mengasuh, berlatih kemampuan-kemampuan yang dapat mengembangkan diri dan sesama, memilih teman yang sesuai, dan kebutuhan untuk
menggapai kesuksesannya dalam perkawinan; 6 Kebutuhan untuk menemukan peran seksualnya dan mempelajari perilaku seksual yang
tepat. Terkait dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut, peran asertivitas menjadi penting bagi remaja akhir karena dapat membantu memenuhi
kebutuhan tersebut.
D. Persepsi Remaja Akhir Terhadap Penerimaan Orang Tua
Persepsi adalah seperangkat proses yang dengannya kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami cerapan-cerapan inderawi yang kita terima
dari stimuli lingkungan Sternberg, 2008. Sebagai bidang kajian, persepsi sosial adalah studi terhadap bagaimana orang membentuk kesan dan membuat
kesimpulan tentang orang lain Teiford dalam Sarwono, 2009. Secara umum, persepsi merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan
informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain
Sarwono, 2009. Dalam penelitian ini ingin melihat persepsi remaja akhir terhadap penerimaan orang tua. Jadi, persepsi terhadap penerimaan orang tua
adalah proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi yang diterima sehingga membentuk kesan dan kesimpulan tentang penerimaan
orang tua.
Proses persepsi dimulai dari pengenalan terhadap tingkah laku nonverbal yang ditampilkan orang lain. Tanda-tanda nonverbal ini merupakan informasi yang
dijadikan bahan untuk mengenali dan mengerti orang lain secara lebih jauh. Berdasarkan informasi-informasi nonverbal tersebut, seseorang membuat
kesimpulan tentang apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Selanjutnya ungkapan-ungkapan verbal melengkapi pembuatan kesimpulan dari
tanda-tanda nonverbal. Dengan menggunakan informasi-informasi tingkah laku nonverbal dan verbal, seseorang membentuk kesan-kesan tentang orang lain.
Dalam hal ini kesan yang dibentuk remaja akhir terhadap penerimaan orang tua sehingga bagaimana remaja mempersepsi penerimaan orang tua terhadap dirinya
sangat tergantung pada bagaimana remaja tersebut melihatnya. Menurut Rohner Lestari, 2012, persepsi terhadap penerimaan dan penolakan
orang tua akan mempengaruhi perkembangan individu dan cara yang dikembangkan dalam menghadapi masalah.
E. Hubungan Antara Penerimaan Orang Tua dengan Asertivitas Remaja Akhir
Asertivitas merupakan hal yang penting bagi remaja akhir. Asertivitas dibutuhkan remaja akhir agar terhindar dari hal-hal yang negatif. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Rosita 2007 menyebutkan bahwa asertivitas memiliki hubungan yang signifikan dengan kepercayaan diri. Dampak dari individu yang
berperilaku asertif yaitu keinginan, kebutuhan dan perasaan seseorang untuk dimengerti oleh orang lain dapat terpenuhi Muhammad dalam Rosita, 2007.
Individu akan merasa dapat mengendalikan hidupnya sendiri dan kemudian akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan diri individu tersebut. Selain itu,
manfaat dari asertif adalah seseorang dapat mempertahankan haknya tanpa menyakiti dan merugikan orang lain, dapat mendapatkan kebutuhannya dengan
cara yang memuaskan dan melegakan hati semua orang, dapat memiliki penyesuaian diri yang baik dan dapat membangun hubungan interpersonal yang
positif Alberti dan Emmons dalam Al’ain Mulyana, 2013.
Menurut Rathus dan Nevid Rosita, 2007, asertivitas muncul pada diri remaja akhir karena terdapat penghargaan diri self-esteem terhadap dirinya.
Remaja akhir merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya sangat berharga sehingga harapannya dapat dipenuhi dengan cara mengoptimalkan kemampuan
yang dimilikinya. Hasil dari penelitian lain juga menunjukkan bahwa semakin tinggi harga diri, semakin tinggi pula asertivitas remaja Anindyajati Karima,
2004. Adanya perasaan dihargai dan diterima tersebut membuat seseorang lebih nyaman untuk mengekspresikan dirinya. Di dalam situasi yang aman dan nyaman
tersebut, seseorang akan lebih tergerak untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan kebutuhannya tanpa rasa takut dan tertekan.
