian mencermatinya ada yang bersifat faktual atau nyata, ada pula yang berupa hasil pemikiran, gagasan, atau pendapat. Sesuatu yang bersifat faktual itulah yang disebut dengan fakta, sedangkan sesuatu yang hanya berupa gagasan atau pendapat disebut opini. Untuk memperoleh kemampuan membedakan fakta dengan opini, kalian simak teks berita yang dibacakan temanmu berikut Bahasa Jurnalistik Kita Miskin Struktur Jakarta, Kompas - Bahasa jurnalistik sebagai salah satu varian ragam bahasa Indonesia, belum banyak dikembangkan oleh surat kabar yang ada di Indonesia. Ada kecenderungan, surat kabar hanya menggunakan kalimat dengan struktur yang mementingkan unsur siapa orang yang menjadi berita. Tidak heran kalau unsur lain, seperti mengapa, jarang disampaikan dalam berita yang ada di koran nasional. Demikian antara lain penjelasan promovendus Suroso di depan panitia ujian doktor dalam Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Jakarta UNJ di Jakarta, Jumat 31. Dalam sidang yang dipimpin Rektor UNJ Prof Dr Sutjipto itu, Suroso berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul ”Bahasa Jurnalistik Perspektif Berita Utama Politik Surat Kabar Indonesia pada awal Era Reformasi 1999” dengan predikat sangat memuaskan. Gambar 1.1 Media cetak koran ”Surat kabar yang ada lebih mementingkan unsur siapa orang yang menjadi tokoh berita, karena ada pengaruh budaya di Indonesia yang memang lebih mementingkan siapa orang yang berbicara dibandingkan substansi suatu persoalan,” ujar Suroso. Akibatnya, menurut Suroso, jarang sekali dijumpai berita yang dihasilkan dari hasil investigasi yang lebih banyak mengungkap unsur mengapa. Padahal, dengan mengembangkan unsur mengapa dalam struktur kalimatnya, wartawan akan membuat sebuah berita lebih informatif yang menguntungkan pembaca. Di unduh dari : Bukupaket.com Komp Bahasa SMA 3 Bhs 6 ”Sayangnya memang selama ini belum ada lembaga pendidikan yang mengajarkan tentang kemampuan menulis sejak dini. Bahkan, pendidikan tinggi yang punya pendidikan jurnalistik pun tidak mem- bekali keterampilan menulis bahasa jurnalistik dengan baik,” ujarnya. Untuk menulis disertasinya, Suroso meneliti empat surat kabar nasional, yaitu Kompas, Media Indonesia, Republika, dan Suara Pembaruan pada periode Mei-Juli 1999. Penelitian yang dilakukan difokuskan pada tiga kecenderungan pemberitaan surat kabar, yaitu meningkatnya perbedaan perspektif pemberitaan, terjadinya perubahan paradigma perspektif pemberitaan dari pemberitaan yang ”menjaga stabilitas” ke pemberitaan yang ”membangun kesadaran kolektif masyarakat”, dan bahasa yang digunakan jurnalis. ”Perbedaan perspektif tercermin dari sikap jurnalis yang didasari nilai-nilai ideologi tertentu, dan itu tercermin dalam pemakaian bahasa dalam berbagai aspeknya, yaitu strategi penyajian informasi,” ujarnya. Menurut dia, dalam sebuah teks ada konteks yang ingin dibangun dengan pembacanya. Karena itu, teks dipandang sebagai ruang sosial, representasi pengalaman, dan dunia interaksi sosial antarpartisipan secara serempak terjadi. Berangkat dari perspektif ini, Suroso melihat, surat kabar sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari kepentingan, dan afiliasi pada kelompok atau golongan. ”Paling tidak, wartawan yang menulis berita akan terikat pada budaya, ideologi, dan institusi surat kabar,” katanya. Salah satu persoalan yang ingin dilihat, demikian Suroso, adalah bagaimana perspektif itu termanifestasikan di dalam pemakaian bentuk-bentuk ekspresi bahasa dalam teks berita utama surat kabar Indonesia, pada awal era reformasi. Dari persoalan ini, terdapat kesimpulan yang memperlihatkan ada empat perspektif pemberitaan sebagai manifestasi dari nilai, pengetahuan, dan sudut pandang yang dianut. Keempat perspektif itu adalah 1 perspektif pro masyarakat, 2 perspektif pro pemerintah, 3 perspektif netral, dan 4 perspektif yang lain. ”Perspektif yang lain ini merupakan hasil temuan di lapangan, di mana agama dijadikan satu dasar perspektif,” ujarnya. MAM . Sumber: www.kompas.com Simaklah berita atau informasi yang disampaikan temanmu itu 1. Tuliskan kalimat mana yang berupa fakta 2. Mengapa itu disebut fakta? Kemukakan komentar kalian 3. Tuliskan kalimat-kalimat yang menunjukkan pendapat 4. Mengapa itu disebut pendapat? Kemukakan komentar kalian ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ Pelatihan 1 Di unduh dari : Bukupaket.com Jurnalistik dan Sastra 7

B. Mengungkapkan Pikiran, Perasaan, dan Informasi dalam Diskusi