Uji Linearitas Analisis Data Penelitian
orang tua dan anak Rohner, Khaleque Cournoyer dalam Lestari, 2012. Di dalam suasana yang hangat dan penuh penerimaan dari orang tua akan membuat
seseorang merasa dihargai dan diterima. Remaja yang memiliki penghargaan diri yang tinggi merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya sangat berharga sehingga
harapannya dapat dipenuhi dengan cara mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian lain juga yang menunjukkan
bahwa semakin tinggi harga diri, semakin tinggi pula asertivitas remaja Anindyajati Karima, 2004. Adanya perasaan dihargai dan diterima tersebut
membuat seseorang lebih lebih nyaman untuk mengekspresikan dirinya. Di dalam situasi yang aman dan nyaman tersebut, seseorang akan lebih tergerak untuk
mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan kebutuhannya tanpa rasa takut dan tertekan. Oleh karena itu, penerimaan dari orang tua menjadi suatu hal yang
penting bagi perkembangan remaja menuju ke arah yang positif dan dalam hal ini asertivitas remaja.
Data lain yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data statistik deskriptif menunjukkan bahwa mean empiris pada variabel asertivitas lebih besar daripada
mean teoritiknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek cenderung memiliki asertivitas yang tinggi. Asertivitas yang tinggi tersebut dapat berkaitan dengan
kemampuan pengambilan perspektif yang dimiliki remaja. Pengambilan perspektif perspective taking adalah kemampuan untuk mempertimbangkan
sudut pandang orang lain serta memahami pikiran dan perasaannya Santrock,
2007. Hal ini juga berkaitan dengan salah satu aspek asertivitas yaitu tidak menyangkal hak-hak orang lain, dimana kemampuan pengambilan perspektif
dibutuhkan agar dapat memahami kebutuhan orang lain. Berdasarkan data lain yang diperoleh dari penelitian ini, sebagian besar
subjek adalah suku Jawa 67,2 dan asertivitasnya cenderung tinggi. Pada masyarakat Jawa, terdapat dua nilai dalam kehidupan keluarga Jawa yaitu
“penghormatan” dan “penampilan sosial yang harmonis rukun”. Nilai “hormat” sangat ditekankan terutama kepada bagaimana berperilaku kepada orang yang
lebih tua. Hal ini dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa krama untuk orang yang lebih tua. Nilai “rukun” dicapai dengan memperkecil sebanyak-banyaknya
pernyataan konflik sosial dan pribadi secara terbuka dalam bentuk apapun Geertz,1983. Selain itu, dalam budaya timur, orang dididik untuk tidak
memperlihatkan isyarat-isyarat perilaku emosional Budyatna dan Ganiem, 2011. Hal tersebut membuat seseorang untuk memilih lebih baik diam daripada
bertindak sehinggga cenderung pasif. Hal ini yang juga diterapkan dalam keluarga Jawa. Di dalam situasi yang seperti ini, asertivitas mulai menjadi sulit
untuk berkembang. Namun, pada hasil penelitian menunjukkan bahwa asertivitas remaja suku Jawa cenderung tinggi. Adanya perbedaan ini dapat berkaitan dengan
perkembangan zaman dan pengetahuan sehingga orang tua lebih terbuka terhadap informasi baru. Sebagai contoh, anak dahulu selalu patuh dengan pilihan orang
tua, namun seiring dengan perkembangan pengetahuan dan zaman, orang tua