Efektifitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan Di Kantor Walikota Tangerang Dalam Menerapkan Motto Akhlakul Karimah

(1)

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ORGANISASI KEPEMIMPINAN DI KANTOR WALIKOTA TANGERANG DALAM MENERAPKAN MOTTO

AKHLAKUL KARIMAH

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

OLEH :

RIZAL FIKRI 109051000239

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H / 2014


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ORGANISASI KEPEMIMPINAN DI KANTOR WALIKOTA TANGERANG DALAM MENERAPKAN MOTTO AKHLAKUL KARIMAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 19 Agustus 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Jakarta, 19 Agustus 2014

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Rachmat Baihaky, MA Ahmad Fatoni, S.Sos.I NIP. 19761129200912 1 001

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. Masran, MA Umi Musyarrofah, MA

NIP. 196012021995031001 NIP. 19710816 199703 2002 Pembimbing

Drs. S. Hamdani, MA NIP. 19550309 199403 1 001


(3)

KATA PENGANTAR

Allhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Tiada kata yang patut kita lantunkan selain puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang dengan limpahan anugerah dan ni’mat yang tak terukur kepada peneliti, tak terasa amanat menuntut ilmu yang disokongkan oleh kedua orangtua kepada penulis telah sampai hingga perguruan tinggi ditandai dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana strata satu (S1).

Segala kelancaran penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh-Nya. Sehingga dapat memulai dan menyelesaikan penelitian ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya. Amin

Skripsi ini disusun atas bekal ilmu pengetahuan yang sangat terbatas sehingga tanpa bantuan dan bimbingan serta petunjuk dari beberapa pihak akan sulit bagi penulis untuk menyelsaikannya. Peneliti menyadari bahwa banyak kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri peneliti khususnya pada penyelesaian skripsi ini.

Namun Allhamdulillah dengan keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini. Hal ini tidak terwujud sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan dari banyak pihak baik moril maupun materiil, sehingga banyak ucapan terima kasih peneliti ucapkan.


(4)

Pada kesempatan ini peneliti sangat perlu menghaturkan dan mengucapkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang terkait yang dengan begitu ikhlasnya telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Rasa terima kasih yang sangat dalam kami haturkan kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

2. Pembantu Dekan Bidang Akademik, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Pembantu Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

3. Bapak Rachmat Baihaky, MA Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

4. Ibu Fita Faturrohmah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah membantu penulis menyelesaikan perkuliahan ini

5. Bapak Drs. S. Hamdani, MA, yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

6. Bapak Fauzun,Lc, MA selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memandu dan memberikan masukan dan arahan sejak pertama kuliah hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan

7. Bapak Drs.Masran, MA dan Ibu Umi Musyaroffah, MA selaku Penguji I dan Penguji II, terima kasih atas kesediaannya menguji skripsi ini 8. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah


(5)

ternilai harganya. Semoga menjadi amal ibadah yang tidak akan terputus. Dan tidak lupa kepada seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga para staff perpustakaan fakultas yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di kampus ini

9. Kepada seluruh karyawan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di Kampus ini

10. Bapak H. Wahidin Halim dan Segenap Pegawai di Kantor Walikota Tangerang yang telah membantu dan mempermudah penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

11. Keluarga Besar Alm. Mandor Satrih dan Alm. Idris. Bapak Rohmatullah dan IbuNurhayati tercinta yang dengan kasih sayangnya tak pernah lelah dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya dan selalu memberikan motivasi, do’a dan berkoban secara moril dan materil. Goresan tinta ini tidak akan mampu mewakili besarnya perjuangan kalian...terima kasih Bapak dan Ibu.

12. Adik-adik tercinta : Nadia Karimah, Amalia Husnayaini, M. Aufa Akmal. Terima kasih atas dukungan kalian selama ini. Maju Terus PANTANG MUNDUR

13. Sahabat-sahabat KPI G angkatan 2009, serta semua mahasiswa KPI angkatan 2009 yang telah memberikan dukungan dan ikatan persahabatan serta keluarga kecil selama peneliti berada di masa kuliah, kebahagiaan serta keakraban sert keakraban yang tidak terlupakan


(6)

14. Nuraini yang selalu bersedia Membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini...Semoga S1’nya cepat selesai.

15. Kawan-kawan tercinta dan seperjuangan Realita terima kasih atas dukungan, semangat, dan pengalamnnya

Akhir kata hanya do’a dan harapan yang bisa penulis panjatkan, semoga kebaikan kalian senantiasa dibalas oleh Allah SWT dengan Limpahan Karunia dan Keberkahan bagi kita semua. Amin Amin Yaa Robbal Aallamin.

Jakarta, Agustus 2014 Rizal Fikri


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Efektifitas 1. Pengertian Efektifitas ... 13

2. Pengukuran Efektifitas... 14

B. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi... 16

2. Unsur-unsur Komunikasi ... 17

3. Model Komunikasi ... 19

C. Organisasi 1. Pengertian Organisasi ... 21

2. Elemen Organisasi... 22

3. Fungsi Organisasi ... 24


(8)

E. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan... 27

2. Fungsi Kepemimpinan... 28

3. Gaya Kepemimpinan ... 29

F. Pengertian Akhlakul Karimah ... 30

G. Efektifitas Komunikasi Organisasi Pemerintahan ... 31

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG A. Profil Walikota Tangerang ... 34

B. Sejarah Kota Tangerang ... 36

C. Letak Geografis Kota Tangerang ... 37

D. Visi dan Misi Kota Tangerang... 38

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Kota Tangerang di era Wahidin Halim Periode 2008-2013 ... 44

B. Penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Kota Tangerang di era Wahidin Halim Periode 2008-2013... 47

C. Efefktifitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan dalam penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Kota Tangerang di era Wahidin Halim Periode 2008-2013 ... 49

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 53

B. Saran-Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA... 57 LAMPIRAN


(9)

ABSTRAK Rizal Fikri

Efektifitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Tangerang dalam menerapkan Motto Akhlakul Karimah

Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sebab dengan komunikasi manusia bisa saling berinteraksi dan saling bertukar informasi dalam kehidupan sehari-hari. Tiada hari tanpa berkomunikasi. Komunikasi juga ikut berperan serta dalam berjalannya sebuah organisasi. Tanpa adanya komunikasi maka akan sulit untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal. Namun, untuk menciptakan sebuah organisasi yang baik dan juga untuk mencapai tujuan secara maksimal diperlukan metode komunikasi yang baik agar tercipta komunikasi yang efektif dan efisien.

Dalam sebuah organisasi dibutuhkan pola komunikasi yang baik untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan efisien. Komunikasi efektif dan efisien dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Pola komunikasi antara atasan dengan bawahan (Down Ward), Bawahan dengan atasan (Up Ward), dan komunikasi horizontal dalam sebuah organisasi juga berperan dalam menentukan efektifitas organisasi.

Suharto menerangkan efktifitas merupakan keterangan yang menjelaskan ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Hasil yang semakin mendekati sasaran atau tujuan berarti semakin tinggi tingkat efektifitasnya.

Oleh karena itu, maka timbul beberapa masalah yang diangkat oleh penulis. Pertama, Bagaimana Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim dalam menerapkan motto Akhlakul Karimah?, Kedua, Bagaimana Penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim?, Ketiga, Bagaimana Efektifitas Komunikasi Organisasi dalam penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim?

Metode yang digunakan dalam mencari dalam mencari dan mengumpulkan data adalah deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara melakukan pengamatan lapangan, wawancara dan dokumentasi di Kantor Walikota Tangerang.

Dari data yang ditemukan Efektifitas Komunikasi Organisasi dalam penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim sudah berjalan dengan efektif, hal ini dapat dilihat dari sikap saling menghargai sesama pegawai dan komunikasi yang efektif antara pemimpin dengan pegawai. Pada dasarnya keberhasilan sebuah organisasi tidak lepas dari keberhasilan seorang pemimpin dalam membangun komunikasi yang efektif dan efisien.


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk yang dinamis di dalam lingkungan sosialnya. Agar dapat berkembang, manusia butuh berinteraksi dengan sesamanya. Hubungan yang baik akan diperoleh dengan komunikasi yang baik pula. Oleh karena itu manusia melakukan komunikasi untuk mendapat hubungan atau ikatan yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat penting. Bukan hanya dalam kehidupan bermasyarakat namun juga dalam kehidupan organisasi. Tiada hari tanpa komunikasi, kehidupan manusia akan hampa jika tidak ada komunikasi. Tidak akan terjadi interaksi antara manusia secara perorangan, kelompok, atau organisasi jika tidak ada komunikasi.

Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi juga sebagai proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada yang lain. Dalam buku Jalaludin Rahmat dan Deddy Mulyana, Komunikasi didefinisikan sebagai :

“suatu proses dinamik transaksional yang mempengaruhi perilaku sumber dan penerimanya dengan sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan yang mereka salurkan lewat suatu saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu. Komunikasi akan lengkap bila penerima pesan yang dimaksud mempersepsi perilaku yang disandi, harus dimasukan semua stimuli sadar-tidak sadar, sengaja-sadar-tidak sengaja, verbal, nonverbal, dan kontekstual


(11)

yang berperan sebagai isyarat-isyarat kepada sumber dan penerima tentang kualitas dan kredibilitas pesan .”1

Sejak manusia mengenal kehidupan sosial, timbul suatu masalah yang harus diselesaikan bersama sebab manusia juga diciptakan sebagai makhluk sosial, karena setiap manusia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia dapat salingh berhubungan antara satu dengan yang lain baik di dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat kerja, di pasar, dimana saja dia berada.

Komunikasi juga dibutuhkan dalam kehidupan berorganisasi karena merupakan poros utama dalam menentukan berjalan atau tidaknya sebuah organisasi. Barry Cushway dan Derek Lodge dalam buku Redi Panuju menggambarkan “fungsi komunikasi dalam organisasi yang menggambarkan suasana kerja organisasi atau sejumlah keseluruhan perasaan dan sikap orang-orang yang bekerja di dalam organisasi.”2Organisasi merupakan suatu kerangka hubungan yang berstruktur di dalamnya dan berisi wewenang, tanggung jawab, dan pembagian tugas untuk menjalankan fungsi tertentu.

Redding dan Sanborn dalam buku Arni Muhammad mengatakan “bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi orang-orang yang sama level atau tingkatannya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis, dan komunikasi evaluasi program.”3

1

Jalaludi Rahmat dan Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009),h.14

2

Redi Panuju, Komunikasi Organisasi, (Yogyakarta : Pustaka Fajar, 2001), Cet ke-1, h. 2

3


(12)

Di dalam lingkungan organisasi formal maupun nonformal selalu ada seseorang yang dianggap memiliki kelebihan dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai pengatur orang lainnya. Biasanya orang seperti ini disebut pemimpin. Dari kata pemimpin itulah muncul istilah kepemimpinan setelah melalui proses yang panjang.

Dari sisi bahasa kepemimpinan adalah leadership yang berasal dari kata leader. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana, atau proses membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela. Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok.

Pemimpin dan kepemimpinan dalam perspektif Islam adalah sesuatu yang penting dalam Islam. Dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang berarti wakil. Pemakaian kata khalifah setelah Rasulullah saw wafat menyentuh juga maksud yang terkandung di dalam perkataan amir ( Jamaknya Umara ) atau penguasa. Oleh karen itu kedua istilah ini dalam bahasa Indonesia disebut Pemimpin Formal.

Dalam penelitian ini peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang komunikasi organisasi di Kantor Walikota Tangerang Pada era H. Wahidin Halim periode 2008-2013 yang memiliki motto Akhlakul Karimah. Tidak mudak dalam menerapkan Akhlakul Karimah dalam kehidupan di Kota Tangerang, dibutuhkan


(13)

usaha yang maksimal agar motto Akhlakul Karimah dapat terealisasi terutama untuk meningkatkan kinerja pegawai di dalam lingkungan Kantor Walikota Tangerang guna menjadi pemerintahan yang memiliki Akhlakul Karimah sesuai dengan motto yang diterapkan.

Dalam menerapkan Akhlakul Karimah tentu di butuhkan komunikasi yang efektif dan efisien atara atasan dengan bawahan, bawahan dengan atasan, dan sesama pegawai. Dengan komunikasi yang efektif dan efisien segala informasi dan pesan yang disampaikan akan diterima dengan baik dan mudah dimengerti. Dengan komunikasi yang efektif dan efisien pula akan tercipta sikap saling menghargai antara sesama pegawai, baik itu antara atasan dengan bawahan, bawahan dengan atasan, atau pegawai sesama pegawai.

Berdasarkan permasalahan di atas, terdapat daya tarik sendiri bagi penulis untuk meneliti dan mengetahui tentang bagaimana “Efektifitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Tangerang Pada era H. Wahidin Halim dalam Menerpakan Motto Akhlakul Karimah.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Untuk membatasi penelitian ini agar tidak terlalu meluas, maka peneliti memberi bataan hanya berfokus pada “Komunikasi Organisasi Kepemimpinan Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim dalam menerapkan motto Akhlakul Karimah.” Adapun yang dimaksud kepemimpinan di Kota Tangerang adalah Kepemimpinan Walikota Kota Tangerang Periode 2008-2013.


(14)

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim dalam menerapkan motto Akhlakul Karimah?

b. Bagaimana Penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim?

c. Bagaimana Efektifitas Komunikasi Organisasi dalam penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim dalam menerapkan motto Akhlakul Karimah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapaic pada penelitian ini, yaitu :

a. Untuk mengetahui Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim dalam menerapkan motto Akhlakul Karimah

b. Untuk mengetahui penerapan motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Tangerang

c. Untuk mengetahui Efektifitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim dalam menerapkan motto Akhlakul Karimah


(15)

2. Manfaat Penelitian a. Secara Akademis

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberi tambahan referensi bagi studi komunikasi selanjutnya dan diharapkan mampu memberikan gambaran umum tentang komunikasi organisasi.

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi awal bagi penelitian selanjutnya mengenai pembahasan tentang komunikasi organisasi serta dapat memenuhi kebutuhan khalayak mengenai informasi tentang komunikasi organisasi.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa literature buku untuk membantu penyusunan skripsi ini diantaranya buku tentang Metodologi Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Lexy J.Moleong dan buku Deddy Mulyana tentang Metodologi Penelitian Kualitatif. Selain itu peneliti juga mendalami beberapa buku yang fokus untuk membahas skripsi ini diantaranya buku yang ditulis Redi Panuju tentang Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Komunikasi Organisasi dari Konseptual ke Empirik, Buku Arni Muhammad tentang Komunikasi Organisasi.

Sebelum menentukan judul skripsi ini, peneliti juga melakukan tinjauan pustaka ke Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Pada hasil tinjauan


(16)

tersebut peneliti menemukan beberapa skripsi yang berkaitan dengan skripsi yang diteliti, yaitu :

Komunikasi Organisasi Nurmahmudi Ismail sebagai Walikota Depok dalam Implementasi Kebijakan Publik” oleh Januar Azhari Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008

Pola Komunikasi di Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Kampung Utan Tangerang Selatan ” Oleh Dian Novianti Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006

Efektifitas Lembaga Dakwah Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi DKI Jakarta Melalui Program Masabaqah Tilawati Qur’an Tahun 2009” Oleh Silma Muasuli Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010

Adapun kesamaan skripsi yang penulis buat dengan skripsi sebelumnya adalah sama-sama membahas tentang Komunikasi Organisasi dan tentang Efektifitas dalam Organisasi. Adapun perbedaan antara skripsi yang dibuat dengan skripsi sebelumnya terletak pada subjek dan objek penelitian.

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Kualitatif. “Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa


(17)

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaki yang diamati.”4“Metode deskriptif kualitatif merupakan langkah-langkah yang melakukan representasi objek tentang semua informasi. Dengan kata lain metode ini tidak terbatas pada pengumpulan data, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti dari data tersebut.”5Dengan menggunakan metode Deskriptif Kualitatif, data yang telah diperoleh dari penelitian (berbentuk lisan dan tulisan) dipaparkan atau digambarkan dalam sebuah tulisan ilmiah.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber-sumber untuk memperoleh keterangan, sedangkan objek penelitian adalah sesuatu yang diteliti.6Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah H. Wahidin Halim selaku Walikota Tangerang dan Rohmatullah salah satu pegawai di Kota Tangerang. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah Efektifitas Komunikasi Organisasi di Kantor Walikota Tangerang.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Oktober 2013-April 2014 Bertempat di Kantor Walikota Tangerang dan Kediaman H. Wahidin Halim di Jl. H. Djiran, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang provinsi Banten.

