Tanaman Cabai Rawit Pengaruh alelopati larutan akar alang-alang (Imperata Cylindrica L.) terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit (Capsicum Frutescens L.).

lateral membentuk jaring-jaring yang kompak dalam tanah. Alang- alang tersebar luas dan dapat tumbuh pada tanah terbuka yang belum maupun yang sudah diolah Moenandir, 1988. kompak dalam tanah. Alang-alang tersebar luas dan dapat tumbuh pada tanah terbuka yang belum maupun yang sudah diolah Moenandir, 1988. Gambar 2.3 Tanaman alang-alang Moenandir, 1988

D. Tanaman Cabai Rawit

1. Sejarah Tanaman cabai merupakan tanaman perdu yang sudah berabad-abad ditanam di Indonesia. Tanaman cabai termasuk famili Solanaceae, genus Capsicum . Tanaman cabai berasal dari bagian tropis dan subtropis benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan. Selanjutnya tanaman tersebut menyebar ke Amerika Latin. Tanaman cabai sudah digunakan oleh masyarakat Indian sejak dahulu kala. Hal ini diketahui setelah Christhoper Columbus mendapati Benua Amerika sekitar tahun 1492. Pada saat berlabuh di Pantai Salvador dan menemukan banyak rempah- rempah, termasuk cabai. Ia kemudian membawa biji cabai ke Negara asalnya Italia. Ternyata tanaman ini menjadi favorit dan perkembangannya begita pesat. Dalam waktu 50 tahun, cabai sudah sampai ke pantai Afrika, India, Timur Tengah, Balkan, Asia dan China Selatan. Sejak itulah cabai tersebar ke berbagai penjuru dunia termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia Alex, 2013. 2. Klasifikasi Menurut Setiadi 2006, kedudukan tanaman cabai rawit dalam botani tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisio : Magnoliphyta Sub Divisio : Spermatophyta Classis : Magnoliopsida Sub Classis : Asteridae Ordo : Solanales Familia : Solanaceae Genus : Capsicum Spesies : Capsicum frutescens L. 3. Varietas Cabai Rawit Varietas cabai rawit yang beredar di Indonesia terdiri dari beberapa macam yaitu sky hot, cakra putih dan cakra hijau Anonim, 2011. o Sky Hot Cabai rawit varietas ini memiliki buah berwarna hijau segar pada saat muda dan merah cerah pada saat masak. Pertumbuhannya seragam, buahnya banyak dan sangat bagus untuk dijual segar. Gambar 2.4 Cabai rawit varietas sky hot Anonim, 2011 o Cakra Putih cengkek Buah varietas ini berwarna putih kekuningan yang berubah merah cerah pada saat masak. Pertumbuhannya sangat kuat dengan membentuk banyak percabangan. Posisi buah tegak ke atas dengan bentuk agak pipih dan rasa sangat pedas. Varietas ini mampu menghasilkan 12 tonha dengan rata-rata 300 buah per tanaman. Cabai rawit varietas ini dapat dipanen pada umur 85 – 9 HST serta tahan terhadap serangan penyakit. Gambar 2.5 Cabai rawit varietas cakra putih Anonim, 2011 o Cakra Hijau ceplik Varietas ini mampu beradaptasi baik di dataran rendah maupun tinggi. Saat masih muda buahnya berwarna hijau dan setelah masak berubah merah. Potensi hasilnya 600 gram per tanaman atau 12 ton per ha. Rasa buahnya pedas. Varietas ini tahan terhadap serangan hama dan penyakit yang biasa menyerang cabai. Panen berlangsung pada umur 80 HST. Gambar 2.6 Cabai rawit varietas cakra hijau Anonim, 2011 4. Morfologi Cahyono 2003 mendeskripsikan bagian-bagian atau organ-organ penting tanaman cabai rawit sebagai berikut: a. Daun Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata tidak bergerigiberlekuk. Ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan daun tanaman cabai besar. Daun merupakan daun tungal dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip, dan tangkai tunggal yang melekat pada batang atau cabang. Jumlah daun cukup banyak sehingga tanaman tampak rimbun. b. Batang Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur keras dan berkayu, berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus, dan bercabang banyak. Batang utama tubuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian berkisar 30 cm - 45 cm. Cabang tanaman beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas. c. Akar