Metode Pengukuran Pemberian Imunisasi Hepatitis B

54 - Jarang, apabila dari kunjungan neonatus yang dilakukan bidan hanya sekali menyampaikan persepsi mengenai pemberian imunisasi hepatitis B - Tidak pernah, apabila dari kunjungan neonatus yang dilakukan bidan tidak ada penyampaikan persepsi mengenai pemberian imunisasi hepatitis B

3.7. Metode Pengukuran

Metode pengukuran dalam penelitian ini seperti berikut : Tabel 3.2 Metode Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen Variabel Kategori Skala Ukur Pemberian Imunisasi Hepatitis B Ya, jika bayi mendapatkan Imunisasi Hepatitis B dari bidan. Tidak, jika bayi tidak mendapatkan Imunisasi Hepatitis B dari bidan. Ordinal Motivasi X 1 Baik, jika responden menjawab skor ≥50 dari total skor 15-24 Tidak baik, jika responden menjawab skor 50 dari total skor 6-14 Ordinal Kemampuan X 2 Baik, jika responden menjawab skor ≥50 dari total skor 15-24 Tidak baik, jika responden menjawab skor 50 dari total skor 6-14 Ordinal Persepsi X 3 Baik, jika responden menjawab skor ≥50 dari total skor 20-32 Tidak baik, jika responden menjawab skor 50 dari total skor 8-19 Ordinal 3.8. Metode Analisis Data 3.8.1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik masing-masing variabel dependen dan independen dalam bentuk distribusi frekuensi.

3.8.2 Analisis Bivariat

Universitas Sumatera Utara 55 Analisis bivariat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menggunakan uji Chi Square. 3.8.3 Analisis Multivariat Analisis multivariat untuk melihat pengaruh antara variabel independen secara bersama sama terhadap variabel dependen menggunakan uji regresi logistik berganda. BAB 4 Universitas Sumatera Utara 56 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Puskesmas Pijorkoling terletak di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara merupakan salah satu dari Sembilan Puskesmas yang ada di Kota Padangsidimpuan, mulai berdiri pada Januari 2004 yang sebelumnya adalah Pustu Pijorkoling. Luas bangunan ± 340 m 2 dan luas tananh ± 1500 m 2 . Jarak Puskesmas Pijorkoling ke kota Padangsidimpuan 7 km. Letak Puskesmas Pijorkoling ini berdampingan dengan kantor Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. Wilayah Puskesmas Pijorkoling mempunyai batas sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Pudun Jae Sebelah Selatan : Desa Hutatonga Sebelah Timur : Kecamatan Siais Sebelah Barat : Desa Manunggang Jae Saat ini Puskesmas Pijorkoling terdiri dari 13 desakelurahan yaitu : Sihitang, Palopat, Purbatua, Salambue, Sigulang, Pijorkoling, Hutakoje, Huta Limbong, Huta Lombang, Huta Padang, Manunggang Julu, Goti, dan Manegen. Merupakan puskesmas induk yang terdiri dari 5 lima unit Puskesmas Pembantu yaitu : Pustu Sihitang, Pustu Palopat, Pustu Perumnas Pijorkoling, Pustu Goti, Pustu Manunggang.

4.1.2 Demografi

Universitas Sumatera Utara 57 Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling tahun 2013 adalah 24.822 jiwa dengan 5.107 KK yang terdiri dari pria 11.881 jiwa, wanita 12.941 jiwa. Sebagian besar penduduk berada pada kelompok anak – anak dan remaja. Mata pencaharian penduduk adalah bertani dan berkebun, wiraswasta, PNS, ABRI. Penduduk wilayah Puskesmas Pijorkoling berada pada tingkat social ekonomi menengah kebawah.

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu motivasi bidan, kemampuan bidan dan persepsi bidan. Variabel terikat adalah pemberian imunisasi hepatitis B.

