Pelaksanaan Penelitian Deskripsi Data Penelitian

orang tua menunjukkan bahwa nilai p 0,037. Hal ini berarti data pada skala penerimaan orang tua memiliki sebaran data yang tidak normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Hubungan antara dua variabel dinyatakan linear apabila nilai p 0,05 Priyatno, 2010. Hasil perhitungan uji linearitas dua variabel penelitian menunjukkan bahwa nilai p = 0,000. Hal ini berarti hubungan antara persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan asertivitas bersifat linear karena nilai p lebih kecil dari 0,05 p 0,05. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4 Hasil Uji Linearitas Asertivitas Persepsi Penerimaan Orang Tua F Sig. Combined 1,877 0,07 Linearity 36,238 0,000 Deviation from Linearity 1,216 0,220

3. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan uji linearitas pada data yang diperoleh, kemudian peneliti melakukan uji hipotesis menggunakan teknik analisis koefisien korelasi Spearman. Jika signifikansi 0,05 maka terjadi hubungan yang signifikan. Uji hipotesis ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis Asertivitas Penerimaan Orang Tua Asertivitas Spearman Correlation 1 0,449 Sig. 1-tailed 0,000 N 125 125 Persepsi Penerimaan OrangTua Spearman Correlation 0,449 1 Sig. 1-tailed 0,000 N 125 125 . Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,449, dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 p 0,05. Nilai signifikansi yang berada di bawah 0,05 menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang signifikan. Selain itu, kekuatan hubungan antara dua variabel termasuk sedang karena nilai korelasi berada pada rentang 0,40 – 0,599 Sugiyono dalam Priyatno, 2010. Berdasarkan perhitungan korelasi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara penerimaan orang tua dengan asertivitas remaja akhir. Hal ini berarti semakin tinggi penerimaan orang tua akan diikuti dengan tingginya asertivitas remaja akhir. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini diterima.

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan asertivitas remaja. Hal ini dapat diketahui dari perolehan hasil koefisien korelasi sebesar 0,449 dengan signifikansi sebesar 0,00 p 0,05. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan asertivitas remaja akhir diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi terhadap penerimaan orang tua maka semakin tinggi pula asertivitas remaja akhir. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah persepsi terhadap penerimaan orang tua maka semakin rendah pula asertivitas remaja akhir. Hubungan positif antara persepsi terhadap penerimaan orang tua dengan asertivitas pada remaja akhir dapat terjadi karena penerimaan orang tua merupakan hal yang penting bagi asertivitas remaja. Penerimaan penting karena berperan dalam perkembangan seseorang. Penerimaan tersebut diperoleh remaja dari lingkungan sekitarnya, salah satunya keluarga. Keluarga merupakan salah satu tempat bagi seseorang untuk bertumbuh dan berkembang. Di dalam keluarga, anak memperoleh kemampuan dasar baik intelektual maupun sosialnya. Keluarga juga merupakan tempat dimana seseorang pertama kali belajar berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang tua, kakak atau adik. Hal tersebut kemudian dapat berpengaruh kepada interaksi seseorang di dalam masyarakat. Selain itu, orang tua berperan besar pada perkembangan seorang anak. Pengalaman anak dengan orang tua di masa kecil juga penting dalam menentukan kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial anak di masa mendatang Santrock, 2012. Penerimaan orang tua adalah sikap orang tua atau pengasuh kepada anak yang menunjukkan kehangatan, rasa kasih sayang, penghargaan dan dukungan, kepercayaan, adanya komunikasi dan ketertarikan bersama dengan anak. Menurut Rohner Lestari, 2012, persepsi anak terhadap penerimaan dan penolakan orang tua akan mempengaruhi perkembangan individu dan cara yang dikembangkan dalam menghadapi masalah. Penerimaan dan penolakan orang tua membentuk dimensi kehangatan warmth dimension dalam pengasuhan, yaitu suatu kualitas ikatan afeksi antara