Uji Hipotesis Analisis Data Penelitian

2007. Hal ini juga berkaitan dengan salah satu aspek asertivitas yaitu tidak menyangkal hak-hak orang lain, dimana kemampuan pengambilan perspektif dibutuhkan agar dapat memahami kebutuhan orang lain. Berdasarkan data lain yang diperoleh dari penelitian ini, sebagian besar subjek adalah suku Jawa 67,2 dan asertivitasnya cenderung tinggi. Pada masyarakat Jawa, terdapat dua nilai dalam kehidupan keluarga Jawa yaitu “penghormatan” dan “penampilan sosial yang harmonis rukun”. Nilai “hormat” sangat ditekankan terutama kepada bagaimana berperilaku kepada orang yang lebih tua. Hal ini dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa krama untuk orang yang lebih tua. Nilai “rukun” dicapai dengan memperkecil sebanyak-banyaknya pernyataan konflik sosial dan pribadi secara terbuka dalam bentuk apapun Geertz,1983. Selain itu, dalam budaya timur, orang dididik untuk tidak memperlihatkan isyarat-isyarat perilaku emosional Budyatna dan Ganiem, 2011. Hal tersebut membuat seseorang untuk memilih lebih baik diam daripada bertindak sehinggga cenderung pasif. Hal ini yang juga diterapkan dalam keluarga Jawa. Di dalam situasi yang seperti ini, asertivitas mulai menjadi sulit untuk berkembang. Namun, pada hasil penelitian menunjukkan bahwa asertivitas remaja suku Jawa cenderung tinggi. Adanya perbedaan ini dapat berkaitan dengan perkembangan zaman dan pengetahuan sehingga orang tua lebih terbuka terhadap informasi baru. Sebagai contoh, anak dahulu selalu patuh dengan pilihan orang tua, namun seiring dengan perkembangan pengetahuan dan zaman, orang tua tidak terlalu mengekang anak dan lebih terbuka Soemardjan dan Breazeale, 1993. Orang tua saat ini mengenal adanya pola asuh otoritatif. Orang tua yang otoritatif diasosiasikan dengan anak-anak yang sosial secara kompeten. Pengasuhan otoritatif mendorng anak-anak untuk mandiri namun masih tetap memberi batasan dan kendali atas tindakan anak, serta memberikan kesempatan berdialog secara verbal Santrock, 2012 Di dalam situasi tersebut mendorong komunikasi yang terbuka antara orang tua dengan anak. Hal ini sesuai aspek- aspek pada penerimaan orang tua sehingga di dalam situasi seperti ini asertivitas dapat berkembang. Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh data dimana sebagian besar subjek aktif dalam mengikuti kegiatan maupun organisasi 61,6 dan memiliki asertivitas yang cenderung tinggi. Di dalam organisasi, kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain merupakan sesuatu hal yang penting. Di dalam sebuah organisasi ataupun kelompok, terdapat hal-hal yang biasa terjadi seperti pemecahan masalah bersama, mengungkapkan pendapat, memahami orang lain, perbedaan pendapat. Oleh karena itu, asertivitas merupakan kemampuan yang dibutuhkan dalam organisasi ataupun hubungan interpersonal lainnya. Remaja yang aktif mengikuti organisasi atau kegiatan di sekolah atau luar sekolah, asertivitasnya lebih terasah dan terlatih. Data lain yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebanyak 56 subjek tinggal bersama orang tua dan asertivitas cenderung tinggi. Meskipun remaja