Menurut Coopersmith Subowo dan Martiarini, 2009, salah satu hal yang berperan dalam pembentukan penghargaan dalam diri seseorang adalah
penerimaan. Penerimaan tersebut diperoleh remaja akhir dari lingkungan sekitarnya, salah satunya keluarga. Keluarga merupakan lingkungan terdekat dan
paling berpengaruh bagi seseorang Ngahu, 2006. Keluarga merupakan salah
satu tempat bagi seseorang untuk bertumbuh dan berkembang. Di dalam keluarga, anak memperoleh kemampuan dasar baik intelektual maupun sosialnya. Keluarga
juga merupakan tempat dimana seseorang pertama kali belajar bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang tua, kakak atau adik. Hal ini kemudian dapat
berpengaruh kepada interaksi seseorang di dalam masyarakat. Selain itu, orang tua dapat mempengaruhi hubungan anak dengan teman sebayanya Berk, 2006.
Di dalam keluarga, orang tua berperan besar pada perkembangan seorang anak. Pengalaman anak dengan orang tua di masa kecil juga penting dalam menentukan
kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial anak di masa mendatang Santrock, 2012. Penerimaan orang tua adalah sikap orang tua atau pengasuh kepada anak
yang menunjukkan kehangatan, rasa kasih sayang, penghargaan dan dukungan, kepercayaan, adanya komunikasi dan ketertarikan bersama dengan anak. Menurut
Rohner dalam Lestari, 2012, persepsi anak terhadap penerimaan dan penolakan orang tua akan mempengaruhi perkembangan individu dan cara yang
dikembangkan dalam menghadapi masalah. Suasana yang hangat dan penuh penerimaan dari orang tua akan membuat seseorang merasa dihargai dan diterima.
Hal ini dapat membuat anak memiliki harga diri yang tinggi sehingga dapat memunculkan perilaku yang asertif.
Penolakan orang tua parental rejection akan memberi pengaruh negatif bagi remaja seperti agresi, depresi, rendahnya harga diri, rasa tidak aman, kecemasan
Akse dkk, 2004; Crook, Raskin Elliot, 1981; Rohner dalam Robert 1979; Khaleque, 2002. Jika orang tua yang mencela dan menolak tingkah laku anak,
maka anak akan mengamati suatu celaan dan penolakan sebagai suatu celaan yang luas dan tersebar dalam setiap perilaku. Anak menjadi peka terhadap setiap
penolakan dan segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan Rogers dalam Schultz, 1991. Ketika remaja akhir
merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan akan diberikan, dia tidak menjadi diri sendiri dan sulit mengekspresikan dirinya. Berdasarkan
penjelasan tersebut, menunjukkan bahwa remaja akhir yang mengalami penolakan orang tua akan menjadi tidak asertif. Ketika seseorang tidak mendapatkan
pengakuan dan dukungan dari keluarga maka ia akan mencari hal tersebut di luar keluarga Budyatna Ganiem, 2011. Oleh karena itu, penerimaan dari orang tua
menjadi suatu hal yang penting bagi perkembangan remaja akhir menuju ke arah yang positif.
Pada masa remaja akhir, terdapat beberapa ciri khas yang muncul pada tahap perkembangannya. Di masa remaja akhir, mereka lebih sering
menghabiskan waktu bersama dengan teman sebaya. Kelompok teman sebaya merupakan sumber afeksi, simpati, pemahaman, tempat bagi sebuah eksperimen
dan pengaturan untuk mencapai kemandirian dari orang tua Papalia, Feldman Martorell, 2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa teman sebaya merupakan hal
yang penting dalam perkembangan remaja akhir. Jika remaja akhir tidak mendapatkan pengakuan dan dukungan dari keluarga maka ia akan mencari hal
tersebut di luar keluarga, salah satunya teman sebaya. Ketika tidak mendapatkan