4. Pengorganisasian secara rutin atas personil, anggaran dan sasaran materiil
lainnya 5.
memberikan manfaat kepada individu dan masyarakat Sedangkan menurut Wibawa dan Koryati, Hidayat dalam Tangkilisan
2004:10, mengatakan bahwa implementasi kebijakan yaitu pengejawantahan keputusan mengenai kebijakan yang mendasar, biasanya tertuang dalam suatu
undang-undang, namun juga dapat berbentuk instruksi-instruksi eksekutif yang penting atau keputusan perundangan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah proses yang sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administratif yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan program yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat.
2.2.7.1. Model-Model Implementasi Kebijakan
Dalam implementasi kebijakan ada beberapa bentuk model implementasi yang dikenal., model ini berguna untuk menyederhanakan sesuatu bentuk dan
memudahkan dalam pelaksanaan kebijakan. Hogwood dan Gunn dalam Wahab 2004 : 71 mengemukakan model “Top
Down Approach”. Menurut Hogwood dan Gunn, untuk dapat mengimplementasikan kebijakan secaara sempurna perfect implementation ada
10 sepuluh persyaratan, yaitu : 1.
Kondisi ekternal yang dihadapi oleh badaninstansi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan kenkdala yang serius.
2. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup
memadai. 3.
Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia. 4.
Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan kualitas yang andal.
5. Hubungan kualitas bersifat langsung dan hanya sedikit rantai penghubungnya.
6. Hubungan saling ketergantungan harus kecil.
7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.
8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.
9. Komunikasi dan kordinasi yang sempurna.
10. Pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan
kepatuhan yang sempurna. Variable-variabel kebijaksanaan bersangkut paut dengan tujuan-tujuan yang
telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan- badan pelaksana meliputi organisasi formal maupun informal sedangkan
komunikasi antar organisasi terkait beserta kegiatam-kegiatan pelaksananya mencakup antar hubungan didalam lingkungan sistem politik dan dengan
kelompok-kelompok sasaran. Akhirnya pusat perhatian pada sikap para pelaksana mengatarkan kita pada telaah mengenai orientasi dari mereka yang
mengoperasionalkan program di lapangan.
2.2.7.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan
Menurut Islamy 2004 : 107, menjelaskan bahwa kebijaksanaan akan menjadi efektif bila dilaksanakan dan mempunyai dampak positif bagi anggota-anggota
masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi anggota masyarakat itu bersesuaian dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah
dan Negara. Dengan demikian kalau mereka tidak bertindakberbuat sesuai dengan keinginan pemerintah Negara itu, maka kebijaksanaan Negara menjadi tidak
efektif. Kebijaksanaan apapun sebenarnya mengadung resiko untuk gagal, Hogwood
dan Gunn dalam Wahab 2004 : 61 telah membagi pengertian kegagalan kebijaksanaan policy failure dalam 2 dua kategori, yaitu : non implementation
tidak terimplementasi dan unsuccessful implementation implementasi tidak berhasil.
Tidak terimplementasi mengadung arti bahwa suatu kebijaksanaan tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak-pihak yang terlibat
didalam pelaksanaanya tidak mau berkerjasama, atau mereka telah sepenuhnya menguasai permasalahan, sehingga implementasi yang efektif sulit tercapai.
Implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala suatu kebijaksanaan tertentu telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun mengingat
kondisi ekternal teryata tidak mengutungkan semisal tiba-tiba terjadi peristiwa pergantian kekuasaan, bencana alam dan sebagainya. Kebijaksanaan tersebut tidak
berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir yang dikehendaki.
Menurut Hood dalam Wahab 2004 : 77, bahwa guna mencapai implementasi yang sempurna barangkali diperlakukan suatu sistem satuan administrasi tunggal
unitary administrative sistem seperti halnya satuan tentara yang besar yang hanya memiliki satuan tanpa kompartementalisasi atau konflik dudalamnya.
2.2.7.3. Keberhasilan Implementasi Kebijakan