4.2.1. Motivasi Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Motivasi bidan kepada ibu tentang pemberian imunisasi hepatitis B, yaitu sebanyak 17 orang 16,7 menyatakan bahwa bidan selalu memberikan penjelasan imunisasi hepatitis B pada ibu, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 28 orang 27,5. Ada 10 orang 9,8 menyatakan bahwa bidan selalu menjelaskan tetap memberikan imunisasi hepetitis B, walaupun ada penolakan dari ibu, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 23 orang 22,5. Sebanyak 15 orang 14,7 menyatakan bahwa bidan selalu menjelaskan bahwa pemberian imunisasi pada bayi untuk mencapai program, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 16 orang 15,7. Ada 13 orang 12,7 menyatakan bahwa selalu bidan menjelaskan semua bayi harus mendapat imunisasi hepatitis B, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 17 orang 16,7. Sebanyak 11 orang 10,8 menyatakan bahwa bidan Universitas Sumatera Utara 58 selalu menjelaskan pemberian imunisasi hepatitis B karna ingin mendapatkan penghargaan, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 22 orang 21,6. Sebanyak 10 orang 9,8 menyatakan bahwa bidan selalu memberikan imunisasi termasuk program wajib, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 23 orang 22,5. Jawaban responden mengenai pernyataan motivasi yang diberikan bidan kepada ibu tentang pemberian imunisasi hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut ini: Tabel 4.1. Distribusi Motivasi Pemberian Imunisasi Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak Pernah Total n n n n n Penjelasan bidan tentang pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi ibu agar bayi terhindar dari penyakit kuning 17 16,7 33 32,4 24 23,5 28 27,5 102 100 Bidan menjelaskan, harus tetap memberikan imunisasi hepatitis B pada bayi ibu walaupun ada penolakan dari ibu. 10 9,8 30 29,4 39 38,2 23 22,5 102 100 Bidan memberikan penjelasan kepada ibu bahwa pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi untuk mencapai program imunisasi. 15 14,7 25 24,5 46 45,1 16 15,7 102 100 Tabel 4.1 Lanjutan Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak Pernah Total n n n n n Universitas Sumatera Utara 59 Bidan menjelaskan pada ibu bahwa semua bayi harus mendapat imunisasi hepatitis B 13 12,7 23 22,5 49 48,0 17 16,7 102 100 Penjelasan bidan tentang pemberian imunisasi hepatitis B karena ingin mendapatkan penghargaan dari kepala puskesmas 11 10,8 24 23,5 45 44,1 22 21,6 102 100 Bidan memberikan imunisasi hepatitis B pada bayi karena termasuk dalam program imunisasi wajib 10 9,8 35 34,3 34 33,3 23 22,5 102 100 Hasil pengukuran variabel motivasi bidan kepada ibu tentang pemberian imunisasi hepatitis B menunjukkan bahwa tingkat motivasi baik sebanyak 44 orang 43,1 dan tingkat motivasi tidak baik sebanyak 58 orang 56,9 seperti pada tabel berikut: Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi Pemberian Imunisasi Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Kategori Motivasi n Tidak Baik 58 56,9 Baik 44 43,1 Jumlah 102 100 4.2.2. Kemampuan Bidan pada Pemberian Imunisasi Hepatitis B Kemampuan bidan dalam pemberian imunisasi hepatitis B, yaitu sebanyak 8 orang 7,8 menyatakan bahwa bidan selalu memberikan penjelasan kepada ibu sebelum melakukan tindakan kepada bayi, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 17 orang 16,7. Ada 11 orang 10,8 menyatakan bahwa bidan selalu memberitahu penyuntikkan imunisasi hepatitis B dilakukan di paha bayi ibu, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 21 orang 20,6. Universitas Sumatera Utara 60 Sebanyak 7 orang 6,9 menyatakan bahwa bidan selalu memberitahu ibu tentang manfaat imunisasi Hepatitis B untuk bayi ibu, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 18 orang 17,6. Ada 9 orang 8,8 menyatakan bahwa bidan selalu memastikan kepada ibu bahwa vaksin imunisasi tidak kadaluarsa, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 11 orang 10,8. Sebanyak 9 orang 8,8 menyatakan bahwa bidan selalu terlebih dahulu membersihkan lokasi tempat penyuntikan dengan kapas alkohol, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 16 orang 15,7. Sebanyak 6 orang 5,9 menyatakan bahwa bidan terlihat terampil saat menyuntikkan imunisasi hepatitis B kepada bayi ibu, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 20 orang 19,6. Tabel 4.3. Distribusi Kemampuan Bidan pada Pemberian Imunisasi Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak Pernah Total n n n n n Setiap akan melakukan tindakan kepada bayi, bidan memberitahu terlebih dahulu kepada ibu 8 7,8 42 41,2 35 34,3 17 16,7 102 10 Bidan memberitahu penyuntikkan imunisasi hepatitis B dilakukan di paha bayi ibu 11 10,8 36 35,3 34 33,3 21 20,6 102 10 Tabel 4.3 Lanjutan Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak Pernah Total n n n n n Bidan memberitahu ibu tentang manfaat imunisasi Hepatitis B untuk bayi ibu 7 6,9 34 33,3 43 42,2 18 17,6 102 100 Sebelum 9 8,8 44 43,1 38 37,3 11 10,8 102 100 Universitas Sumatera Utara 61 menyuntikkan imunisasi Hepatitis B, bidan memastikan kepada ibu bahwa vaksin imunisasi tidak kadaluarsa Sebelum bidan menyuntikkan imunisasi hepatitis B, bidan terlebih dahulu membersihkan lokasi tempat penyuntikan dengan kapas alkohol. 