Jurnalistik dan Sastra
7
B. Mengungkapkan Pikiran, Perasaan, dan Informasi dalam Diskusi
Kita sering melakukan atau mengikuti kegiatan diskusi, terutama dalam memecahkan suatu permasalahan, baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Apa sebenarnya diskusi itu? Diskusi merupakan suatu bentuk tukar pikiran dan pembicaraan yang teratur
serta terarah.
Berbagai manfaat yang dapat kita peroleh melalui diskusi, antara lain: menumbuhkan sikap demokrasi, menanamkan sikap teloransi;
mengembangkan kebebasan pribadi; melatih berpikir, menambah pengetahuan dan pengalaman, serta pengejawantahan sikap intelejen
dan kreatif.
Suatu kegiatan diskusi sering kali melibatkan unsur manusia, yaitu: pimpinan atau moderator, peserta, pembicara atau pemrasaran,
dan pendengar. Unsur materi, yakni adanya masalah, topik, atau tema pembicaraan. Unsur fasilitas, seperti ruangan, meja kursi, alat radio-
visual, papan tulis, kertas, dan lain-lain. Begitu pula, unsur lain yang tak kalah pentingnya ialah penciptaan suasana diskusi.
Buatlah kelompok diskusi yang beranggotakan 4 sampai 6 orang, lakukan diskusi oleh setiap kelompok untuk membahas satu
permasalahan yang berhubungan dengan tema Jurnalistik dan Sastra. Silakan persiapkan segala sesuatunya, kemudian diskusikan hal
tersebut di depan kelas. Kelompok yang belum mendapatkan giliran berperan sebagai peserta atau audiens. Tugas kalian adalah mencatat
siapa yang berbicara dan apa pokok yang dibicarakan. Ajukan beberapa pertanyaan untuk mencatat pokok-pokok yang dibicarakan
dalam diskusi dengan prinsip 5 W+ 1 H Who, What, Why, When, Where, and How
. Selain itu, kalian lakukan penilaian terhadap pembicaraan dalam diskusi dengan menggunakan format berikut.
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
Pelatihan 2
No.
1. 2.
3. 4.
dst.
Pokok-Pokok Pembicaraan
Setuju Kurang
Setuju Tidak
Setuju Komentar
Penilaian
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komp Bahasa SMA 3 Bhs
8
C. Membaca dan Memahami Ragam Wacana Tulis Melalui Membaca Intensif Paragraf
Bacalah teks berikut ini dengan baik
Perbedaan Jurnalistik dengan Karya Sastra Makin Kabur
Perbedaan antara jurnalistik dengan sastra semakin kabur pada abad mendatang. Ini sudah mulai terlihat pada penghujung abad ke-
20, sebagaimana diperlihatkan tabloid-tabloid di Eropa Barat dan diseluruh Inggris, terutama setelah kematian Putri Diana beberapa
tahun lalu. Oleh karena itu, tidak mustahil bahwa akan muncul genre baru dalam kesusastraan yang tidak lagi dapat dibedakan, mana karya
jurnalistik dan mana sastra.Hal itu dikatakan pengamat seni Hasan Junus dalam ceramahnya di depan peserta Pelatihan Jurnalisme Seni
Dewan Kesenian Riau, hari Kamis 710. Berlangsung sampai hari Minggu 1010, selain Hasan, tampil juga dalam kegiatan ini Ber-
sihar Lubis majalah Gamma dan Ahmadun Y. Herfanda Republika.
Gambar 1.2 Koran dan buku cerpen
”Suatu tulisan akan dipandang benar- benar sebagai karya sastra ketika meman-
dangnya dari sudut sastra. Tetapi ketika dipandang dari sudut jurnalistik, tulisan yang
sama benar-benar dirasakan sebagai karya jurnalistik,” ujarnya. Meskipun tidak
menyebut contoh, berdasarkan beberapa kali laporan BBC London, tulisan-tulisan tentang
kematian Putri Diana di tabloid-tabloid Eropa bukan lagi sebagai karya jurnalistik,
tetapi juga karya sastra.
Meskipun demikian, ia mengatakan, benih mengaburkan jurnalistik dengan karya sastra atau sebaliknya memang sudah
muncul dalam perbendaharaan sastra. Karya-karya Truman Capote misalnya, hampir mendekati kenyataan ini. Seorang sastrawan
Amerika ternama Ernest Hemingway yang bekerja sebagai wartawan, justru pernah mengirimkan sebuah cerita pendek sebagai laporan
jurnalistiknya melalui telegram pada masa-masa Perang Dunia II.
Dalam alam Melayu dan Nusantara umumnya, juga dikenal sejumlah naskah yang bernilai sastra, tetapi juga dapat dipandang
sebuah laporan perjalanan. Khalid Hitam yang hidup di Riau, kemudian pindah ke Singapura antara abad ke-19 dan ke-20 misalnya,
pernah membuat syair tentang perjalanan Sultan Riau ke Singapura.
