42 tertentu, tetapi berperilaku sesuai apa yang dilihatnya atau diyakininya tentang
situasi tertentu. Menurut Thoha 2008 dalam Mangunegara 2011, persepsi adalah proses
kognitif yang kompleks dan menghasilkan suatu gambaran yang unik tentang kenyataan yang barangkali jauh dari kebenarannya. Hal ini berarti bahwa hasil
dari persepsi setiap orang akan berbeda-beda dan tidak menjamin bahwa apa yang mereka tafsirkan, rasakan, alami dan sebagainya sesuai dengan kenyataan atau
kebenaran. Pada penelitian yang dilakukan Muazaroh pada tahun 2009 tentang
implementasi pelaksanaan Imunisasi oleh bidan menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara faktor komunikasi, sumber daya, persepsi, struktur birokrasi
dengan keberhasilan program imunisasi di Kabupaten Demak. Penelitian tentang hubungan faktor-faktor terhadap ketepatan pelayanan
imunisasi hepatitis B pada bayi oleh Sriana tahun 2010, dimana terdapat hubungan motivasi p=0,001, persepsi p=0,002 dan imbalan p=0,001 terhadap
pencapaian kinerja bidan. Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh
proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang
dipersepsikan. Menurut Rakhmat 2004 dalam Mangkunegara 2011 persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan melampirkan pesan.
2.8. Landasan Teori
Universitas Sumatera Utara
43 Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh mahluk hidup, baik yang diamati
secara langsung atau tidak langsung perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu: aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari
berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya, yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan,
sarana fisik dan sosial budaya masyarakat. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, berpersepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.
Kinerja prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Ivancevich 2007 dalam Mangkunegara Tahun 2011 kinerja merupakan hasil yang diinginkan dari
perilaku. Kinerja adalah penampilan hasil kerja personal baik secara kualitas dan
kuantitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan hasil personal individu atau organisasi dan tidak terbatas kepada pemangku jabatan struktural ataupun
fungsional semata. Kinerja adalah pernyataan yang menyajikan ukuran hasil yang sebenarnya dari beberapa kegiatan pribadi atau kesatuan periode yang sama.
Sedangkan Koetin dan Becker 1996 dalam Robbins 2007 dimana penelitiannya mendefinisikan kinerja berarti prestasi kerja, sedangkan prestasi
kerja adalah hasil kerja, dengan demikian kinerja adalah merupakan prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi atau entitas dalam periode tertentu.
Banyak faktor yang memengaruhi bidan dalam memeberikan pelayanan sesuai standar profesinya. Menurut Gibson, 2008 faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah faktor dari variabel individu yang terdiri dari
Universitas Sumatera Utara
44 kemampuan dan keterampilan, latar belakang, dan demografis. Faktor yang
mempengaruhi kinerja yang kedua adalah faktor dari variabel psikologi yang terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, motivasi, kepuasan kerja dan stres kerja.
Sedangkan faktor yang ketiga yang mempengaruhi kinerja adalah faktor organisasi yang terdiri dari kepemimpinan, kompensasi, konflik, kekuasaan,
struktur organnisasi, desain pekerjaan, desain organisasi, dan karir. Faktor individu yang pertama adalah kemampuan dan keterampilan
memainkan peran penting dalam perilaku dan kinerja individu. Sebuah kemampuan adalah sebuah trait bawaan atau dipelajari yang mengijinkan
seseorang mengerjakan sesuatu mental atau fisik. Keterampilan adalah kompetensi yang berhubungan dengan tugas seperti keterampilan mengoperasikan
komputer atau keterampilan berkomunikasi dengan jelas untuk tujuan dan misi kelompok. Manajer harus mencocokkan setiap kemampuan dan keterampilan
seseorang dengan persyaratan kerja agar dalam bekerja dapat mencapai kinerja Gibson, 2008
Faktor individu yang kedua adalah aspek demografi terdiri dari jenis kelamin, ras dan keragaman budaya. Gibson, 2008. Penelitian menunjukkan
bahwa pria dan wanita adalah sama dalam hal kemampuan belajar, daya ingat, kemampuan penalaran, kreativitas, dan kecerdasan. Meskipun hasil data riset
cukup memastikan, beberapa peneliti masih percaya adanya perbedaan kreativitas, penalaran, dan kemampuan belajar diantara pria dan wanita. Masih terdapat
perdebatan soal perbedaan pria dan wanita mengenai prestasi dalam pekerjaan, absensi, dan tingkat pergantian. Debat prestasi dalam pekerjaan tidak
menghasilkan kesimpulan. Tidak ada data pendukung yang menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
45 pria dan wanita adalah pekerja yang lebih baik. Hanya di bidang absensi sering
ditemukan perbedaan. Wanita memiliki tingkat absensi yang lebih tinggi. Tetapi lebih memperhatikan pada anak-anak, orang tua, dan pasangan sakit di dominasi
wanita. Tingkat absensi lebih tinggi dari wanita disebabkan peran mengasuh mereka Gibson, 2008.