4

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1999), Cet ke-1, h.138

5

Soejono dan Abdurrahman. Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), h.24

6


(18)

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menghasilkan penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik, antara lain :

a. Observasi, adalah pengamatan yang dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan, dengan observasi akan diperoleh sebuah gambaran yang jelas tentang kenyataan.7 Dalam hal ini peneliti meneliti melakukan kunjungan ke Kantor Walikota Tangerang dan mengamati kelakuan para pegawai di Kantor Walikota Tangerang ketika mereka bertemu satu sama lain.

b. Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung tatap muka antara penanya dan narasumber menggunakan alat yang dinamakan interview guide (Paduan wawancara). 8 Hasil pembicaraan direkam dengan voice recorder, yang kemudian di transcript ke dalam bentuk tulisan. Adapun yang di wawancarai adalah bapak H. Wahidin Halim Selaku Walikota Tangerang 2008-2013 dan Pegawai Kota Tangerang dan Adapun yang menjadi bahan wawancara adalah hal-hal yang terkait dengan penerapan akhlakul karimah di kantor walikota tangerang.

c. Dokumentasi, adalah studi dokumen berupa data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang aktual.9

7

Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), h. 106

8

M. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), h.63

9

Nurul Hidayati, Metode Penelitian Dakwah dengan Penelitian Kualitatif, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006), h. 63


(19)

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, data-data yang telah dikumpulkan dioleh melalui beberapa tahap yaitu dibaca, dipelajari, dan ditelaah. Setelah itu langkah selanjutnya adalah membuat abstrak dengantujuan membuat rangkuman inti.

“menurut Bogdan & Biklen dalam Buku Lexy J. Moleong mengatakan Analisis Data Kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang bisa dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakankepada orang lain.”10

Dalam penulisan ini, penulis mengambil kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan, penyusunan, penyajian, dan penganalisisan data hasil penelitian yang berwujud kata-kata. Setelah itu penulis berusaha menganalisis data berupa kata-kata. Setelah itu penulis berusaha menganalisis data yang berupa kata-kata ke dalam tulisan yang lebih luas.

6. Pedoman Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Centre for Quality Development an Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2007.

10

Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), h. 248


(20)

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih terarah dalam pembahasan dan gambaran sedrhana agar memudahkan penulisan penelitian ini, maka penulis membuat sistematika penulisan yang tersusun dalam lima bab, yang masing-masing memiliki sub-sub dengan susunan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULAUAN

Dalam bab ini meliputi : Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS Bab ini memuat tentang :

A. Konsep Dasar Efektifitas 1. Pengertian Efektifitas

B. Pengukuran Efektifitas Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi

2. Unsur-unsur Komunikasi 3. Model Komunikasi C. Organisasi

1. Pengertian Organisasi 2. Elemen Organisasi 3. Fungsi Organisasi

D. Pengertian Komunikasi Organisasi Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan


(21)

3. Gaya Kepemimpinan

E. Pengertian Akhlakul Karimah

F. Efektifitas Komunikasi Organisasi Pemerintahan

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG

Yang termasuk dalam Bab ini adalah : A) Profil Walikota Tangerang, B) Sejarah Kota Tangerang, C) Letak dan Geografis Kota Tangerang, D) Visi dan Misi Kota Tangerang

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Pada Tahap ini meliputi : a) Bagaimana Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim dalam menerapkan motto Akhlakul Karimah, b) Bagaimana Penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Kota Tangerang pada Era H. Wahidin Halim, c) Bagaimana Efektifitas Komunikasi Organisasi dalam penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Tangerang

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian pembahasan penelitian ini. Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran-saran mengenai penelitian ini.


(22)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Efektifitas 1. Pengertian Efektifitas

Efektifitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata efektif, yang diartikan dengan : a) adanya efek (akibat, pengaruh, kesan), b) manjur atau mujarab, c) dapat membawa hasil, berhasil guna (usaha, tindakan).1 Efektifitas berhubungan dengan penentuan apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau tidak. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, menuliskan “bahwa efektifitas adalah keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan) setelah melakukan sesuatu.”2 Efektifitas menunjukan pada keberhasilan dari segi tercapai atau tidaknya sasaran yang telah diterapkan. Hasil yang semakin mendekati sasaran berarti semakin tinggi tingkat efektifitasnya.

Mengenai Pengertian Efektifitas beberapa ahli berpendapat :

a. Dennis Mc.Quail, efektifitas secara teori komunikasi berasal dari kata efektif, artinya terjadi suatu perubahan atau tindakan sebagai akibat diterimanya suatu pesan dan perubahan terjadi dari segi hubungan antara keduanya yakni pesan yang diterima dan tindakan tersebut.3

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta : Balai Pustaka, 1996), h.219

2

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan (P3B), Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), Cet ke-7, h.250

3


(23)

b. Peter F.Druckler, salah satu tokoh yang memberikan perhatian besar terhadap efektifitas mengatakan bahwa efektiftitas itu dapat dan harus dipelajari secara sistematis, sebab efektifitas bukanlah bentuk sebuah keahlian yang lahir secara alamiah. Efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui sebuah rangkaian kerja, latihan intens, terarah dan sistematis, bekerja dengan cepat sehingga menghasilkan kreatifitas.4

c. Suharto menerangkan bahwa efektifitas merupakan keterangan yang menjelaskan ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.5 Dalam berbagai pengertian di atas menunjukan bahwa efektifitas merupakan suatu tingkat keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Hasil yang semakin mendekati sasaran atau tujuan berarti semakin tinggi tingkat efektifitasnya.

2. Pengukuran Efektifitas

Menurut FX Suwarto dalam upaya mengukur sejauh mana tingkat keefektifan , terdapat tiga pendekatan dalam hal pengukuran keefektifan, dianataranya, yaitu :

a. Pendekatan Tujuan yaitu yang menekankan pada pentingnya pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan. Pendekatan ini digunakan secara luas dalam usaha mengevaluasi dan mengukur tingkat keefektifan, dalam praktek pendekatan menurut tujuan yang banyak digunakan adalah manajemen berdasarkan sasaran (management by objective) adalah suatu program yang mencakup tujuan-tujuan yang khas yang ditentukan secara partisiatif, untuk suatu

4

Peter F. Druckler, Bagaimana Menjadi Eksekutif yang Efektif (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1986), h.5

5


(24)

kurun waktu tertentu dengan umpan balik mengenai kemajuan-kemajuan tujuan organisasi tersebut.

b. Pendekatan Teori Sistem, yaitu pendekatan yang menekankan pentingnya adaptasi tuntutan ekstern sebagai kriteria penilaian keefektifa. Dalam pendekatan teori sistem ini dapat dilihat secara intern dan ekstern, intern yaitu meilhat bagaimana manfaat orang dan organisasi, sedangkan ekstern yaitu dapat menghubungkan transaksi organisasi dengan orang atau lembaga.6

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan teori sistem untuk menyelesaikan tulisan ini. Dalam teori sistem, organisasi dipandang sebagai satu dari sejumlah elemen yang saling bergantung. Aliran Input dan Output merupakan titik awal menggambarkan organisasi. Organisasi menggunakan sumber daya yang lebeih besar, memproses sumber daya, dan mengembalikannya dalam bentuk yang telah diubah.

Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapainya tindakan sasaran yang telah ditetapkan. Hasil yang mungkin mendekati sasaran berarti makin tinggi efektifitasnya. Mengarahkan kerja sesuai dengan maksud dan tujuan merupakan faktor besar dalam membentuk lingkungan kerja yang mampu melahirkan efektifitas secara keseluruhan.

Berdasarkan definisi dan pengertian di atas, maka efektifita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan fungsi dan menghasilkan tujuan yang diharapkan tercapai.

6

FX Suwarto, Perilaku Organisasi(Yogyakarta : Universitas Atmajaya, 1999), Cet ke-1, h.5-7


(25)

B. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologi istilah kata komunikasi merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu, Communication, berasal dari bahasa latin Communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Kata Communication juga bersumber dari bahasa latin yaitu Communicatioyang berarti sama atau kesamaan arti. ”Pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang atau bahasa yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengan orang yang menerima pesan.”7

Sedangkan pengertian komunikasi secara terminology adalah proses pertukaran arus informasi yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media sebagai alat penunjang keefektifan komunikasi dengan maksud menghasilkan effect yang diterima oleh para pelaku organisasi tersebut.

“Arni Muhammad juga menyimpulkan pengertian komunikasi merupakan pertukaran pesan dan informasi antara komunikator dengan komunikan yang terjadi pada seorang individu, kelompok, atau berupa organisasi melalui pesan verbal dan non verbal dengan tujuan untuk merubah tingkah laku para pelaku komunikasi dalam aspek berupa kognitif, afektif, dan juga psikomotorik.”8

Dari uraian kesimpulan definisi tersebut, dapat dikemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi merupakan suatu bentuk interaksi antara individu melalui proses penyampaian pesan verbal maupun non verbal berupa ide, gagasan, opini,

7

Roudhonah,Ilmu Komunikasi(Jakarta : UIN Jakarta Press), h.19

8

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Cet ke-12, h.4-5


(26)

dan berfokus untuk mempengaruhi tingkah laku individu tersebut agar tercapai tujuan bersama.