9 8,8 34 33,3 43 42,2 16 15,7 102 100 Ibu melihat bidan terampil saat menyuntikkan imunisasi hepatitis B kepada bayi ibu 6 5,9 45 44,1 31 30,4 20 19,6 102 100 Hasil pengukuran variabel kemampuan bidan pada pemberian imunisasi hepatitis B menunjukkan bahwa tingkat kemampuan baik sebanyak 49 orang 48,0 dan tingkat kemampuan tidak baik sebanyak 53 orang 52,0 seperti pada tabel berikut : Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kemampuan Bidan pada Pemberian Imunisasi Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Kategori Kemampuan n Tidak Baik 53 52 Baik 49 48 Jumlah 102 100 4.2.3. Persepsi Bidan pada Pemberian Imunisasi Hepatitis B Persepsi bidan pada pemberian imunisasi hepatitis B, yaitu sebanyak 15 orang 14,7 menyatakan bahwa bidan menjelaskan kepada ibu bahwa bayi ibu harus diberi imunisasi hepatitis B sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 29 orang 28,4. Ada 16 orang 15,7 menyatakan bahwa bidan selalu menjelaskan kepada ibu imunisasi hepatitis B diberikan paling lama saat Universitas Sumatera Utara 62 bayi berusia 7 hari, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 23 orang 22,5. Terdapat 24 orang 23,5 menyatakan bahwa bidan selalu menyampaikan bahwa bayi yang demam tidak boleh diberi imunisasi hepatitis B, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 46 orang 45,1. Ada 16 orang 15,7 menyatakan bahwa bidan selalu menyampaikan kepada ibu bahwa tidak ada efek samping dari penyuntikan imunisasi hepatitis B pada bayi ibu, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 27 orang 26,5. Sebanyak 19 orang 8,8 menyatakan bahwa bidan selalu menyampaikan pemberian imunisasi ini tidak boleh diberikan jika berat badan bayi ibu saat lahir rendah dibawah normal 2500 kg, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 38 orang 37,3. Terdapat 27 orang 26,5 menyatakan bahwa bidan selalu menyampaikan tidak berjalannya program imunisasi karena selalu ada penolakan dari ibu, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 15 orang 14,7. Ada 11 orang 10,8 menyatakan bahwa bidan selalu menyampaikan kepada ibu ada 3x kali penyuntikan untuk imunisasi hepatitis B sejak bayi lahir, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 27 orang 26,5. Sebanyak 18 orang 17,6 menyatakan bahwa bidan menyampaikan kepada ibu, bayi boleh dimandikan setelah imunisasi,, sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 36 orang 35,3. Jawaban responden mengenai pernyataan persepsi bidan pada pemberian imunisasi hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut ini: Tabel 4.5. Distribusi Persepsi Bidan pada Pemberian Imunisasi Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak Total Universitas Sumatera Utara 63 Pernah n n n n n Bidan menjelaskan kepada ibu bahwa bayi ibu harus diberi imunisasi hepatitis B 15 14,7 27 26,5 31 30,4 29 28,4 102 100 Bidan menjelaskan kepada ibu imunisasi hepatitis B diberikan paling lama saat bayi berusia 7 hari 16 15,7 25 24,5 38 37,3 23 22,5 102 100 Bidan menyampaikan bahwa bayi yang demam tidak boleh diberi imunisasi hepatitis B 24 23,5 24 23,5 8 7,8 46 45,1 102 100 Bidan menyampaikan kepada ibu bahwa tidak ada efek samping dari penyuntikan imunisasi hepatitis B pada bayi ibu 16 15,7 32 31,4 27 26,5 27 26,5 102 100 Bidan menyampaikan pemberian imunisasi ini tidak boleh diberikan jika berat badan bayi ibu saat lahir rendah dibawah normal 2500 kg 19 18,6 21 20,6 24 23,5 38 37,3 102 100 Bidan menyampaikan tidak berjalannya program imunisasi karena selalu ada penolakan dari ibu 27 26,5 23 22,5 37 36,3 15 14,7 102 100 Tabel 4.5 Lanjutan Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak Pernah Total n n n n n Bidan menyampaikan kepada ibu ada 3x kali penyuntikan untuk imunisasi hepatitis B sejak bayi lahir 11 10,8 33 32,4 31 30,4 27 26,5 102 100 Bidan menyampaikan kepada ibu, bayi boleh dimandikan setelah imunisasi, 18 17,6 19 18,6 29 28,4 36 35,3 102 100 Universitas Sumatera Utara 64 Hasil pengukuran variabel persepsi bidan pada pemberian imunisasi hepatitis B menunjukkan bahwa tingkat persepsi baik sebanyak 41 orang 40,2 dan tingkat persepsi tidak baik sebanyak 61 orang 59,8 seperti pada tabel berikut: Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi Bidan pada Pemberian Imunisasi Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Kategori Persepsi n Tidak Baik 61 59,8 Baik 41 40,2 Jumlah 102 100 4.2.4. Pemberian Imunisasi Hepatitis B Hasil pengukuran pemberian imunisasi hepatitis B diperoleh bidan yang memberikan hepatitis B sebanyak 37 orang 36,3. Bidan yang tidak memberikan hepatitis B sebanyak 65 orang 63,7, dimana didapat 8 orang responden menyatakan sudah meminta agar bayinya di imunisasi tetapi bidan menganggap tidak perlu karena bayi terlihat sehat. 25 responden menjawab bidan memang menyampaikan akan memberikan imunisasi hepatitis B pada bayi ibu, akan tetapi pada kunjungan neonatal nya bidan tidak datang melainkan hanya menyuruh asisten nya. Kemudian 10 responden menyatakan bidan selalu lupa membawa vaksin saat kunjungan neonatal sehingga bayinya tidak mendapatkan imunisasi hepatitis B, 15 responden menyatakan melarang bidan memberikan imunisasi dengan alasan bayi masih terlalu kecil untuk disuntik, dan 7 responden menjawab melarang bidan menyuntikkan imunisasi hepatitis pada bayi karena melihat bidan gemetar saat akan menyuntikkannya. Secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut : Universitas Sumatera Utara 65 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pemberian Imunisasi Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Kategori Pemberian Imunisasi Hepatitis B n Tidak 65 63,7 Ya 37 36,3 Jumlah 102 100