Perakaran tanaman cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang tumbuh lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke samping horizontal. Perakaran tanaman tidak dalam sehingga tanaman hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, porous mudah menyerap air, dan subur. d. Bunga Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan mahkota bunga berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk penyerbukan sendiri, namun dapat juga terjadi secara silang dengan keberhasilan sekitar 56 . e. Buah Buah cabai rawit akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan rasa buah. Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing atau berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut jenisnya. Cabai rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara 2 cm - 2,5 cm dan lebar 5 mm, sedangkan cabai rawit yang agak besar memiliki ukuran panjang mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 cm. Warna buah cabai rawit bervariasi, buah muda berwarna hijau atau putih, sedangkan buah yang telah masak berwarna merah menyala atau merah jingga merah agak kuning. Pada waktu masih muda, rasa buah cabai rawit kurang pedas tetapi setelah masak menjadi pedas. f. Biji Biji cabai rawit berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat pipih, tersusun berkelompok, dan s aling melekat pada empulur. Ukuran biji cabai rawit lebih kecil berukuran sangat kecil dibandingkan dengan biji cabai besar. Biji-biji ini dapat digunakan dalam memperbanyak tanaman perkembangbiakan. 5. Habitat Daerah tumbuh cabai rawit yang paling cocok, yaitu pada dataran dengan ketinggian antara 0 – 500 m di atas permukaan laut. Tanah tempat tumbuh cabai rawit secara umum harus subur kaya bahan organik. Derajat keasaman atau pH tanah berkisar 6,0 – 7,0. Tanah ini berstruktur remah atau gembur agar peresapan air dan sirkulasi udara dalam tanah berjalan lancar. Cabai rawit mengehendaki curah hujan yang cukup antara 100 –200 mmbulan dengan temperature udara antara 18 C –27 C Setiadi, 2006. 6. Kandungan dan Manfaat Cabai rawit digunakan secara luas sebagai bumbu masakan di seluruh dunia. Cabai rawit mengandung senyawa kimia yang dinamakan capcaisin 8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide selain itu terkandung juga capsaicinoids. Pada cabai rawit banyak mengandung vitamin C yang cukup banyak, betakaroten pro vitamin A, alkalauid atsiri, resin dan minyak penguap. Selain memiliki banyak kandungan, cabai rawit juga memiliki banyak sekali manfaat yaitu: - Sebagai bumbu masakan - Mampu menurunkan berat badan pada orang yang menderita obesitas - Menurunkan kadar kolesterol - Membunuh sel kanker pada tikus percobaan di laboratorium - Mampu mengendalikan pencemaran mikroba pada makanan - Melindungi lambung dari bakteri H. pylori - Mengencerkan lendir sehingga melonggarkan penyumbatan pada tenggorokan dan hidung. - Bersifat koagulan dengan menjaga darah supaya tetap encer - Memperkecil kemungkinan stroke, jantung koroner dan impotensi - Meningkatkan nafsu makan - Sebagai antibiotik alami - Memperlambat proses penuaan Alex S, 2013. 7. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Cabai Rawit 1 Faktor genetik Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Penampilan cabai dapat dilihat dari cirri-ciri fisik. Ciri-ciri fisik cabai rawit sebagai berikut:  Tinggi tanaman ± 55-70 cm dan warna batang hijau  Daun berbentuk oval, rata tidak bergerigi dan ujung runcing. Permukaan daun tidak bergelombang rata dan  berwarna hijau. Daun berukuran sedang dengan panjang sekitar 4,7 cm dan lebar 2,3 cm Suriana, 2012. 