2. Unsur-unsur Komunikasi a. Komunikator

Komunikator memiliki peran penting dalam komunikasi karena mengerti atau tidaknya komunikan tergantung cara penyampaian seorang komunikator. “komunikator berfungsi sebagai encoder, yakni sebagai orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang lain, orang yang menerima pesan adalah komunikan yang berfungsi sebagai decoder, yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan konteks pengertiannya sendiri.”9

Persamaan makna dalam proses komunikasi sangat bergantung pada komunikator, maka dari itu terdapat syarat-syarat yang diperlukan oleh komunikator, diantaranya :

1. Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya 2. Kemampuan berkomunikasi

3. Mempunyai pengetahuan yang luas 4. Sikap

5. Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikannya.10

b. Pesan

Adapun yang dimaksud pesan dalam komunikasi adalah suatu informasi yang dikirimkan kepada si penerima. “pesan adalah suatu gagasan atau ide,

9

Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi (Yogyakarta : Al-Amin Press,1996), Cet ke-11, h.59

10


(27)

informasi, pengalaman, yang telah dituangkan dalam lambang untuk disebarkan kepada pihak lain.”11

Ada beberapa bentuk pesan, diantaranya :

1. Informatif, yakni memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri

2. Persuasif, yakni dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan, namun perubahan ini adalah kehendak sendiri

3. Koersif,yakni dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya dan pada kalangan publik.12

c. Media

Media adalah sarana yang digunakan oleh seorang komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan atau sarana yang digunakan oleh komunikan atau sarana yang digunakan oleh komunikan untuk memberikan feedback kepada seorang komunikator. “medium adalah alat yang digunakan untuk berkomunkasi, agar hasil komunikasi dapat mencapai sasaran yang lebih banyak dan luas. Media ini bersifat nirmasa, seperti : telepon, HP, dan lainnya, dan adapula yang bersifat media massa seperti : tv, radio, koran, dan film.”13

d. Komunikan

Komunikan bisa diartikan sebagai penerima pesan. Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.

Sebagai komunikan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : 1. Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan komunikasi

11

Roudhonah,Ilmu Komunikasi(Jakarta : UIN Jakarta Press), h.45

12

H.A.W Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), Cet Ke-3,h.14

13


(28)

2. Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusan itu sesuai dengan tujuannya

3. Pada saat pengambilan keputusan, ia sadar keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya

4. Ia mampu menepatinya baik secara mental maupun fisik.14 3. Model Komunikasi

Model komunikasi adalah representasi dari suatu fenomena dengan menonjolkan unsur-unsur penting dari fenomena tersebut. Dalam buku Marhaeni Fajar, Littlehohn dan Hawes (1983) menyebut “model komunikasi menunjuk pada representasi simbolis dari suatu benda, proses, atau gagasan ide.”15

Selain itu, ada beberapa ahli yang mencoba mendefinisikan model, antara lain sebagai berikut :

1. B. Aubrey Fischer

Mendeskripsikan model sebagai analogi yang mengabstraksi dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat, dan komponen yang penting yang dijadikan model

2. Werner J. Severin dan James W.Tankard Jr

Model Membantu merumuskan teori dan menyarankan hubungan. Suatu model mengimplikasikan teori mengenai fenomena yang diteorikan.16

Kegunaan model jelas memberikan manfaat, teritama kepada ilmuwan, untuk memperjelas teori yang mereka kemukakan. Model juga memberikan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah yang mungkin timbul, memberi peluang akan terbukanya problem abstraksi, dan memberi penglihatan berbeda atau lebih dekat. Diantara banyak model komunikasi, antara lain sebagai berikut :

a. Model Lasswell

Salah satu model komunikasi yang banyak digunakan orang adalah model yang dikemukakan oleh Harold Lasswell seorang ahli politik dari Yale University.

14

Roudhonah, Ilmu Komunikasi,h.66

15

Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h.89

16


(29)

Lasswell menggunakan lima pertanyaan yang perlu ditanyakan yang perlu ditanyakan dan dijawab dalam melihat proses komunikasi, yaitu who (siapa), says what (mengatakan apa), in which medium (dalam media apa), whom (kepada siapa), dan what effect(apa efeknya).

Dikemukakan oleh Harold Lasswell tahun 1948, yang menggambarkan tiga fungsi komunikasi sebagai berikut :

1. Pengawasan Lingkungan, yang mengingatkan masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungannya

2. Hubungan berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespons lingkungan

3. Transmisi warisan sosial dari satu generasi ke generasi lain.17 b. Model Berlo

Modelnya hanya memperlihatkan proses komunikasi satu arah dan hanya terdiri dari empat komponen yaitu sumber, pesan, salauran, dan receiver. Akan tetapi pada masing-masing komponen tersebut ada sejumlah faktor kontrol. Model komunkasi Berlo di samping menekankan komunikasi sebagai proses juga menunjukan ide bahwa meaning are in the peopleatau arti pesan yang dikirimkan pada orang yang menerima pesan bukan pada kata-kata pesan itu sendiri. Berlo mengubah pandangan orang sebelumnya yang menekankan komunikasi pada pengiriman informasi menjadi menginterpretasikan komunikasi.

c. Model Seiler

Model Seiler ini di samping menekankan pentingnya balikan juga menekankan pentingnya lingkungan dalam proses komunikasi yang dapat mempengaruhi hakikat dan kualitas komunikasi. Misalnya adalah mudah

17


(30)

melakukan pembicaraan secara intim atau pribadi pada lingkungan yang menyenangkan daripada di lingkungan yang hiruk pikuk atau tidak menyenangkan.

C. Organisasi

1. Pengertian Organisasi

Istilah organisasi berasal dari bahasa latin Organizare, yang secara harfiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lain saling bergantung. Organisasi adalah koordinasi sejumlah kegiatan manusia yang direncanakan untuk mencapai suatu maksud atau tujuan bersama melalui pembagian tugas dan fungsi serta melalui serangkaian wewenang dan tanggung jawab.

Organisasi menurut Everet M. Rogers dalam bukunya Communicatio in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan melalui jenjang kepangkatan dan pembagian tugas. Sedangkan menurut Robert Bonnington dalam buku Modern Bussiness : A System Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana di mana manajemen mengkoordinasikan sumber dan bahan daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas wewenang.18

Menurut Veithzal Rivai dalam bukunya Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, “organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Organisasi merupakan suatu unit yang terkoordinasi yang terdiri

18


(31)

setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian sasaran.”19

2. Elemen Organisasi

Organisasi sangat bervariasi, ada yang sangat sederhana dan ada juga yang sangat kompleks. Karena itulah terdapat elemen dasar dalam organisasi dan keterkaiatan antara satu elemen dengan elemen lainnya.

a. Struktur Sosial

Struktur Sosial adalah pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan di dalam suatu organisasi. Struktur sosial menurut Davis (Scott, 1981) dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu struktur normatif dan struktur tingkah laku.

Struktur normatif mencakup nilai, norma, dan peranan. Sedangkan struktur tingkah laku berfokus kepada tingkah laku yang dilakukan dan bukan pada resep bertingkah laku. Tingkah laku yang diperlihatkan manusia dalam organisasi ini mempunyai karakteristik umum merupakan pola atau jaringan tingkah laku.

Struktur normatif dan tingkah laku dari kelompok tidaklah dapat dipisahkan secara dan tidak pula identik, tetapi berbeda tingkatannya dan saling berhubungan. Tingkah laku membentuk norma-norma sebagaimana halnya norma membentuk tingkah laku.

19

Viethzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.188


(32)

b. Partisipan

Partisispan organisasi adalah individu-individu yang memberikan kontribusi kepada organisasi.20Tingkah keterampilan dan keahlian yang dibawa partisipan ke dalam organisasi adalah sangat berbeda-beda. Oleh karena itu susunan struktural di dalam organisasi harus dirancang untuk disesuaikan dengan tingkat keterampilan. Tingkat keterampilan selalu diikuti oleh perbedaan kekuasaan (power) dan tuntutan ekonomi.

c. Tujuan

Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan sangat kontroversial dalam mempelajari organisasi. Bagi kebanyakan analisis, tujuan merupakan suatu titik sentral petunjuk dalam menganalisis organisasi. Tujuan dibatasi sebagai suatu konsepsi akhir yang diingini atau kondisi yang partisipan usahakan mempengaruhi melalui penampilan aktivitas tugas-tugas mereka.

d. Teknologi

Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin dan juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan.21Tiap-tiap organisasi mempunyai teknologi dalam melakukan pekerjaannya. Semua organisasi mempunyai teknologi tetapi bervariasi dalam teknik atau kemanjuran dalam memproduksi hasil yang diinginkan.