4.3. Analisis Bivariat

Untuk mengidentifikasi hubungan variabel motivasi, kemampuan dan persepsi bidan dengan pemberian imunisasi hepatitis B dapat dilihat sebagai berikut:

4.3.1. Hubungan Motivasi dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Hubungan motivasi dengan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan adalah sebagai berikut: Tabel 4.8. Hubungan Motivasi dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Motivasi Pemberian Imunisasi Hepatitis B Total p Tidak Ya n n n Tidak baik 42 72,4 16 27,6 58 100 0,036 Baik 23 52,3 21 47,7 44 100 Tabel silang antara motivasi yang dibandingkan dengan pemberian imunisasi hepatitis B menunjukkan bahwa dari 44 bidan yang mempunyai tingkat Universitas Sumatera Utara 66 motivasi baik, terdapat 21 orang yang diberi imunisasi hepatitis B. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,036 0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara motivasi dengan pemberian imunisasi hepatitis B.

4.3.2. Hubungan Kemampuan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Hubungan kemampuan dengan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan adalah sebagai berikut: Tabel 4.9. Hubungan Kemampuan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Kemampuan Pemberian Imunisasi Hepatitis B Total p Tidak Ya n n n Tidak baik 39 73,6 14 26,4 53 100 0,031 Baik 26 53,1 23 46,9 49 100 Tabel silang antara kemampuan yang dibandingkan dengan pemberian imunisasi hepatitis B menunjukkan bahwa dari 49 bidan yang mempunyai tingkat kemampuan baik, terdapat 23 orang yang diberi imunisasi hepatitis B. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,031 0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara kemampuan dengan pemberian imunisasi hepatitis B.

4.3.3. Hubungan Persepsi dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Hubungan persepsi dengan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan adalah sebagai berikut: Tabel 4.10. Hubungan Persepsi dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Persepsi Pemberian Imunisasi Hepatitis B Total p Tidak Ya Universitas Sumatera Utara 67 n n n Tidak baik 44 72,1 17 27,9 61 100 0,031 Baik 21 51,2 20 48,8 41 100 Tabel silang antara persepsi yang dibandingkan dengan pemberian imunisasi hepatitis B menunjukkan bahwa dari 41 bidan yang mempunyai tingkat kemampuan baik, terdapat 20 orang yang diberi imunisasi hepatitis B. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,031 0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara persepsi dengan pemberian imunisasi hepatitis B.

4.4. Analisis Multivariat

Untuk menganalisis pengaruh motivasi, kemampuan, dan persepsi bidan terhadap pemberian imunisasi hepatitis B menggunakan uji regresi logistik ganda multiple logistic regression. Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi logistik ganda yaitu salah satu pendekatan model matematis untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomi atau binary. Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi regresi logistik ganda metode backward adalah variabel yang mempunyai nilai p0,25 pada analisis bivariatnya. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa semua variabel dapat dilakukan uji multivariat dengan metode backward LR, dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

