25 menurut bidan pemberian Imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir tersebut
hanya diberikan pada bayi yang bermasalah dan bayi yang memiliki imun yang kurang baik, padahal bidan tidak tahu mana bayi yang memiliki imun baik atau
tidak jika tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada si bayi, adapun beberapa permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya kinerja bidan dalam memberikan
pelayanan khususnya imunisasi diantaranya : 1 Kemampuan dan keahlian bidan, 2 Kualitas sumber daya kesehatan, 3Motivasi terhadap pekerjaan Bidan, 4
Penghargaan. Sementara dari ibu menyatakan memang kurang mengetahui informasi tentang imunisasi hepatitis B dan manfaatnya terhadap bayi ibu.
Rendahnya cakupan imunisasi hepatitis B tersebut disebabkan kurangnya pengawasan pimpinan puskesmas terhadap para bidan dan petugas kesehatan ibu
dan anak, serta pengawasan terhadap pelaksana program imunisasi di wilayah kerja Puskesmas tersebut, sedangkan program pemerintah telah jelas ditetapkan
cakupan imunisasi diharapkan mencapai 100 dan desa UCI 80 . Berdasarkan latar belakang diatas, dan informasi yang didapat dari survei
awal masih banyak bidan yang belum memahami tentang pentingnya pemberian Imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir sehingga penulis tertarik untuk meneliti
Faktor-faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota
Padangsidimpuan Tahun 2014.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalah dalam penelitian ini adalah “Masih Rendahnya Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tahun 2013,
Universitas Sumatera Utara
26 untuk itu dalam hal ini akan diteliti faktor-faktor apa saja yang memengaruhi
bidan dalam pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir”
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi bidan dalam pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas
Pijorkoling Kota Padangsidimpuan.
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh faktor motivasi, kemampuan, dan persepsi yang memengaruhi bidan dalam pemberian Imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir
di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tahun 2014.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat: 1. Memberi masukan kepada Puskesmas Pijorkoling tentang pemberian
Imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir, serta menjadi masukan dalam
upaya mempercepat penurunan angka kematian bayi.
2. Memberi masukan kepada bidan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Pijorkoling dalam memberikan Imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir.
3. Memberi masukan pada calon ibu hamil dan ibu yang sedang hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling tentang pentingnya pemberian
Imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir
Universitas Sumatera Utara
27
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Imunisasi
2.1.1. Pengertian
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen Ranuh, 2011.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukan kuman atau produk kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan. Memasukan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan Eat Anti yang pada akhirnya nanti
digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh Marimbi, 2010.
Universitas Sumatera Utara
28
2.1.2. Tujuan
Pemberian imunisasi bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang serta menghilangkan penyakit tertentu pada suatu
populasi. Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan mengurangi kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit
yang sering terjangkit. Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Kematian bayi yang disebabkan karena tetanus neonatorum TN di Indonesia cukup tinggi yaitu 67 dalam
upaya mencegah tetanus neonatorum maka imunisasi diarahkan kepada pemberian perlindungan bayi baru lahir dalam minggu-minggu pertama melalui ibu
Marimbi, 2010. Jenis-jenis imunisasi sesuai dengan jenis vaksin yang saat ini dipakai
dalam program imunisasi rutin di Indonesia, jenis-jenis imunisasi tesebut adalah imunisasi BCG Bacillus Calmette Guerine, indikasinya untuk pemberian
kekebalan aktif untuk Tuberkulosis. Imunisasi DPT Difteri, Pertusis, Tetanus indikasi untuk pemberian secara simultan terhadap Difteri, Pertusis, Tetanus,
imunisasi polio untuk mencegah terjadinya lumpu layu pada anak dan imunisasi campak sebagai pencegahan penyakit campak Wahab,2002.
Vaksin yang akan digunakan harus betul-betul efektif. Efektivitas semua vaksin ditinjau kembali secara terus menerus. Vaksin yang efektif harus memiliki
hal-hal seperti berikut : a. Merangsang timbulnya imunitas yang tepat
b. Stabil dalam penyimpanan 12
Universitas Sumatera Utara
29 c. Mempunyai imunogenesitas yang cukup
Keamanan vaksin sangat penting untuk diperhatikan karena vaksin diberikan kepada orang yang tidak sakit. Beberapa komplikasi yang serius dapat
berasal dari vaksin atau dari pasien Wahab, 2002.
2.2. Hepatitis B
2.2.1. Pengertian
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B VHB, suatu anggota family Hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati atau menahun yang sebagai kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati Wong, 2009.
Hepatitis B merupakan penyakit peradangan hati yang disebabkan olehVHB. Hepatitis B yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis B
akut manakala hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut sebagai hepatitis B kronis. Sebagian besar virus hepatitis B pada anak-anak didapat dalam
usia perinatal. Bayi baru lahir menghadapi resiko terkena hepatitis jika ibunya terinfeksi virus hepatitis B atau merupakan karier virus hepatitis B selama
kehamilannya. Kemungkinan jalur penularan maternal-fetal meliput i : a. Kebocoran virus lewat plasenta yang terjadi pada akhir kehamilan atau
pada saat persalinan. b. Terminumnya cairan ketuban atau darah ibu.
Universitas Sumatera Utara
30 c. Pemberian ASI, khususnya jika ibu memiliki puting susu yang pecah pecah
atau lecet Wong, 2009.