20

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi(Jakarta : Bumi Aksara, 2007), Cet ke-8, h.26

21


(33)

e. Lingkungan

Parson (Scoot, 1981) dalam buku Arni Muhammad telah memberikan perhatian terhadap pentingnya hubungan diantara tujuan organisasi dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas.22 Suatu organisasi mungkin mengharapkan dukungan sosial bagi aktivitasnya untuk merefleksikan nilai-nilai masyarakat pada fungsinya.

3. Fungsi Organisasi

Organisasi mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah : a. Memenuhi kebutuhan pokok organisasi

Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Kadang-kadang beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga kerja yang rajin dan terampil, gedung yang bersih dan lengkap peralatannya. Semua ini merupakan tanggung jawab anggota yang membantu organisasi dalam menentukan barang-barang yang diperlukan.23

b. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab

Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standar dan telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat dimana organisasi itu berada. Standar ini memberi organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh para anggota organisasi, baik

22

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h.28

23


(34)

itu hubungannya dengan produk yang mereka buat maupun tidak. Selain adanya tanggung jawab yang karena adanya standar yang perlu diikuti adapula tanggung jawab yang diberikan oleh pemerintah berupa undang-undang.24

D. Pengertian Komunikasi Organisasi

Para ahli belumlah mempunyai persepsi yang sama mengenai komunikasi organisasi. Bermacam-macam persepsi para ahli tentang komunikasi organisasi dan beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Persepsi Redding dan Sanborn

Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi atasan kepada bawahan, komunikasi bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama lever/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.25

2. Persepsi Katz dan Kahn

Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn organisasi adalah sebagai

24

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h.33

25


(35)

suatu sistem terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah energi ini menjadi produk atau servis dari sistem dan mengeluarkan produk atau servis ini kepada lingkungan.26

3. Persepsi Greenbaunm

Greenbaunm mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan komunikasi internal dengan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas.27

Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi ini tapi dari semuanya itu ada beberapa hal yang umum yang dapat disimpulkan yaitu :

a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.

b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.

c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilan/skilnya.

26

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h.65

27


(36)

Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saloing tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian.

E. Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Definisi tentang kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan. Kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakan atau mempengaruhi orang.

Kepemimpinan dikatakan sebagai proses mengerahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi yang terkandung dalam hal itu yaitu :

1. Kepemimpinan melibatkan orang lain baik itu bawahan atau pengikut

2. Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang., karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya

3. Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui beberapa cara.28

28

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), h.3


(37)

Menurut George R.Terry, setiap individu mempunyai pengaruh terhadap individu lainnya dan pengaruh tersebut semakin lama semakin tumbuh. Beberapa individu mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap individu lainnya dan beberapa kondisi lebih berpengaruh terhadap kondisi tertentu. Dengan mengembangkan kemampuan untuk mempengaruhi itulah dapat diperoleh suatu kepemimpinan.29

Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seorang mempengaruhi orang lain mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam suatu perkumpulan individu atau kelompok. Dengan kata lain, kepemimpinan berkaitan erat dengan memperngaruhi demi tercapainya tujuan.

2. Fungsi Kepemimpinan

Menurut A.M Kadarman, agar suatu kelompok dapat dipimpin dengan efektif, maka seorang pemimpin paling sedikit harus menjalankan dua fungsi utama, yaitu :

a. Fungsi pemecahan masalah (Probleapi solving function). Fungsi ini berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yang memberikan jalan keluar, pendapat dan informasi terhadap masalah yang dihadapi kelompok. Fungsi ini merupakan sinonim dari pengambilan keputusan.

b. Fungsi Sosial (Social function), fungsi ini berhubungan erat dengan kehidupan kelompok, yaitu memberikan dorongan kepada anggota

29

George R.Terry, Prinsip-prinsip Manajemen(Jakarta : Bumi Aksara, 2003), Cet ke-7, h.152


(38)

kelompok untuk mencapai tujuan dan menciptakan suasana kerja bagi kelompoknya.30

Secara operasional, kepemimpinan memiliki lima fungsi pokok diantaranya, yaitu : fungsi intruksi, fungsi konsultasi, fungsi partisipasi, fungsi delegasi dan fungsi pengendalian. Fungsi-fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam aktifitas kepemimpinan secara integral, yang pelaksanaannya berlangsung sebagai berikut :

1. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja 2. Pemimpin harus mampu memberikan petunjuk yang jelas

3. Pemimpin harus berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat

4. Pemimpin harus mengembangkan kerja sama yang harmonis

5. Pemimpin harus mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan masalah dengan batasan tanggung jawab masing-masing anggota.31

3. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan memiliki dua pola dasar yaitu yang berorientasi pada hubungan dan berorientasi pada tugas. Kedua pola tersebut mengklarifikasikan tipe-tipe kepemimpinan, yaitu:

a. Otokratis

Merupakan gaya kepemimpinan yang bercirikan pada kekuasaan dan paksaan. Pemimpin dalam hal ini selalu berperan sebagai pemain tunggal. Dia berambisi untuk menjadi raja dalam setiap situasi. Perintah dan kebijakan yang ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahan. Anak

30

A.M Kadarman dan Yusuf Udaya, Pengantar Imu Manajemen(Jakarta : Indeks Prehallindo,2001),h.143

31

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), Cet ke-2, h.54-55


(39)

buah tidak pernah diberikan informasi mendetil tentang rencana dan tindakan yang harus dilakukan.

b. Demokratis

Kepemimpinan ini menunjukan harkat manusia, yaitu terlihat pada orientasi yang dimiliki, selalu memberikan bimbingan efisien kepada pengikut. Terhadap koordinasi pekerja pada setiap pengikut, dengan menanamkan rasa tanggung jawab pada setiap bawahan dan mengutamakan kerjasama baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpin secara formal akan tetapi terletak pada partisipasi aktif setiap individu dalam kelompok.

c. Leissez Faire

Kepemimpinan ini seakan tidak memimpin. Pemimpin membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi dalam kegiatan kelompoknya dan eksistensinya hanya sebagai simbol. Pemimpin tidak mempunyai kewibawaan sehingga tidak bisa mengontrol anak buah dan tidak memiliki kemampuan untuk mengkoordinasi kerja atau menciptakan suasana kerja yang kooperatif. F. Pengertian Akhlakul Karimah

Kata Akhlakul Karimah berasal dari bahasa arab yang dapat diartikan budii pekerti mulia atau tingkah laku mulia. Dalam al-munjid kata akhlak adalah kata jamak yang berarti budi pekerti, tingkah lalku atau perangai dan akhlakul karimah berarti budi pekerti mulia, tingkah laku mulia, atau perangai mulia.


(40)

Dalam ensiklopedi Islam dikatakan adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian.32

Ibnu Maskawih sebagai pakar dibidang akhlak mengatakan bahwa akhlak adalah “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan pemikiran dan pertimbangan.”33

Dari pengertian di atas terdapat persamaan yang berpangkal pada hati atau atas dasar kesadaran jiwanya tanpa memerlukan pertimbangan dan tanpa adanya unsur pemaksaan, kemudian diwujudkan dalam perbuatan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang kemudian menjadi adat yang kemudian menjadi sifat. Sifat adalah sebagaian kepribadian. Sehingga sulit diubah karena telah tertanam dan menjadi kepribadian. Jika hal tersebut melahirkan pebuatan terpuji menurut pandangan syariat Islam dan akal pikiran disebut Akhlakul Karimah.

G. Efektifitas Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Pemerintahan

Suatu organisasi pada dasarnya adalah suatu bentuk kerjasama dua orang atau lebih. baik yang disebut organisasi atau kelompok, tujuannya adalah untuk mencapai sesuatu. Jika sesuatu yang ingin dicapai benar-benar tercapai, maka organisasi tersebut berjalan efektif. Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.

32

Hasan Muarif Ambaru, Ensiklopedi Islam(Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1992), Cet ke-7, h.102

33

Heny Narendrany Hidayati, Mengukur Akhlakul Karimah Mahasiswa(Jakarta : UIN Press, 1999), h. 7


(41)

bila dilihat dari aspek segi keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektifi tas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektifitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk berbagai kegiatan.

Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi kepemimpinan, melalui kepemimpinan dan didukung oleh kapasitas organisasi pemerintahan yang memadai, maka tata pemerintahan yang baik (Good Governance) akan terwujud, sebaliknya kelemahan kepemimpinan merupakan salah satu sebab runtuhnya birokrasi di pemerintahan.

Kepemimpinan (Leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin (Leader) dalam mengarahkan, mendorong, dan mengatur seluruh unsur-unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan meningkatnya kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai dalam mewujudkan organisasi.

Pemimpin yang efektif adalah yang : (1) bersikap luwes, (2) sadar mengenai diri, kelompok, dan situasi, (3) memberi tahu bawahan tentang setiap persoalan dan bagaimana pemimpin pandai dan bijak menggunakan wewenangnya, (4) mahir menggunakan pengawasan umum dimana bawahan tersebut mampu dan mau mengerjakan sendiri pekerjaan harian mereka sendiri dan mampu menyelesaikan pekerjaan dalam batas waktu yang ditentukan, (5) selalu ingat masalah mendesak, maupun keefektifan jangka panjang secara individu maupun kelompok, (6) selalu mudah ditemukan bila bawahan ingin membicarakan masalah dan pemimpin menunjukan minat dalam setiap gagasannya, (7) menepati janji yang


(42)

diberikan kepada bawahan, cepat menangani keluhan dan memberikan jawaban secara sungguh-sungguh dan memberikan jawaban secara sungguh-sungguh dan tidak berbelit-belit, (8) memberikan petunjuk dan jalan keluar tentang metode atau mekanisme pekerjaan dengan cukup, meningkatkan keamanan dan menghindari kesalahan semaksimal mungkin.34

Sifat-sifat yang diidentifikasi berhubungan erat dengan kepemimpinan adalah : Kecerdasan, kemampuan untuk bergaul dengan orang lain, keterampilan teknis dalam bidangnya, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain, kestabilan emosi dan kontrol pribadi, keterampilan perencanaan dan pengorganisasian, keinginan yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan, kemampuan untuk menggerakan kelompok, kemampuan untuk berbuat secara efektif dan efisien dan tegas. Seorang pemimpin dituntut untuk memiliki kredibilitas dan keilmuan yang mumpuni.

34

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 21


(43)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Walikota Tangerang

Wahidin Halim pendidikannya di SD Negeri Pinang Kecamatan Pinang. Setamat Sekolah Dasar, Wahidin Halim melanjutkan sekolah di SMP Negeri Ciledug. Setelah lulus Sekolah Menengah Pertama, Wahidin Halim melanjutkan sekolah di SMA Negeri Tangerang ditangerang. Kemudian dia berhasil memasuki perguruan tinggi. Hingga Wahidin muda tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Indonesia pada tahun.

Tahun 1978, Wahidin Halim didaulat oleh warga desanya untuk ikut pencalonan Kepala Desa dan ia terpilih menjadi Kepala Desa termuda di Tangerang. Dari sini wahidin halim mengenal makna mengabdi yang sesungguhnya. Pada tahun 1981, Wahidin Halim menikahi gadis Jawa yang juga teman kuliahnya Ninik Nuraini yang merupakan putri dari seorang militer. Dan kini dikaruniai tiga orang anak yaitu Luky Winiastri, Nesya Sabina, dan M. Fadhelin Akbar.1

UU No.5 tahun 1979 mengantarnya menjadi Pegawai Negeri dan saat itulah ia memulai karirnya sebagainya Pegawai Negeri Sipil (PNS). Obsesi untuk mengabdi kepada masyarakat merupakan pilihannya, hingga ia terpanggil untuk berbuat lebih banyak lagi bagi masyarakat.

1


(44)

Menjadi sek-kotif Pinang, kemudian menjadi kabag di Kabupaten Tangerang, Camat di Kecamatan Tigaraksa, Camat di Kecamatan Ciputat, Asisten Pemerintah Dearah Tangerang, Sekretaris Daerah Kota Tangerang, dan Walikota Tangerang. Itulah catatan perjalanan karir Wahidin Halim. Bakat dan aktivitas sosialnya telah terlihat sejak kecil. Menjadi juara pidato anak-anak di desanya adalah prestasi awal yang mengawali keberadaannya di masyarakat. kemampuan intelektual, integritas moral serta kepiawaian berkomunikasi dengan berbagai kalangan telah menjadikannya sebagai salah satu birokrat yang diperhitungkan oleh berbagai elemen masyarakat di Tangerang, termasuk ormas-ormas besar.2

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Pinang Tahun 1963-1969 2. SMP Negeri Ciledug Tahun 1969-1972 3. SMA Negeri 3 Tangerang Tahun 1972-1975 4. Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Tahun 1975-1982 5. Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Indonesia

6. Kandidat Doktor Ilmu Administrasi Publik (S3) Universitas Padjajaran Tahun 2010.3

Riwayat Karir

1. Kepala Desa Pinang Tahun 1978-1981 2. Lurah Pinang Tahun 1981-1988 3. Kepala Suku Dinas Pajak Tahun 1988

4. Sekretaris Kota Administratif Tahun 1988-1991

5. Kepala Bagian Pembangunan Kabupaten Tangerang Tahun 1991-1993 6. Camat Tigaraksa Tahun 1993-1995

7. Camat Ciputat Tahun 1995-1997 8. Asisten Tata Praja Tahun 1998-2002 9. Kepala Dinas Kebersihan Tahun 2002-2003 10. Sekretaris Daerah Kota Tangerang 2002-2003

11. Walikota Tangerang Tahun 2003-2008 dan 2008-20134

2

Http//www.TangerangKota.go.id/profil-walikota

3

Http//www.TangerangKota.go.id/profil-walikota

4


(45)

B. Sejarah Kota Tangerang

Pembangunan Kota Administratif Tangerang secara makro berpijak pada kebijaksanaan pembangunan berdasarkan prioritas tahapan Repelita dimulai sejak Pelita I sampai Pelita V. Selain bertitik tolak dari prioritas tersebut, ada beberapa faktor pendorong dan penarik diantaranya berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950. Pesatnya pertumbuhan ekonomi yang memungkinkan dapat memperbaiki kualitas kehidupan. Kemudian masih banyak tersedianya sumber daya alam sehingga dapat menarik Investor yang dapat menyerap lapangan kerja baru.

Dalam lingkup Jabotabek sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 tahun 1976, tangerang termasuk wilayah pengembangan Jabotabek yang dipersiapkan untuk mengurangi lonjakan penduduk DKI Jakarta, mendorong kegiatan perdagangan dan industri yang berbatasan dengan DKI Jakarta, mengembangkan pusat-pusat dan mengusahakan keserasian pembangunan antara DKI Jakarta dengan Daerah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta.5

Pertumbuhan Penduduk Kota Tangerang melaju begitu tinggi. Hal ini terlihat pada data yang dituangkan dalam Rencana Umum Kota Tangerang (Perda Nomor 4 Tahun 1985) Kota Tangerang dapat menampung 850.000 jiwa. Menurut Sensus Penduduk 1990 Penduduk Kota Tangerang telah mencapai 921.848 jiwa.6

5

Http//www.TangerangKota.go.id/sejarah-tangerang

6


(46)

Lonjakan jumlah penduduk disebabkan karena kedudukan dan peranan Kota Tangerang sebagai daerah penyangga DKI Jakarta (Hinterland City). Sebagai konsekuesinya, Kota Tangerang menjadi konsentrasi wilayah pemukiman penduduk dan menjadi tempat kegiatan perdagangan terutama pada sektor industri. Perkembangan sektor perdagangan dan industri telah memancing pesatnya arus Imigrasi Sirkuler Penduduk. Dilihat dari penduduk dan dibandingkan dengan jumlah penduduk beberapa Kotamadya di Jawa Barat, Kota Tangerang sudah juah lebih tinggi.

C. Letak Geografis Kota Tangerang

Letak Kota secara grafis terletak pada posisi 106 36 – 106 42 Bujur Timur (BT) dan 66 6 Lintang Selatan. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta, sedangkan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.7

Secara administratif wilayah Kota Tangerang dibagi dalam 13 Kecamatan yaitu Kecamatan Ciledug (8.769 Km2), Kecamatan Larangan (9.611 Km2), Kecamatan Karang Tengah (10.474 Km2), Kecamatan Cipondoh (17.91 Km2), Kecamatan Pinang (21.59 Km2), Kecamatan Tangerang (15.789 Km2), Kecamatan Karawaci (13.475 Km2), Kecamatan Jatiuwung (14.406 Km2), Kecamatan Cibodas (9.611 Km2), Kecamatan Periuk (9.543 Km2), Kecamatan

7


(47)

Batuceper (11.583 Km2), Kecamatan Neglasari (16.077 Km2), dan Kecamatan Benda (5.919 Km2). Meliputi 104 Kelurahan.8

Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena berada diantara Ibukota Negara dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Intruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Jabotabek. Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta.