4.4.1. Pengaruh Motivasi, Kemampuan, dan Persepsi Bidan terhadap

Pemberian Imunisasi Hepatitis B Pengaruh motivasi, kemampuan, dan persepsi terhadap pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 68 Tabel 4.11. Pengaruh Motivasi, Kemampuan, dan Persepsi Bidan terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B Variabel B Exponen B Odds Ratio p 95 CI Motivasi 0,894 2,445 0,046 1,016-5,882 Kemampuan 1,064 2,899 0,019 1,195-7,034 Persepsi 0,904 2,470 0,044 1,025-5,949 Constant -1,908 - - - Berdasarkan hasil analisis multivariat pada Tabel 4.11 di atas diketahui bahwa variabel motivasi, kemampuan dan persepsi berpengaruh terhadap pemberian imunisasi hepatitis B. Berdasarkan hasil uji regresi logistik pengaruh motivasi terhadap pemberian imunisasi hepatitis B diperoleh nilai probabilitas p=0,046, dengan odds ratio OR 2,445 artinya bidan yang memiliki kategori motivasi baik mempunyai peluang untuk memberikan imunisasi hepatitis B 2,445 kali lebih besar dibandingkan dengan bidan yang motivasinya tidak baik. Pengaruh kemampuan terhadap pemberian imunisasi hepatitis B diperoleh nilai probabilitas p=0,019, dengan odds ratio OR 2,899 artinya bidan yang memiliki kategori kemampuan baik mempunyai peluang untuk memberikan imunisasi hepatitis B 2,899 kali lebih besar dibandingkan dengan bidan yang kemampuannya tidak baik. Pengaruh persepsi terhadap pemberian imunisasi hepatitis B diperoleh nilai probabilitas p=0,044, dengan odds ratio OR 2,470 artinya bidan yang memiliki kategori persepsi baik mempunyai peluang untuk memberikan imunisasi hepatitis B 2,470 kali lebih besar dibandingkan dengan bidan yangpersepsinya tidak baik. Berdasarkan hasil uji regresi logistik tersebut, maka dapat dibuat model persamaan regresi untuk mengidentifikasi probabilitas pemberian imunisasi hepatitis B sebagai berikut: 1 P = 1 + e –-1,908+ 0,894 X 1 + 1,064X 2 + 0,904X 3 Keterangan Universitas Sumatera Utara 69 p : Probabilitas pemberian imunisasi Hepatitis B X 1 : Motivasi, koefisien regresi 0,894 X 2 : Kemampuan, koefisien regresi 1,064 X 3 : Persepsi, koefisien regresi 0,904 a : Ketetapan -1,908 e : Bilangan alamiah 2,71828 Persamaan di atas menyatakan bahwa bidan yang memiliki motivasi, kemampuan dan persepsi yang baik memiliki probabilitas sebesar 72,2 untuk memberikan imunisasi hepatitis B. Bidan yang memiliki motivasi, kemampuan dan persepsi yang tidak baik memiliki probabilitas sebesar 12,9 untuk memberikan imunisasi hepatitis B. BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Pemberian imunisasi hepatitis B di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling menunjukkah sebesar 36,3 yang melakukan pemberian imunisasi dan sebesar 63,7 tidak memberikan imunisasi hepatitis B. Rendahnya cakupan pemberian imunisasi hepatitis B pada penelitian ini yaitu karena informasi yang masih kurang mengenai manfaat pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi ibu dari Universitas Sumatera Utara 70 petugas kesehatan khususnya bidan, motivasi, kemampuan serta persepsi yang kurang dari bidan menjadi penyebab pencapaian pemberian imunisasi ini rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana didapat 64,7 ibu menyatakan bidan tidak menjelaskan kepada ibu bahwa semua bayi baru lahir itu harus diberikan imunisasi hepatitis B, 59,2 ibu menyakan tidak mendapatkan penjelasan dari bidan tentang manfaat imunisasi hepatitis B pada bayi, dan 59,8 ibu menyatakan tidak tahu bahwa pemberian imunisasi hepatitis B pertama pada bayi tidak boleh lewat dari tujuh hari setelah bayi dilahirkan sehingga mereka menganggap imunisasi hepatitis B ini bisa diberikan saat bayi telah berusia lebih dari 1 bulan. Imunisasi hepatitis B ini sebenarnya sangat penting karena jenis virus ini tergolong pada DNA virus yang sifatnya mampu bertahan di luar tubuh manusia, dan seratus kali lebih berbahaya dari virus HIV. Mengingat kesterilan alat yang tidak bisa dijamin sekalipun si ibu bersalin ditolong oleh bidan. Penyakit hepatitis B ini sulit untuk dikenali karena tidak memiliki gejala yang khas bagi penderitanya, gejala cenderung menunnjuk pada diagnose beberapa penyakit lainnya seperti gangguan asam lambung, tyfus, anemia. Jika tidak dilakukan pemeriksaan darah pada seseorang tersebut tidak bisa dikatakan menderita hepatitis B atau tidak. Kenyataan di lapangan didapatkan bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatanpun belum tentu bayi yang dilahirkan mendapatkan imunisasi hepatitis B, karena terkadang petugas kesehatan lupa memberikan imunisasi hepatitis B jika tidak diminta, dan beberapa ibu bersalin sudah meminta bayinya agar di imunisasi tapi bidan menolak, kemudian alasan bidan selalu lupa Universitas Sumatera Utara 71 membawa vaksin saat kunjungan ke rumah ibu pasca melahirkan, dan juga terkadang dari pihak keluarga sendiri melarang pemberian imunisasi hepatitis B sesaat setelah lahir dengan alasan kasihan terhadap bayi. Ketidaktahuan waktu dan tempat imunisasi merupakan alasan yang paling sering dikemukan ibu atas ketidaklengkapan imunisasi balitanya. Alasan lain, dikarenakan anak sedang sakit. Pada prinsipnya tidak ada halangan atau kontraindikasi dalam pemberian imunisasi hepatitis B. Namum baik petugas kesehatan maupunn ibu ternyata sering menunda pemberian imunisasi hepatitis B jika anak sedang sakit. Penyakit-penyakit