2 Faktor lingkungan Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai rawit meliputi tanah, nutrisi, air, dan iklim. Adanya senyawa alelokimia dapat memberikan dampak buruk untuk faktor lingkungan tersebut. Dapat diketahui bahwa dalam pengaruhnya, senyawa alelokimia dapat menurunkan kadar nutrisi dalam tanah yang sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang meliputi pembelahan sel-sel akar tumbuhan, respirasi sel, sintesis protein, daya permeabilitas membran dan aktivitas enzim. Menurut Alex 2013 pada umumnya tanaman cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter diatas permukaan laut. Cabai dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 C – 27 C dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Kisaran pH tanah yang ideal adalah 6,5 – 6,8. Pada pH di bawah 6,5 atau di atas 6,8 pertumbuhan cabai akan terhambat Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian cocok pula bagi tanaman cabai. Tanaman cabai dapat pula ditanam pada tanah sawah maupun tegalan. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas yang tinggi tanaman cabai menghendaki tanah yang subur dan gembur, kaya akan nutrisi, kebutuhan air memadai, dan bebas dari penyakit menular. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman cabai rawit terdiri atas unsur-unsur atau senyawa kimia sebagai sumber energi dan sumber materi untuk sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan. Nutrisi umumnya diambil dari dalam tanah dalam bentuk ion dan kation, sebagian lagi diambil dari udara. Unsur-unsur yang dibutuhkan berupa unsur mikro dan unsur makro. Jika salah satu kebutuhan unsur-unsur tersebut tidak terpenuhi, akan mengakibatkan kekurangan unsur yang disebut defisiensi. Defisiensi mengakibatkan pertumbuhan menjadi terhambat Anggorowati, 2004. Faktor lingkungan yang lain adalah air. Air berperan di dalam melarutkan unsur hara dalam proses penyerapan. Air dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh tumbuhan dan dan sebagai medium reaksi enzimatis. Sebagai pelarut, air juga memengaruhi kadar enzim dan substrat sehingga secara tidak langsung memengaruhi laju metabolisme. Kekurangan air pada tanah menyebabkan terhambatnya proses osmosis. Proses osmosis akan terhenti atau berbalik arah yang berakibat keluarnya materi-materi dari protoplasma sel-sel tumbuhan, sehingga tanaman kering dan mati Anggorowati, 2004. Pada umumnya cabai ditanam di dataran rendah sampai pegunungan dataran tinggi + 2000 m diatas permukaan laut yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 24 – 27 C. Untuk pertumbuhan yang optimal, tanaman cabai memerlukan intensitas cahaya matahari sekurang-kurangnya selama 10 – 12 jam untuk proses fotosintesis, pembentukkan bunga dan buah serta pemasakan buah Alex S, 2013.

E. Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sistem Pengelolaan Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L.) terhadap Jumlah Produksi dan Tingkat Pendapatan (Studi Kasus: Desa Ajijulu, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

7 79 91

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

8 72 64

Respons Ketahanan Lima Varietas Cabai merah (Capsicum Annum l.) Terhadap Berbagai Konsentrasi Garam NaCl Melalui Uji Perkecambahan

5 96 40

Penghambatan Layu Fusarium Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Yang Dienkapsulasi Alginat-Kitosan Dan Tapioka Dengan Bakteri Kitinolitik

2 54 54

Efektifitas Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes Spp.Pada Ovitrap

10 100 96

Respon Pertumbuhan Beberapa Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.) Terhadap Beberapa Aplikasi Pupuk Dengan Sistem Hidroponik Vertikultur

3 45 96

Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin

0 43 144

Analisis Perbandingan Kelayakan Usahatani Cabai Merah (Capsiccum Annum L.) dengan Cabai Rawit (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

17 140 134

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum l.) ( Studi Kasus : Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo)

10 71 134

Potensi Alelopati Akar Rimpang Alang-Alang(Imperata cylindrica (L.) Beauv) terhadap Mimosa pudica(Allelopathic potential of rhizome of alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) on Mimosa pudica).

0 0 3