2.2.2. Epidemiologi
Masa inkubasi bagi virus hepatitis B adalah 30-180 hari dan rata-rata sekitar 60-90 hari. VHB biasanya menyerang dewasa muda kebanyakkannya
disebabkan oleh penyakit menular seksual dan secara prekutan,bayi dan juga anak-anak. Viremia berlangsung selama beberapa minggu sampaibulan setelah
infeksi akut. Sebanyak 1-5 dewasa, 90 neonates dan 50 persenbayi akan berkembang menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten. Virus hepatitis
B ditemukan dalam darah dan berbagai sekret tubuh seperti saliva, keringat, urin, sekret nasofaring, sperma, air susu ibu dan feses, dengan demikian penularan
dapat berlangsung secara parenteral dan non parenteral. Penularan VHB melalui tinja jarang ditemukan, berbeda dengan virus hepatitis A. Hepatitis B
penularannya cenderung secara parenteral, melalui darahkarena luka, suntikan,
gigitan, infus, transfusi dan lain-lain Ranuh, 2011. 2.2.3.
Patogenesis
Setelah terinfeksi dengan VHB, VHB yang terdapat di dalam darah akan dibawa ke hepar. Di hepar, VHB akan menyerang sel-sel hepar dan akan terjadi
proses replikasi virus. Infeksi VHB merupakan self-limiting karena kebanyakan pasien mempunyai sistem pertahanan tubuh yang efektif. Namun, hampir 6 - 10
daripada individu yang terinfeksi dengan VHB tidak mampu mengeradikasi virus tersebut dan akhirnya menjadi karier VHB yang kronis Ranuh, 2011.
Apabila seseorang terinfeksi virus hepatitis B akut maka tubuh akan memberikan tanggapan kekebalan immune response. Ada 3 kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
31 tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus hepatitis B
pascaperiode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat
maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ke
tiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate antara dua hal di atas maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis Wong, 2009.
Pada kemungkinan pertama, tubuh mampu memberikan tanggapan adekuat terhadap virus hepatitis B VHB, akan terjadi 4 stadium siklus HBV, yaitu fase
replikasi stadium 1 dan 2 dan fase integratif stadium 3 dan 4. Pada fase replikasi, kadar HBsAg hepatitis B surface antigen, VHB DNA, HBeAg
hepatitis B antigen, AST aspartate aminotransferase dan ALT alanineaminotransferase serum akan meningkat, sedangkan kadar anti-HBs dan
anti HBe masih negatif. Pada fase integratif khususnya stadium 4 keadaan sebaliknya terjadi, HBsAg, VHB DNA, HBeAg dan ALTAST menjadi
negatifnormal, sedangkan antibodi terhadap antigen yaitu : anti HBs dan antiHBe menjadi positif serokonversi. Keadaan demikian banyak ditemukan pada
penderita hepatitis B yang terinfeksi pada usia dewasa di mana sekitar 95-97 infeksi hepatitis B akut akan sembuh karena imunitas tubuh dapat memberikan
tanggapan adekuat. Sebaliknya 3-5 penderita dewasa dan 95 neonatus dengan system imunitas imatur serta 30 anak usia kurang dari 6 tahun masuk ke
kemungkinan ke dua dan ke tiga akan gagal memberikan tanggapan imun yang adekuat sehingga terjadi infeksi hepatitis B persisten, dapat bersifat carrier inaktif
atau menjadi hepatitis B kronis. Tanggapan imun yang tidak atau kurang adekuat
Universitas Sumatera Utara
32 mengakibatkan terjadinya proses inflamasi jejas injury, fibrotik akibat
peningkatan turnover sel dan stres oksidatf. Efek virus secara langsung, seperti mutagenesis dan insersi suatu protein x dari virus hepatitis B menyebabkan
hilangnya kendali pertumbuhan sel hati dan memicu transformasi malignitas, sehingga berakhir sebagai karsinoma hepa-toseluler Marimbi, 2010.
2.2.4. Diagnosis
Dibandingkan virus HIV, virus Hepatitis B HBV seratus kali lebih ganas infectious, dan sepuluh kali lebih banyak sering menularkan. Kebanyakan
gejala Hepatitis B tidak nyata. Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang
disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif 6 bulan di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA
dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan
diagnosis infeksi Hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, virologi, biokimiawi dan histologi Wahab, 2002.
Pada umumnya, gejala penyakit Hepatit is B ringan. Gejala tersebut dapat
berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas.
Setelah satu minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak
kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh. Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh
terhadap virus Hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika
Universitas Sumatera Utara
33 tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien
sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate antara
dua hal di atas maka
penyakit terus
berkembang menjadi hepatitis B kronis Zuckerman, 1996.
2.2.5. Transmisi
VHB dapat ditularkan melalui cairan tubuh, penetrasi jaringan perkutan dan permukosa. Transmisi VHB yang sering terjadi adalah melalui perinatal
misalnya dari ibu ke bayi biasanya terjadi semasa proses kelahiran, hubungan seksual, penggunaan jarum suntik bersama, pekerja kesehatan atau pekerja yang
terpapar dengan darah Marimbi, 2010.
2.3. Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Bidan
yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan di beri ijin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Harus mampu memberikan
supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan postpartum period, memimpin
persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi lahir dan anak IBI, 2006.
Bidan adalah seorang wanita yang telah secara teratur mengikuti suatu Program Pendidikan Kebidanan yang diakui Negara tempatprogram itu
diselenggarakan, telah berhasil menyelesaikan serangkaian pendidikan kebidanan yang ditetapkan, dan telah memperoleh kualifikasi yang diperlukan untuk bisa
Universitas Sumatera Utara
34 didaftarkan dan atau secara hukum memperoleh izin untuk melakukan praktek
kebidanan Dwiana, 2009.
2.4. Imunisasi Hepatitis B