Posisi Kota Tangerang tersebut menjadikan pertumbuhannya pesat. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan bagi kegiatan Ibukota Negara. Di sisi lain Kota Tangerang dapat menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan Sumber Daya Alam yang Produktif. Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan keberadaan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang sebagian arealnya termasuk ke dalam wilayah administratif Kota Tangerang. Gerbang perhubungan undara Indonesia tersebut telah membuka peluang bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara luas di Kota Tangerang.9

D. Visi dan Misi Kota Tangerang

Visi : “TERWUJUDNYA KOTA TANGERANG YANG MAJU, MANDIRI,

DINAMIS DAN SEJAHTERA, DENGAN MASYARAKAT AKHLAKUL KARIMAH.”10

8

Http//www.TangerangKota.go.id/geografis

9

Http//www.TangerangKota.go.id/geografis

10


(48)

Penjelasan Visi Kota Tangerang adalah sebagai berikut :

Kota Tangerang Maju

Pemerintah Kota Tangerang sudah mampu memberikan pelayanan terbaik dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakatnya. Keberhasilan ini jelas menjadi teladan dan rujukan pemerintah daerah lain di Indonesia, bahkan sebagian diantaranya menjadikan Kota Tangerang pilot project percontohan dan tempat studi banding. Fasilitas infrastruktur dan pelayanan publik yang meliputi kebutuhan dasar yakni pendidikan, kesehatan yang dimiliki Kota Tangerang setara dengan kota-kota maju di Indonesia.11

Mandiri, Dinamis, Sejahtera

Kota Tangerang Mandiri bermakna, bahwa pembangunan yang dilakukan dengan memaksimalkan segenap potensi daerah yang dimiliki maka akan mendorong bertumbuhnya rasa percaya diri segenap masyarakat dan seluruh stakeholdersnya. Semangat kemandirian ini akan mendorong warga Kota tangerang selalu menjaga harkat dan martabat daerahnya.

Kota Tangerang yang Dinamis adalah cermin kehidupan warga Kota Tangerang. Meski berbeda latar belakang etnis dan budaya serta perbedaan kultur, namun di kota ini muncul semangat kebersamaan dan rasa naionalisme berbasis kedaerahan.

Kota Tangerang yang Sejahtera tentu menjadi harapan dan cita-cita dari semua masyarakat. kehidupan yang baik akan menumbuhkan nilai, derajat, dan

11


(49)

mertabat hidup seseorang. Jika masyarakatnya sejahtera tatanan kehidupan manusia pun akan semakin baik dan berkualitas.12

Masyarakat Akhlakul Karimah

Akhlakul Karimah adalah simbol dari masyarakat Kota Tangerang. Aspek ini bersumber dari sikap dan perilaku akhlak mulia yng dicerminkan melalui kualitas hubungan antara manusia dengan tuhan dan hubungan antara manusia dengan manusia. Akhlak mulia ini menjadi landasan moral dan etika dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pemahaman dan pengamalan agama secara benar diharapkan dapat mendukung terwujudnya masyarakat yang religius, demokratis, mandiri, berkualitas sehat jasmani rohani, serta tercukupi kebutuhan material spiritual, sehingga mampu mewujudkan sebuah masyarakat madaniyyah dan hidup menuju negeri baldatun toyibatun warabun ghafur.13

Akhlakul karimah merupakan manivestasi keimanan dan keislaman paripurna seorang Muslim. Akhlakul karimah dalam pengertian luasnya ialah perilaku, perangai, ataupun adab yang didasarkan pada nilai-nilai wahyu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlakul karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit apa pun.

Akhlakul karimah adalah perilaku manusia yang mulia atau paerbuatan yang dipandang baik atau mulia yang dibiasakan dan perbuatan yang dipandang baik atau mulia oleh akal serta sesuai dengan ajaran islam. Yang bersumber dari Al-qur’an dan sunnah Nabi Muhammad saw.

12

Http//www. TangerangKota.go.id/Visi-dan-Misi

13


(50)

Adapun ciri-ciri orang yang berakhlak mulia dapat dilihat dari perilaku kehidupannya sehari-hari. Paling tidak ada empat ciri yang dimiliki, yaitu: Berbudi Pekerti terhadap Allah SWT. Orang yang berakhlak mulia akan selalu takut kepada Allah SWT, yang diaplikasikan dengan ketaatan beribadah, budi pekerti yang dipraktekan dalam diri serta keluarganya, budi pekerti terhadap lingkungan, budi pekerti terhadap masyarakat, bangsa, dan negara. Orang yang berakhlak mulia akan berguna bagi masyarakat disekitarnya.

Islam memandang bahwa bekerja sebagai ibadah kepada Allah SWT. Atas dasar inilah maka kerja yang dikehendaki islam adalah kerja yang bermutu, terarah pada pengabdian terhadap Allah SWT dan kerja yang bermanfaat bagi orang lain. Akhlak dalam bekerja ini dapat tercermin pada seseorang yang sangat pandai mengatur waktu antara kerja dan ibadah, sesibuk apapun seseorang yang memiliki akhlakul karimah dalam bekerja pasti akan meluangkan waktu untuk beribadah, berdoa sebelum memulai pekerjaan dan niat dari dalam hati bahwa kerja semata-mata hanya karna Allah juga merupakan cerminan dari akhlakul karimah dalam bidang pekerjaan.

Akhlakul karimah yang lain dalam bidang pekerjaan adalah bekerja yang tidak merusak alam maupun mengganggu kelangsungan hidup makhluk Allah yang lain, saling mengajak dalam kebaikan, saling bertegur sapa jika bertemu, serta tidak mengganggu ketenangan orang lain merupakan akhlak yang sangat dianjurkan dalam islam.


(51)

Islam yang sangat menjunjung tinggi sifat tolong menolong, saling menasihati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, kesamaan derajat, tenggang rasa dan kebersamaan. Dalam islam banyak sekali hal yang bertujuan untuk mewujudkan hubungan sosial yang baik antar manusia, dalam ibadah wajib maupun sunnah didalamnya selalu terkandung tujuan yang erat kaitanya dengan hubungan sosial. Misalnya pada sholat berjamaah dalam ibadah ini terkandung nilai untuk menanamkan rasa persamaan dan persaudaraan antar umat islam, ajaran tentang ibadah haji untuk membangun persatuan antar umat islam dan membangun ukhuwah islamiah, ajaran puasa untuk menanamkan persamaan, persaudaraan dan rasa senasib sepenanggungan, begitu juga dengan sedekah yang didalamnya terkandung nilai bahwa seseorang hendaknya harus saling berbagi agar tertanam kasih sayang diantara mereka dan juga tidak terjadi kesenjangan sosial yang sangat jauh yang menyebabkan kecemburuan sosial.

Misi Kota Tangerang

Secara umum, misi Kota Tangerang dapat diartikan sebagai suatu hal yang harus dilaksanakan agar Visi Kota Tangerang dapat direalisasikan dengan baik. Berdasarkan pada rumusan Visi Kota Tangerang 2013-2018 tersebut, maka Misi yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Mewujudkan tata Pemerintahan yang baik, akuntabel, dan tgransparan didukung dengan struktur birokrasi yang berintegritas, kompeten, dan profesional


(52)

3. Mengembangkan kualitas Pendidikan, Kesehatan, dan Kesejahteraan Sosial demi terwujudnya Masyarakat yang berdaya saing di era globalisasi 4. Meningkatnya Pembangunan sarana Perkotaan yang memadai dan

berkualitas

5. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman.14

14


(53)

44

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Komunikasi Organisasi Kepemimpinan di Kantor Walikota Kota Tangerang di era Wahidin Halim Periode 2008-2013

Menurut Sutanto AW ada beberapa indikator komunikasi efektif, yaitu:

1. Pemahaman

“ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator.”1Tujuan dari komunikasi adalah terjadinya pengertian bersama, dan untuk sampai pada tujuan itu, maka seorang komunikator maupun komunikan harus sama-sama mengerti fungsinya masing-masing. Komunikator mampu menyampaikan pesan sedangkan komunikan mampu menerima pesan yang disampaikan komunikator.