berikut bukanlah merupakan kontraindikasi saat pemberian imunisasi hepatitis B, seperti penyakit saluran nafas, alergy atau asma, riwayat kejang, infeksi HIV, penyakit-penyakit kronik, bayi prematur ataupun berat lahir rendah. Imunisasi hepatitis B hanya dikontraindikasi pada bayi dengan riwayat reaksi alergi berat pada imunisasi hepatitis B sebelumnya Harahap, 2009. Pada penelitian ini bagaimana kinerja bidan dalam melaksanakan tugas khususnya pelaksanaan program imunisasi Hepatitis B memiliki peranan penting pada pencapaian cakupan imunisasi HB0. Penjelasan yang didapat dari ibu sebagian bidan memang menyampaikan perlunya imunisasi ini pada bayi, tetapi dalam kunjungan berikutnya ternyata bidan tidak membawa vaksin yang akan disuntikkan sehingga akhirnya terkadang usia bayi sudah lebih dari 7 hari dan biasanya ibu akan membawa bayinya ke puskesmas untuk imunisasi saat usia 1 bulan. Kemampuan bidan dalam menyuntikkan imunisasi HB0 juga menjadi perhatian ibu dan keluarga saat akan menyuntikkan, pada beberapa bayi dalam Universitas Sumatera Utara 72 penelitian ini ibu awalnya menerima bayinya di imunisasi tetapi melihat bidan ragu-ragu saat akan menyuntikkan, maka ayah dari bayi melarang pemberian dilanjutkan karena merasa tidak yakin lagi akan kemampuan bidannya. 5.2 Pengaruh Motivasi Bidan terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0 di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul pada atau di dalam seorang individu yang menggerakkan dan pengarahkan perilaku. Berdasarkan analisis univariat didapatkan motivasi bidan kepada ibu lebih banyak tidak baik sebesar 56,9 di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,036, dengan demikian terdapat hubungan antara motivasi bidan dengan pemberian imunisasi Hepatitis B. Berdasarkan analisis multivariat ada pengaruh motivasi terhadap pemberian imunisasi hepatitis B diperoleh nilai probabilitas p=0,046, dengan Prevalens Rate PR 2,445 artinya bidan yang memiliki kategori motivasi baik mempunyai peluang untuk memberikan imunisasi hepatitis B 2,445 kali lebih besar dibandingkan dengan bidan yang motivasinya tidak baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jasmi tahun 2012 dimana Berdasarkan analisis bivariat antara persepsi ibu tentang peran tenaga kesehatan sebagai motivator dengan pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi 0-7 hari di wilayah kerja Puskesmas Medan Belawan, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,001. Artinya ada hubungan yang signifikan antara persepsi ibu tentang peran tenaga kesehatan sebagai motivator dengan pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi usia 0-7 hari, demikian juga dengan analisis regresi logistik Universitas Sumatera Utara 73 berganda menunjukkan ada pengaruh persepsi ibu tentang peran tenaga kesehatan sebagai motivator terhadap pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi 0-7 hari Hasil penelitian di lapangan bahwa motivasi bidan kepada ibu tentang pemberian imunisasi hepatitis B masih banyak yang menyatakan tidak pernah bidan memberikan penjelasan imunisasi hepatitis B pada ibu, bidan tidak memberikan imunisasi hepatitis B karena ada penolakan dari si ibu, bidan juga tidak menjelaskan bahwa pemberian imunisasi pada bayi untuk mencapai program, tidak menjelaskan semua bayi harus mendapat imunisasi hepatitis B, tidak menjelaskan pemberian imunisasi hepatitis B karna ingin mendapatkan penghargaan, serta tidak setuju bidan memberikan imunisasi hanya karena termasuk program wajib. Sebagian besar bayi dalam penelitian ini belum diberikan imunisasi hepatitis B-0. Hal ini menunjukkan penerimaan vaksin HB menjadi masalah. Usia pemberian imunisasi hepatitis B harusnya sesuai dengan jadwal imunisasi bayi yang dilahirkan dari ibu dengan status HBsAg yang tidak diketahui, diberikan vaksin rekombinan HB Vax- II 5 μg atau engerix B 10 μg atau vaksin plasma derived 10 mg secara intramuscular dalam 0-7 hari setelah lahir. Kenyataannya bahwa pemberian imunisasi HB pada usia 0 hari sangat rendah 53,4 dan sangatlah memprihatinkan bila dibandingkan dengan persentase pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan 67,7. Seharusnya dengan tersedianya prefilled injection device HB atau uniject HB yang praktis mudah disimpan dan dibawa semua bayi yang ditolong oleh petugas kesehatan sudah mendapatkan imunisasi HB pada usia 0 hari. Kurang optimalnya usaha petugas kesehatan disebabkan antara lain: 1 tindakan petugas kesehatan selama ini Universitas Sumatera Utara 74 umumnya hanyalah upaya untuk melaksanakan program, sehingga mereka menunda pemberian imunisasi sampai rentang usia anak 7 hari, 2 kurangnya pemahaman tentang tujuan pelaksanaan imunisasi HB 1 sedini mungkin. 5.3 Pengaruh Kemampuan Bidan terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Kemampuan adalah kapasitas kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam melakukan sesuatu hal atau beragam tugas dalam suatu pekerjaan tertentu. Kemampuan bidan kepada ibu pada pemberian imunisasi hepatitis B di Puskesmas Pijorkoling lebih banyak kemampuannya tidak baik sebesar 52,0 dan sedikit yang kemampuannya baik sebesar 48,0. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,031, dengan demikian terdapat hubungan antara kemampuan bidan dengan pemberian imunisasi hepatitis B, sejalan dengan penelitian Dabi pada tahun 2011 tentang kemampuan, pengalaman dan beban kerja dengan kinerja bidan dalam pelaksanaan program imunisasi hepatitis pada bayi di Kabupaten Sumba Barat Daya, dimana didapat ada hubungan kemampuan dengan kinerja bidan p=0,002 dan pengalaman kerja dengan p=0,004. Berdasarkan uji regresi logistik bahwa ada pengaruh kemampuan terhadap pemberian imunisasi hepatitis B diperoleh nilai probabilitas p=0,019, dengan Prevalens Rate PR 2,899 artinya bidan yang memiliki kategori kemampuan baik mempunyai peluang untuk memberikan imunisasi hepatitis B 2,899 kali lebih besar dibandingkan dengan bidan yang kemampuannya tidak baik. Menurut Sugijati tahun 2011 dan sesuai hasil penelitiannya kemampuan bidan memiliki peranan penting dalam pelaksanaan peran dan tugasnya. Dimana Universitas Sumatera Utara 75 faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan delima adalah kemampuan p = 0,001, pengalaman p=0,001, motivasi p=0,002, sikap p=0,001, persepsi kepemimpinan p=0,007, dan persepsi terhadap standar p=0,001. Variabel yang berpengaruh terhadap kinerja adalah kemampuan, pengalaman, sikap dan pengaruh yang paling kuat adalah kemampuan. Hasil penelitian di lapangan diperoleh kemampuan bidan dalam pemberian imunisasi hepatitis B yang dijawab ibu adalah tidak pernah bidan memberikan penjelasan kepada ibu sebelum melakukan tindakan kepada bayi. Bidan juga tidak pernah memberitahu penyuntikkan imunisasi hepatitis B dilakukan di paha bayi ibu. Bidan tidak memberitahu ibu tentang manfaat imunisasi Hepatitis B untuk bayi ibu, tidak memastikan kepada ibu bahwa vaksin imunisasi tidak kadaluarsa. Bidan tidak pernah terlebih dahulu membersihkan lokasi tempat penyuntikan dengan kapas, dan tidak terlihat terampil saat menyuntikkan imunisasi hepatitis B kepada bayi ibu. Menurut Sulistiyani dan Rosidah 2003, menjelaskan bahwa keterampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu yang bersifat kekaryaan, berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis yang diperoleh melalui proses belajar dan berlatih. Hasil penelitian ini sejalan dengan Maryono tahun 2011 menunjukkan melalui uji chi square bahwa keterampilan petugas imunisasi berpengaruh terhadap pelaksanaan pelayanan imunisasi hepatitis di Puskesmas dengan nilai p=0,001 p0,05, dan secara bersamaan melalui uji regresi logistik ganda menunjukkan variabel keterampilan merupakan Universitas Sumatera Utara 76 variabel paling dominan berpengaruh terhadap pelaksanaan pelayanan imunisasi di Kabupaten Aceh Barat dengan nilai B Exp sebesar 5,284. 5.4 Pengaruh Persepsi Bidan terhadap Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Hasil analisis univariat diperoleh bahwa lebih banyak persepsi bidan yang tidak baik kepada ibu sebesar 59,8. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan didapat persepsi bidan dalam pemberian imunisasi hepatitis B tidak pernah bidan menjelaskan kepada ibu bahwa bayi ibu harus diberi imunisasi hepatitis B, bidan tidak menjelaskan kepada ibu imunisasi hepatitis B diberikan paling lama saat bayi berusia 7 hari, bidan tidak menyampaikan bahwa bayi yang demam tidak boleh diberi imunisasi hepatitis B, bidan tidak menyampaikan kepada ibu bahwa tidak ada efek samping dari penyuntikan imunisasi hepatitis B pada bayi ibu, dan bidan tidak menyampaikan pemberian imunisasi ini tidak boleh diberikan jika berat badan bayi ibu saat lahir rendah dibawah normal 2500 kg, namun mereka mengatakan bahwa bidan itu lebih menyampaikan tidak berjalannya program imunisasi karena selalu ada penolakan dari ibu, bidan tidak menyampaikan kepada ibu ada 3x kali penyuntikan untuk imunisasi hepatitis B sejak bayi lahir, serta bidan tidak pernah menyampaikan kepada ibu, bayi boleh dimandikan setelah imunisasi. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,031 0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara persepsi dengan pemberian imunisasi hepatitis B. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muazaroh pada tahun 2009 tentang implementasi pelaksanaan Imunisasi oleh bidan menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara faktor komunikasi, sumber daya, persepsi, struktur birokrasi Universitas Sumatera Utara 77 dengan keberhasilan program imunisasi di Kabupaten Demak. Penelitian tentang hubungan faktor-faktor terhadap ketepatan pelayanan imunisasi hepatitis B pada bayi oleh Sriana tahun 2010, dimana terdapat hubungan motivasi p=0,001, persepsi p=0,002 dan imbalan p=0,001 terhadap pencapaian kinerja bidan. Berdasarkan uji regresi logistik bahwa persepsi berpengaruh terhadap pemberian imunisasi hepatitis B diperoleh nilai probabilitas p=0,044, dengan Prevalens Rate PR 2,470 artinya bidan yang memiliki kategori persepsi baik mempunyai peluang untuk memberikan imunisasi hepatitis B 2,470 kali lebih besar dibandingkan dengan bidan yang persepsinya tidak baik. Keberhasilan imunisasi juga dapat dipengaruhi ada atau tidaknya waktu ibu untuk membawa anaknya imunisasi ke posyandu atau puskesmas pada jadwal-jadwal tertentu, seperti jadwal posyandu yang dilakukan sekali sebulan. Ketidaktahuan waktu dan tempat imunisasi merupakan alasan yang paling sering dikemukan ibu atas ketidaklengkapan imunisasi balitanya. Alasan lain, dikarenakan anak sedang sakit, padahal tidak ada halangan atau kontraindikasi dalam