Persepsi Remaja Akhir Terhadap Penerimaan Orang Tua

maka anak akan mengamati suatu celaan dan penolakan sebagai suatu celaan yang luas dan tersebar dalam setiap perilaku. Anak menjadi peka terhadap setiap penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan Rogers dalam Schultz, 1991. Ketika remaja akhir merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan, dia tidak menjadi diri sendiri dan sulit mengekspresikan dirinya. Berdasarkan penjelasan tersebut, menunjukkan bahwa remaja akhir yang mengalami penolakan orang tua akan menjadi tidak asertif. Ketika seseorang tidak mendapatkan pengakuan dan dukungan dari keluarga maka ia akan mencari hal tersebut di luar keluarga Budyatna Ganiem, 2011. Oleh karena itu, penerimaan dari orang tua menjadi suatu hal yang penting bagi perkembangan remaja akhir menuju ke arah yang positif. Pada masa remaja akhir, terdapat beberapa ciri khas yang muncul pada tahap perkembangannya. Di masa remaja akhir, mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan teman sebaya. Kelompok teman sebaya merupakan sumber afeksi, simpati, pemahaman, tempat bagi sebuah eksperimen dan pengaturan untuk mencapai kemandirian dari orang tua Papalia, Feldman Martorell, 2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa teman sebaya merupakan hal yang penting dalam perkembangan remaja akhir. Jika remaja akhir tidak mendapatkan pengakuan dan dukungan dari keluarga maka ia akan mencari hal tersebut di luar keluarga, salah satunya teman sebaya. Ketika tidak mendapatkan penerimaan dari orang tuanya, remaja akhir akan berusaha melakukan apapun agar diterima oleh teman sebaya. Di sisi lain, pengaruh teman sebaya juga bisa mengarahkan perilaku remaja akhir ke hal yang positif maupun negatif. Salah satu penyebab terjdinya permasalahan dan kenakalan remaja akhir adalah adanya pengaruh dari teman sebaya. Hal tersebut juga didukung oleh adanya egosentrisme remaja yaitu imaginary audience dan personal fable. Pada personal fable, remaja akhir memandang dirinya unik dan istimewa. Ketika bergabung dengan kepribadian yang gemar mencari sensasi, dongeng pribadi berperan pada pengambilan keputusan yang beresiko karena remaja akhir merasa unik dan istimewa sehingga merasa tidak rentan terhadap bahaya. Remaja akhir dengan dongeng pribadi dan pencarian sensasi yang tinggi cenderung lebih sering melakukan kenakalan remaja Greene dkk. dalam Berk, 2012. Pada imaginary audience, remaja akhir merasa bahwa dirinya menjadi pusat perhatian orang lain sehingga pandangan orang lain menjadi sangat penting bagi remaja akhir. Hal tersebut terkadang membuat remaja akhir berusaha untuk memenuhi dan mengikuti harapan orang lain. Remaja akhir merasa ingin diterima oleh kelompoknya sehingga berusaha mengikuti perilaku kelompoknya. Remaja akhir yang cenderung untuk mengikuti temannya biasanya memiliki kesulitan untuk menampilkan dirinya, mengungkapkan keinginan, perasaan serta pikirannya. Hal tersebut membuat remaja akhir menjadi sulit untuk mengekspresikan penolakan terhadap pengaruh negatif dari temannya dan cenderung untuk tidak menjadi diri sendiri melainkan mengikuti orang lain Anindyajati Karima, 2004. Selain itu,