tidak terlalu mengekang anak dan lebih terbuka Soemardjan dan Breazeale, 1993. Orang tua saat ini mengenal adanya pola asuh otoritatif. Orang tua yang
otoritatif diasosiasikan dengan anak-anak yang sosial secara kompeten. Pengasuhan otoritatif mendorng anak-anak untuk mandiri namun masih tetap
memberi batasan dan kendali atas tindakan anak, serta memberikan kesempatan berdialog secara verbal Santrock, 2012 Di dalam situasi tersebut mendorong
komunikasi yang terbuka antara orang tua dengan anak. Hal ini sesuai aspek- aspek pada penerimaan orang tua sehingga di dalam situasi seperti ini asertivitas
dapat berkembang. Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh data dimana sebagian besar
subjek aktif dalam mengikuti kegiatan maupun organisasi 61,6 dan memiliki asertivitas yang cenderung tinggi. Di dalam organisasi, kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain merupakan sesuatu hal yang penting. Di dalam sebuah organisasi ataupun kelompok, terdapat hal-hal yang biasa terjadi seperti
pemecahan masalah bersama, mengungkapkan pendapat, memahami orang lain, perbedaan pendapat. Oleh karena itu, asertivitas merupakan kemampuan yang
dibutuhkan dalam organisasi ataupun hubungan interpersonal lainnya. Remaja yang aktif mengikuti organisasi atau kegiatan di sekolah atau luar sekolah,
asertivitasnya lebih terasah dan terlatih. Data lain yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebanyak 56 subjek
tinggal bersama orang tua dan asertivitas cenderung tinggi. Meskipun remaja
beranjak ke arah kemandirian, mereka masih perlu menjalin relasi dengan keluarganya Hair dalam Santrock, 2012. Remaja yang tinggal bersama orang tua
akan lebih banyak berinteraksi langsung dengan orang tua mereka dan kebutuhan remaja untuk menjalin relasi dengan keluarganya terpenuhi. Hal tersebut juga
didukung oleh penelitian terbaru tentang pengawasan orang tua telah bergeser dari penekanan eksklusif terhadap peran orang tua dalam mengawasi keberadaan
dan aktivitas remaja kepada peran aktif remaja dalam mengelola akses orang tua mereka terhadap informasi Keijsers Laird, 2010; Smetana dkk, 2010; Stattin
Kerr, 2000; dalam Santrock, 2012. Contohnya, penelitian berfokus pada keterbukaan remaja secara suka rela kepada orang tuanya. Remaja akan lebih
terbuka kepada orang tua mereka ketika orang tua bertanya kepada mereka disertai dengan rasa kepercayaan, penerimaan dan kualitas yang tinggi Daddis
Randolph, 2010; Keijers dkk, 2010; dalam Santrock, 2012. Hal tersebut juga dapat mendorong asertivitas remaja.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan
asertivitas remaja akhir. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi terhadap penerimaan orang tua, maka semakin tinggi asertivitas remaja akhir.
Begitu pula sebaliknya, semakin rendah persepsi terhadap penerimaan orang tua maka semakin rendah asertivitas remaja akhir. Berdasarkan hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa asertivitas dan persepsi terhadap penerimaan orang tua pada subjek penelitian cenderung tinggi.
B. Saran
1. Bagi Orang Tua
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan asertivitas. Hal ini berarti bahwa
anak membutuhkan
penerimaan dari
orang tua
untuk dapat
mengembangkan asertivitasnya secara optimal. Orang tua memiliki peran yang penting bagi perkembangan remaja akhir. Orang tua diharapkan
mempertahankan sikap yang penuh penerimaan, kasih sayang dan kehangatan dalam mengasuh anak sehingga anak dapat memiliki
penghargaan terhadap dirinya, anak merasa dicintai dan diterima sehingga dapat mengembangkan asertivitasnya.
2. Bagi Subjek Penelitian
Asertivitas merupakan hal yang penting bagi remaja akhir. Asertivitas dibutuhkan remaja akhir agar terhindar dari hal-hal yang negatif. Selain
itu, asertivitas menjadi dibutuhkan remaja akhir untuk membantu memenuhi kebutuhan pada tahap perkembangannya. Asertif juga
membuat remaja akhir lebih dipahami oleh orang lain sehingga subjek penelitian diharapkan dapat mempertahankan asertivitas yang dimilikinya.
