Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Orang Tua

Remaja yang kompeten dalam pengambilan perspektif juga lebih dapat memahami kebutuhan dan kebersamaan mereka dengan orang lain sehingga mereka juga dapat berkomunikasi secara lebih efektif. Kemampuan mengambil perspektif tersebut dapat membantu seseorang untuk dapat asertif. Selain itu, terdapat pula egosentrisme remaja. Menurut Piaget Berk, 2012, pada remaja muncul egosentrisme baru dimana remaja sulit membedakan antara perspektif sendiri dan perspektif orang lain. Menurut David Elkind Santrock, 2012, egosentrisme remaja mengandung dua komponen utama yaitu imaginary audience dan personal fable. Imaginary audience adalah keyakinan remaja bahwa orang lain berminat pada dirinya sebagaimana ia berminat pada dirinya sendiri, termasuk juga tingkah laku menarik perhatian berusaha untuk diperhatikan dan terlihat. Personal fable adalah bagian dari egosentrisme remaja yang menganggap bahwa dirinya unik dan tak terkalahkan. Remaja juga beranggapan bahwa tidak seorangpun yang dapat memahami mereka. c. Perkembangan Sosial Pada perkembangan sosial, hubungan remaja dengan orang lain merupakan hal yang penting. Jersild, Brook dan Brook dalam Ali dan Asrori, 2009 mengatakan bahwa pada masa anak-anak, mereka masih memiliki ketergantungan kepada orang tua dan masih sangat dipengaruhi orang tua. Namun, remaja sudah mulai menyadari keberadaan dirinya sebagai pribadi. Hal ini mendorong remaja untuk membebaskan diri dari ketergantungan dengan orang tua. Hal tersebut juga sesuai dengan tugas perkembangan remaja, dimana remaja memiliki dorongan untuk otonomi. Remaja tidak hanya sekedar terdorong untuk berpisah atau bebas dari orang tuanya, namun kelekatan pada orang tua juga meningkatkan kemungkinan bahwa remaja akan kompeten secara sosial Santrock, 2012. Selain itu, teman sebaya juga memiliki peran yang penting dalam kehidupan remaja. Sullivan dalam Santrock 2012 berpendapat bahwa sahabat menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan sosial remaja. Di masa remaja, tekanan untuk sesuai dengan teman sebaya menjadi lebih kuat Santrock, 2012. Terdapat enam kebutuhan remaja akhir terkait hubungan sosial Rice dalam Nisfiannor, Rostiana Puspasari, 2004, yaitu 1 Kebutuhan terkait pemahaman, perhatian, dan membina hubungan yang memuaskan; 2 Kebutuhan untuk memperluas persahabatan dengan cara berhubungan dengan orang-orang baru yang memiliki latar belakang, pengalaman, dan ide yang berbeda; 3 Kebutuhan untuk dapat diterima, dimiliki, diakui statusnya dalam satu kelompok; 4 Kebutuhan untuk lepas dari lingkungan bermain yang homogen terjadi pada masa kanak-kanak ke lingkungan bermain yang lebih heterogen; 5 Kebutuhan untuk belajar,