Kecenderungan pengaburan perbedaan antara jurnalistik dengan karya sastra tersebut, ujar Hasan Junus, merupakan salah satu
fenomena yang mungkin menarik digarap secara lebih sadar dan serius. Ini akan melahirkan sebuah genre baru dalam penulisan
sekaligus suatu pencapaian pada masa mendatang.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Jurnalistik dan Sastra
9
Semangat informasi
Menurut Hasan Junus, di sisi lain, keadaan abad ke-21 memang memungkinkan untuk hal itu. Pasalnya, pada abad ini atau
sebagaimana yang sudah dirasakan sekarang, peranan informasi amat menentukan keberhasilan hidup, sehingga siapa-siapa saja yang
dahulu dapat menangkap informasi, mereka akan lebih maju. Semangat ini pada gilirannya dapat memacu orang untuk menulis
karya sastra yang juga berupa suatu informasi aktual, yang menjadi lahan jurnalistik.
Menjawab pertanyaan peserta, Hasan Junus membenarkan bahwa peranan media dengan sendirinya amat menentukan, sepeti
juga halnya kemunculan sastra koran akhir-akhir ini. Kenyataan media yang halamannya terbatas, tidak mesti menjadi suatu halangan
pencapaian estetika sastra. Tetapi sebaliknya, dapat memecut orang untuk menemukan suatu formula sastra berkualitas yang dapat hidup
sejalan dengan keterbatasan halaman koran maupun majalah.
”Mari kita melihat Catatan Pinggir Goenawan Mohamad, kata Hasan Junus. Dalam tulisan yang pendek itu, Goenawan mampu
mengangkat denyar kehidupan. Bentuk tulisan ini menjadi amat unik dipandang sebagai suatu karya jurnalistik, tetapi juga unik dipandang
dari kacamata esei yang amat dekat dengan sastra itu.
Sumber: Kompas, 8 Oktober 1999
Teks di atas dibangun oleh beberapa paragraf. Setiap paragraf memiliki pola pengembangan tersendiri, ada yang berpola umum-
khusus, ada yang alasan, rincian, atau contoh. Paragraf yang berpola umum-khusus diawali dengan cara mengembangkan hal-hal yang
sifatnya umum kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat yang meng- ungkapkan hal-hal yang khusus. Paragraf yang berpola alasan merupakan
paragraf yang diawali oleh sebuah pernyataan sebagai gagasan pokok, kemudian diikuti dengan alasan-alasan yang mendukung
gagasan tersebut. Sedangkan, paragraf contoh adalah paragraf yang gagasan utamanya diikuti oleh contoh-contoh sebagai unsur pengembang.
Untuk memperoleh gambaran mengenai gagasan utama, perhatikan paragraf pertama artikel di atas
1 Perbedaan antara jurnalistik dengan sastra semakin kabur pada abad mendatang. 2 Ini sudah mulai terlihat pada penghujung abad
ke-20, sebagaimana diperlihatkan tabloid-tabloid di Eropa Barat dan seluruh Inggris, terutama setelah kematian Putri Diana beberapa
tahun lalu. 3 Oleh karena itu, tidak mustahil bahwa akan muncul genre baru dalam kesusastraan yang tidak lagi dapat dibedakan,
mana karya jurnalistik dan mana sastra.4 Hal itu dikatakan pengamat seni Hasan Junus dalam ceramahnya di depan peserta
Pelatihan Jurnalisme Seni Dewan Kesenian Riau, hari Kamis 7 10. 5 Berlangsung sampai hari Minggu 1010, selain Hasan,
tampil juga dalam kegiatan ini Bersihar Lubis majalah Gamma dan Ahmadun Y Herfanda Republika.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Komp Bahasa SMA 3 Bhs
10
Paragraf ini dibangun oleh lima kalimat. Kalimat 1 mem- bicarakan suatu hal atau pernyataan yang bersifat umum, yakni
Perbedaan antara jurnalistik dengan sastra semakin kabur pada abad mendatang
. Gagasan tersebut dijelaskan oleh kalimat 2, 3, 4, dan 5. Semua kalimat itu menjelaskan berbagai alasan per-
bedaan jurnalistik dengan sastra. Dengan demikian, paragraf tersebut termasuk paragraf deduktif dengan pola pengembangan alasan.
Selanjutnya agar kalian memahami berbagai pola pengembangan paragraf, khususnya dalam paragraf deduktif, mari cermati paragraf-
paragraf yang terdapat pada bacaan tersebut dan kerjakan pelatihan berikut.
1. Tuliskan kembali paragraf pada bacaan di atas yang termasuk
dalam paragraf deduktif 2.
Tuliskan pula pola pengembangan paragraf tersebut dengan menunjukkan kutipannya
3. Buatlah kesimpulan isi masing-masing paragraf dari artikel yang
telah kalian baca di atas 4.
Bahaslah pekerjaan kalian bersama guru mata pelajaran
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
Pelatihan 3
○ ○
○ ○
○ ○
○ ○
○
Pelatihan 4
Carilah beberapa teks atau artikel di media masa, kemudian diskusi- kan bersama teman pola pengembangan paragraf yang terdapat pada
artikel tersebut Mintalah penjelasan guru, apabila mendapatkan kesulitan
D. Menulis Surat Lamaran Pekerjaan