Selain itu, semakin tinggi persepsi remaja akhir terhadap penerimaan
orang tua juga, semakin tinggi pula asertivitas remaja akhir
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan tema penerimaan orang tua maupun asertivitas, sebaiknya memperhatikan faktor lain yang
juga memiliki pengaruh terhadap asertivitas seperti jenis kelamin, kebudayaan, tingkat pendidikan dan tipe kepribadian. Selain itu, peneliti
juga dapat menggunakan subjek yang tidak hanya terbatas pada remaja saja tetapi juga kelompok tahap perkembangan lainnya sehingga dapat
dilihat perbedaannya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Adhityawan, E.P. 2010. Hubungan Antara Konformitas Dengan Kenakalan Remaja. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Akse, J., Hale III, W. W., Engels, R. C., Raaijmakers, Q. A., Meeus, W. H. 2004. Personality, perceived parental rejection and problem behavior in
adolescence. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, 3912, 980- 988.
Al’Ain, M. O., Mulyana, O. P. 2013. Pelatihan Asertif Untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonalanggota Hima Himpunan Mahasiswa Prodi
Psikologi FIP Unesa. Character: Jurnal Penelitian Psikologi., 21 Alberti, R. E., Emmons, M. L. 1986. Your Perfect Right. California: Impact
Publisher. Ali, M., Asrori, M. 2009. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Bumi Aksara. Anindyajati, M. M., Karima, C. M. 2004. Peran Harga Diri Terhadap Asertivitas
Remaja Penyalahguna Narkoba Penelitian Pada Remaja Penyalahguna Narkoba Di Tempat-Tempat Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba. Jurnal
Psikologi, 201. Azwar, S. 2003. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron, R. A., Byrne, D., 2005. Psikologi Sosial Edisi 10. Jakarta: Erlangga. Berk, L. E., 2006. Child Development Seventh Edition. USA: Pearson Education,
Inc. Berk, L. E. 2012. Development Through the Lifespan Edisi Kelima dari Prenatal
sampai Remaja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budyatna Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana.
Crook, T., Raskin, A. Elliot, J. 1981. Parent-Child Relationship and Adult
Depression. Child Development, Vol. 52, No. 3 Cynthia, T. 2007. Konformitas Kelompok dan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.
Jurnal Ilmiah Psikologi, 11.
Feist, J. Feist, G. J. 2006. Theory of Personality 6
th
Edition. Boston: McGraw Hill.
Geertz, H. 1983. Keluarga Jawa. Jakarta: Grafiti Press. Gunarsa, Y. S. D. Gunarsa, S. D. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia. Husetiya, Y. 2010. Hubungan asertivitas dengan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa fakultas psikologi universitas diponegoro Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kuterovac- Jagodić, G., Keresteš, G. 1997. Perception of parental acceptance-
rejection and some personality variables in young adults. Društvena
israživanja, 6, 477-491. Komasari, D., Helmi, A. F. 2000. Faktor-faktor penyebab perilaku merokok pada
remaja. Jurnal psikologi, 271, 37-47. Kuterovac-
Jagodić, G., Keresteš, G. 1997. Perception of parental acceptance- rejection and some personality variables in young adults.
Društvena israživanja, 6, 477-491.
Khaleque, A. 2002. Parental Love and Huma Development: Implications of Parental Acceptance-Rejection Theory. Pakistan Journal of Psychological Research
Vol. 17, Nos. 3-4, 2002, 111-122. Khaleque, A., Rohner, R. P. 2002. Perceived Parental Acceptance
‐Rejection and Psychological Adjustment: A Meta
‐Analysis of Cross‐Cultural and Intracultural Studies. Journal of Marriage and Family, 641, 54-64.
Kusumawati, N., Lilik, S., Agustin, R. W. 2012. Hubungan antara konsep diri dan asertivitas dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada siswa kelas
X SMA Al Islam 1 Surakarta. Wacana, 48. Laura, G. A. Syifa’ar, R. 2006. Asertivitas Wanita Jawa Ditinjau Dari
Pendidikan, Usia Dan Status Pekerjaan. Naskah Publikasi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Lestari, S. 2012. Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.