pemberian imunisasi hepatitis B, serta ibu juga lebih mementingkan untuk bekerja daripada membawa anaknya untuk imunisasi. Bidan sebagai sumber informasi seharusnya berperan dalam meningkatkan pengetahuan dan informasi ibu tentang pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan persepsi ibu tentang peran dari bidan itu sendiri. Selain itu perlu dilakukan pelatihan atau penyuluhan kepada kader-kader tentang pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi , sehingga para kader dapat memperkuat intensitas informasi tentang pemberian imunisasi hepatitis B. Selain itu tenaga kesehatan juga merupakan sumber informasi yang baik untuk Universitas Sumatera Utara 78 mengetahui masalah-masalah yangsedang dihadapi oleh ibu tentang keadaan bayi atau masalah pemberian imunsasi hepatitis B pada bayi. Masalah masih rendahnya persepsi ibu tentang peran tenaga kesehatan karena sering kali tenaga kesehatan terlalu banyak memberikan informasi dan berbicara dengan gaya merendahkan ibu atau pasien, terutama jika pasien berasaal dari social ekonomi rendah. 5.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan masih ditemukan bidan yang tidak memberikan imunisasi hepatitis B, hal ini dipengaruhi oleh tidak adanya motivasi bidan mengajak ibu- ibu agar memberikan imunisasi, kemampuan bidan yang kurang terampil dan buruknya persepsi bidan terhadap ibu yang tidak mau mengimunisasi anaknya karena banyaknya penolakan ibu di lapangan. Hubungan motivasi bidan, kemampuan bidan dan persepsi bidan dengan pemberian imunisasi hepatitis B dilakukan menggunakan analisis bivariat dengan uji Chi-Square karena data variabel independen dan variabel dependen dalam bentuk kategori, sehingga dikatakan ada hubungan jika nilai probabilitas kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh bahwa terdapat hubungan antara motivasi bidan p=0,036, kemampuan bidan p=0,031 dan persepsi bidan p=0,031 dengan pemberian imunisasi hepatitis B hal ini disebabkan karena nilai p0,05. Variabel motivasi bidan, kemampuan bidan dan persepsi bidan dapat dilakukan untuk melihat pengaruh terhadap pemberian imunisasi hepatitis B atau Universitas Sumatera Utara 79 dapat dilanjutkan pada analisis multivariat, hal ini disebabkan karena 3variabel itu mempunyai nilai p0,25 pada analisis bivariatnya. Kemudian dari 3 variabel kandidat dianalisis menggunakan uji regresi logistik berganda dimana pemberian imunisasi hepatitis B bersifat dikotomi dan menggunakan metode Backward LR dimana variabel yang mempunyai p0,05 dikeluarkan secara bertahap dari komputer. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh bahwa variabel motivasi bidan, kemampuan bidan dan persepsi bidan berpengaruh terhadap pemberian imunisasi hepatitis B, hal ini disebabkan karena nilai p0,05, variabel motivasi bidan, kemampuan bidan dan persepsi bidan mempunyai perbandingan proporsi yang relatif besar. Variabel motivasi bidan, kemampuan bidan dan persepsi bidan berpengaruh terhadap pemberian imunisasi hepatitis B di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling dengan nilai p0,05. Namun yang paling dominan memengaruhi pemberian imunisasi hepatitis B adalah kemampuan bidan dengan odds ratio OR 2,899 artinya bidan yang memiliki kategori kemampuan baik mempunyai peluang untuk memberikan imunisasi hepatitis B 2,899 kali lebih besar dibandingkan dengan bidan yang kemampuannya tidak baik. Kondisi yang memengaruhi pemberian imunisasi hepatitis B di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling ternyata ibu yang memiliki motivasi bidan yang tidak baik, kemampuan bidan tidak baik serta persepsi bidan yang tidak baik tentang pemberian imunisasi hepatitis B kemungkinan untuk tidak memberikan imunisasi hepatitis B sebesar 72,2. Ibu yang memiliki motivasi bidan baik, kemampuan bidan baik serta persepsi bidan yang baik tentang pemberian imunisasi hepatitis B sebesar 12,9. Sesuai dengan informasi yang didapat dari petugas Puskesmas bahwa masih banyak hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Universitas Sumatera Utara 80 imunisasi Hepatitis B. Secara umum dapat disimpulkan bahwa bidan berpengaruh terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B. Menurut Ediyana 2005 yang menyatakan bahwa peran petugas kesehatan mempunyai hubungan yang kuat terhadap perilaku ibu dalam pemberian imunisasi hepatitis.

5.6. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

2 86 98

Analisis Faktor Yang Memengaruhi Kelengkapan Status Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Jeulingke Kota Banda Aceh Tahun 2014

0 0 18

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI BIDAN DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU TAHUN 2015 Rani Gartika Silalahi

0 0 12

Faktor-faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vitamin - Faktor-faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

0 0 16

Faktor-faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

0 0 16

II. Petunjuk Pengisian Isilah data dengan benar - Faktor – faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 0 27

Faktor – faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 0 22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor – faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 0 10

Faktor – faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 0 17