Faktor individu yang ketiga adalah latar belakang dengan keragaman adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan variasi budaya, etnis,
dan ras dalam suatu populasi. Untuk mengelola tenaga kerja dengan keragaman budaya yang semakin meningkat akan mensyaratkan kelenturan, pengenalan
perbedaan individu, dan peningkatan kesadaran perbedaan latar belakang budaya Gibson, 2008.
Aspek dari variabel psikologi yang pertama adalah persepsi. Persepsi adalah proses kognitif individu dalam memilih, mengatur, menyimpan, dan
menginterpretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti. Oleh karena setiap orang memberi arti dalam setiap rangsangan, individu berbeda
dalam melihat hal yang sama dengan cara yang berbeda. Cara seorang pekerja dalam melihat keadaan sering kali mempunyai arti yang lebih banyak untuk
mengerti perilaku daripada keadaan itu sendiri Gibson, 2008. Aspek dari variabel psikologi yang kedua adalah Sikap. Sikap merupakan
determinan perilaku sebab yang berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental
yang selalu disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek-
obyek dan keadaan Gibson, 2008.
Universitas Sumatera Utara
46 Aspek dari variabel psikologi yang ketiga adalah kepribadian. Kepribadian
merupakan himpunan karakteristik dan kecendrungan yang stabil serta menentukan sifat umum dan perbedaan dalam perilaku seseorang. Kepribadian
dipengaruhi oleh keturunan, budaya, dan faktor sosial. Kepribadian bukan faktor penting dalam perilaku di tempat kerja karena kepribadian dibentuk di luar
organisasi. Perilaku seseorang tidak dapat dimengerti tanpa mempertimbangkan konsep kepribadian. Pada kenyataannya, kepribadian adalah juga saling
berhubungan dengan persepsi, sikap, belajar, dan motivasi setiap usaha untuk mengerti perilaku menjadi tidak lengkap apabila kepribadian tidak diperhitungkan
Gibson, 2008 Aspek dari variabel psikologi yang keempat adalah motivasi. Motivasi
merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul di dalam seorang individu yang menggerakkan dan pengarahkan
perilaku. Konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam intensitas perilaku dan untuk menunjukkan arah tindakan. Manajer lebih
suka memotivasi karyawannya secara positif agar karyawan tersebut dapat menjalankan pekerjaannya dan karyawan yang termotivasi akan menghasilkan
pekerjaan yang memiliki kualitas yang tinggi Gibson, 2008. Faktor psikologis selanjutnya adalah Kepuasan Kerja. Menurut Gibson
2008 kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang dipunyai individu mengenai pekerjaannya. Hal ini dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya,
didasarkan pada faktor lingkungan kerja, seperti gaya penyelia, kebijakan dan prosedur, afiliasi kelompok kerja, kondisi kerja, dan tunjangan.
Universitas Sumatera Utara
47 Faktor psikologis yang terakhir adalah Stres kerja. Menurut Gibson
2008, stres kerja merupakan suatu persepsi penyesuaian, diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individu danatau proses psikologis yang merupakan suatu
konsekuensi dari setiap tindakan dari luar lingkungan, situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis danatau fisik berlebihan kepada
seseorang. Stres kerja dapat mempengaruhi kinerja dari seorang individu. Selanjutnya faktor yang mempengaruhi kinerja adalah variabel organisasi.
Variabel organisasi yang pertama adalah kompensasi. Menurut Werther dan Davis dalam Hasibuan 2009, kompensasi adalah apa yang seorang pekerja terima
sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya baik upah per jam ataupun gaji periodik didesain dan dikelola oleh bagian personalia. Selain itu kompensasi atau
imbalan merupakan total seluruh imbalan yang diterima karyawan sebagai pengganti jasa mereka.
Menurut Gibson 2008 sasaran utama program imbalan adalah menarik yang berkualifikasi untuk bergabung dalam organisasi, mempertahankan
karyawan untuk tetap bekerja, dan memotivasi karyawan mencapai prestasi tinggi. Diharapkan bahwa setiap paket imbalan sebaiknya cukup memuaskan kebutuhan
dasar seperti makanan, tempat tinggal, pakaian, dipandang wajar, dan berorientasi pada individu.
Variabel organisasi yang kedua adalah kepemimpinan. Kepemimpinan leadership dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk memengaruhi suatu
kelompok. Variabel ketiga dalam organisasi adalah ketersediaan sumber daya lain yang mendukung suatu petugas dalam melaksanakan kinerjanya agar lebih baik.
Faktor Individu : - Kemampuan
- Latar Belakang - Pengalaman kerja
- Faktor Demografi
Kinerja Faktor Psikologis:
- Persepsi - Sikap
- Kepribadian - Motivasi
Universitas Sumatera Utara
48
Gambar 2.1. Kerangka Teori Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Menurut Gibson 1987
2.9. Kerangka Konsep