penerimaan dari orang tuanya, remaja akhir akan berusaha melakukan apapun agar diterima oleh teman sebaya. Di sisi lain, pengaruh teman sebaya juga bisa
mengarahkan perilaku remaja akhir ke hal yang positif maupun negatif. Salah satu penyebab terjdinya permasalahan dan kenakalan remaja akhir adalah adanya
pengaruh dari teman sebaya. Hal tersebut juga didukung oleh adanya egosentrisme remaja yaitu imaginary audience dan personal fable. Pada personal
fable, remaja akhir memandang dirinya unik dan istimewa. Ketika bergabung dengan kepribadian yang gemar mencari sensasi, dongeng pribadi berperan pada
pengambilan keputusan yang beresiko karena remaja akhir merasa unik dan istimewa sehingga merasa tidak rentan terhadap bahaya. Remaja akhir dengan
dongeng pribadi dan pencarian sensasi yang tinggi cenderung lebih sering melakukan kenakalan remaja Greene dkk. dalam Berk, 2012. Pada imaginary
audience, remaja akhir merasa bahwa dirinya menjadi pusat perhatian orang lain sehingga pandangan orang lain menjadi sangat penting bagi remaja akhir. Hal
tersebut terkadang membuat remaja akhir berusaha untuk memenuhi dan mengikuti harapan orang lain. Remaja akhir merasa ingin diterima oleh
kelompoknya sehingga berusaha mengikuti perilaku kelompoknya. Remaja akhir yang cenderung untuk mengikuti temannya biasanya memiliki kesulitan untuk
menampilkan dirinya, mengungkapkan keinginan, perasaan serta pikirannya. Hal tersebut membuat remaja akhir menjadi sulit untuk mengekspresikan penolakan
terhadap pengaruh negatif dari temannya dan cenderung untuk tidak menjadi diri sendiri melainkan mengikuti orang lain Anindyajati Karima, 2004. Selain itu,
remaja akhir yang memiliki asertivitas yang rendah akan mengalami kesulitan mengutarakan perasaan dan pikirannya kepada orang lain dan cenderung untuk
memenuhi tuntutan lingkungannya dengan menekan kebutuhannya Kusumawati, Lilik Agustin, 2011.
Selain itu, pada masa remaja akhir berkembang juga kemampuan untuk pengambilan perspektif perspective taking. Remaja akhir yang kompeten dalam
pengambilan perspektif juga lebih dapat memahami kebutuhan dan kebersamaan mereka dengan orang lain sehingga mereka juga dapat berkomunikasi secara lebih
efektif. Hal ini juga berkaitan dengan salah satu aspek asertivitas yaitu tidak menyangkal hak-hak orang lain, dimana kemampuan mengambil perspektif
menurut sudut pandang orang lain dibutuhkan.
F. Skema
Gambar 2.1 Skema
Asertivitas Tinggi
- Remaja akhir merasa
dihargai dan diterima
- Menentukan kompetensi
sosial remaja akhir
Keluarga
Persepsi Penerimaan
Orang Tua Persepsi
Penolakan Orang Tua
Relasi dengan teman sebaya: remaja akhir
berusaha memenuhi harapan dan
mengikuti teman sebaya
- Agresi - Rendah-nya
harga diri - Kecemasan
- Rasa tidak aman
Asertivitas Rendah
G. HIPOTESIS
Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan asertivitas remaja akhir. Semakin tinggi
persepsi terhadap penerimaan orang tua maka semakin tinggi pula asertivitas remaja akhir.
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Tujuan dari penelitian korelasional adalah untuk menyelidiki sejauh mana variasi-variasi pada
suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi Narbuko dan Achmadi, 2007.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat Sugiyono, 2013.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu persepsi terhadap penerimaan orang tua.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas Sugiyono, 2013. Variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu asertivitas.
C. Definisi Operasional
1. Persepsi Terhadap Penerimaan Orang Tua
Persepsi terhadap penerimaan orang tua adalah proses perolehan, penafsiran, pemilihan dan pengaturan informasi indrawi yang diterima
sehingga membentuk kesan dan kesimpulan tentang penerimaan orang tua. Penerimaan orang tua adalah sikap orang tua atau pengasuh kepada anak yang
menunjukkan kehangatan, rasa kasih sayang, penghargaan dan dukungan, kepercayaan, adanya komunikasi dan ketertarikan bersama dengan anak.
Penerimaan orang tua dilihat dari lima aspek, yaitu aspek komunikasi, aspek perhatian dan kasih sayang, aspek keterlibatan orang tua, aspek kepercayaan
pada anak, aspek kehangatan. Semakin tinggi skor total yang diperoleh dalam skala penerimaan orang tua menunjukkan semakin tinggi penerimaan orang
tua yang dimililiki subjek penelitian. Semakin rendah skor total dalam skala penerimaan orang tua, maka semakin rendah pula penerimaan orang tua yang
dimiliki oleh subjek penelitian.
2. Asertivitas
Asertivitas adalah
kemampuan untuk
mengungkapkan dan
mengekspresikan pikiran, perasaan dan keinginannya kepada orang lain secara terbuka dan jujur, berani untuk menolak dan mempertahankan diri tanpa rasa
cemas, namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak orang lain. Menurut Alberti Emmons 1986, aspek dari asertivitas, yaitu mempromosikan
kesetaraan dalam hubungan dengan orang lain, bertindak sesuai dengan minatnya
sendiri, mampu
mempertahankan diri
sendiri, mampu
mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, tidak menyangkal hak- hak orang lain. Semakin tinggi skor total yang diperoleh dalam skala
asertivitas menunjukkan semakin tinggi asertivitas yang dimililiki subjek penelitian. Semakin rendah skor total dalam skala asertivitas, maka semakin
rendah pula asertivitas yang dimiliki oleh subjek penelitian.
D. Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja akhir yang berusia 16 – 18
tahun di Yogyakarta. Sampelnya adalah 125 remaja akhir yang berusia 16 – 18
tahun di Yogyakarta Subjek penelitian ini adalah remaja akhir yang berusia 16 tahun hingga 18 tahun. Alasan pemilihan subjek dengan usia tersebut adalah
karena permasalahan yang menunjukkan remaja tidak asertif terjadi pada usia remaja akhir 16-18 tahun. Teknik pemilihan subjek yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu simple random sampling. Teknik simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu Sugiyono, 2013.