2. Kesenangan

“yakni apabila proses komunikasi itu selain berhasil manyampaikan informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana enyenangkan kedua belah pihak.”2 Suasana yang lebih rileks dan menyenangkan akan lebih nyaman untuk berinteraksi bila dibandingkan dengan suasana yang tegang. Karena komunikasi bersifat fleksibel. Dengan adanya suasana seperti itu, akan timbul kesan yang menarik.

1

Suranto AW, Komunikasi Efektif Mendukung Kinerja Perkantoran,www.uny.ac.id, 9 september 2014

2

Suranto AW, Komunikasi Efektif Mendukung Kinerja Perkantoran,www.uny.ac.id, 9 september 2014


(54)

3. Pengaruh pada Sikap

Tujuan berkomunikasi adalah mempengaruhi sikap. Jika dengan berkomunikasi dengan orang lain, kemudian terjadi perubahan pada perilakunya, maka komunikasi yang terjadi adalah efektif, dan jika tidak terjadi perubahan pada perilaku maka komunikasi yang terjadi adalah tidak efektif.

4. Hubungan yang makin baik

“bahwa dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal.”3Seringkali jika seseorang telah memiliki persepsi yang sama, kemiripan karakter, cocok, dengan sendirinya hubungan akan terjadi dengan baik.

Dalam hubungan kepemimpinan dengan orang-orang yang dipimpin, komunikasi merupakan salah satu pokok penting. Seorang pemimpin harus dapat berkomunikasi dengan bawahannya juga dengan atasannya. Komunikasi yang baik akan menolong menciptakan rasa kebersamaan dalam satu kelompok atau organisasi. Komunikasi yang tepat guna akan menghilangkan beda pengertian antara bawahan dan pimpinan maupun diantara bawahan itu sendiri.

Komunikasi yang dilakukan haruslah tepat guna. Komunikasi tepat guna adalah salah satu proses yang melibatkan pemindahan informasi dan artinya, sehingga penerima informasi itu memberi interpretasi sesuai yang dimaksud

3

Suranto AW, Komunikasi Efektif Mendukung Kinerja Perkantoran,www.uny.ac.id, 9 september 2014


(55)

oleh penginformasi tersebut. Komunikasi yang tepat guna berlangsung baik apabila terdapat hubungan yang baik diantara kelompok. Dalam hal ini tentu harus terdapat saling menghargai dan menghormati antara pimpinan dan bawahan.

Dalam organisasi terdapat saluran komunikasi formal dan informal. Pemimpin yang baik harus dapat memahami kedua saluran ini. Kepemimpinan yang tepat guna adalah pada waktunya dapat menjalankan kedua saluran komunikasi tersebut. Dalam hubungan bawahan dan pimpinan perlu memupuk komunikasi tidak formal. Seringkali komunikasi tidak formal lebih berdaya guna dibanding dengan komunikasi formal dalam hubungannya dengan memupuk kerjasama untuk mencapai tujuan.

Dalam organisasi pemerintahan, tidaklah mudah untuk menciptakan sebuah sistem kerja yang efektif. Kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintah, dipengaruhi kepemimpinan, melalui kepemimpinan dan didukung kapasitas organisasi yang memadai, maka akan terwujud tata pemerintahan yang baik dan efektif.

Faktor kepemimpinan yang baik dan kapasitas organisasi yang memadai ikut mendukung efektifitas Kota tangerang. “Waktu pak WH menjabat beliau cukup terbuka dalam berkomunikasi. Beliau cukup terbuka jika ada masyarakat atau pegawai yang ingin berbincang dengan beliau dan beliau membawa terobosan-terobosan yang baik. Perda No 7 dan 8 tahun 2008


(56)

tentang larangan pelacuran dan minuman keras. Tentang pengobatan gratis, pemberian insentif kepada guru ngaji, penjaga masjid (Marbot).”4

“Saya selalu berusaha terbuka kepada seluruh pegawai dan masyarakat yang ingin berkomunikasi kepada saya agar mereka tidak merasa ada jarak yang jauh antara pemimpin dengan pegawai dan pemimpin dengan masyarakat.” 5 Kemudahan masyarakat dan pegawai dalam menemui pemimpin akan membantu meningkatkan kinerja pegawai dan akan membantu meningkatkan pelayanan kepada publik.

B. Penerapan Motto Akhlakul Karimah di Kantor Walikota Kota Tangerang di era Wahidin Halim Periode 2008-2013

Akhlakul Karimah adalah simbol dari Masyarakat Kota Tangerang. Aspek ini bersumber dari sikap dan perilaku akhlak mulia yang dicerminkan melalui kualitas hubungan antara manusia dengan Tuhan dan hubungan antara Manusia dengan Manusia. Akhlak mulia menjadi landasan moral dan etika dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pemahaman dan pengamalan agama secara benar diharapkan dapat mendukung terwujudnya masyarakat yang religius, demokratis, mandiri, berkualitas sehat jasmani rohani, sehingga mampu mewujudkan masyarakat madani dan hidup menuju negeri yang baldatun toyibun warabun ghafur.

Dalam pemerintahan tidak mudah untuk menerapkan akhlakul karimah, karena yang diinginkan oleh pemimpin adalah akhlakul karimah. Tentunya

4

Wawancara Pribadi dengan Rohmatullah (Pegawai Kota Tangerang), Kantin Kantor Walikota Tangerang , 21 agustus 2014

5


(57)

ada pegawai yang pro dan kontra terhadap sistem kerja yang diterapkan oleh pemimpin. Dikhawatirkan akan timbul gesekan sesama pegawai, yang tentu akan memberikan dampak terhadap pelayanan yang diberikan tidak mengena kepada masyarakat.

Dalam menerapkan akhlakul karimah di kantor walikota tangerang, WH berusaha menumbuhkan ritual-ritual yang baik untuk pegawai. “ritual-ritual yang baik untuk pegawai tentunya ditumbuhkan. Dalam prakteknya memberikan pelayanan kepada publik. Selain itu, ritual-ritual yang bernilai ibadah bagi pegawai juga ditumbuhkan seperti penggunaan jilbab bagi pegawai perempuan yang muslim, pengajian, melakukan senam dihari jumat untuk menjaga kesehatan pegawai dan untuk memelihara silaturahmi antar pegawai. Dengan adanya kegiatan yang bernilai ibadah seperti ini pegawai akan saling menghargai baik itu antara atasan dengan bawahan atau sesama pegawai.”6

Memberikan penghargaan kepada pegawai yang menjalankan akhlakul karimah merupakan cara yang digunakan oleh Wahidin Halim untuk mewujudkan akhlakul karimah di Kantor Walikota Tangerang. “memberikan hadiah umroh kepada pegawai yang memiliki prestasi baik atau memberikan prestasi untuk kota tangerang.”7

Memberikan pelayanan kepada masyarakat di Kota Tangerang menjadi hal wajib bagi pemerintah Kota Tangerang. Sebagai wujud pengabdian mereka

6

Wawancara Pribadi dengan Wahidin Halim, kediaman Wahidin Halim, 20 Maret 2014, Pukul 14.30 WIB

7

Wawancara Pribadi dengan Wahidin Halim, kediaman Wahidin Halim, 20 Maret 2014, Pukul 14.30 WIB


(1)

53 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya sebagai upaya dari hasil pembahasan dan penulisan skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Komunikasi yang dilakukan telah berjalan secara efektif. Itu ditandai dengan sikap terbuka yang dilakukan oleh H.Wahidin Halim dalam berkomunikasi kepada pegawai atau masyarakat. sikap terbuka ini akan memudahkan para pegawai dan masyarakat untuk menyampaikan gagasan dan idenya. Selain itu, sikap terbuka ini juga akan menjadikan hubungan antara pemimpin dengan pegawai dan pemimpin dengan masyarakat akan semakin baik. dengan komunikasi secara langsung antara pemimpin dengan pegawai dan pemimpin dengan pegawai akan tercipta pemahaman dan kesenangan yang akan menjadikan hubungan pemimpin dengan pegawai dan pemimpin dengan masyarakat akan semakin baik dan akan menciptakan komunikasi yang efektif antara pemimpin dengan pegawai dan pemimpin dengan masyarakat.

2. Penerapan Akhlakul Karimah sudah dapat dikatakan efektif. Itu terwujud berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan. Sikap saling menghargai sesama pegawai terlihat ketika peneliti melakukan penelitian. Contoh yang terlihat adalah berjabat tangan dan mengucapkan salam ketika pegawai saling bertemu. Meski terlihat sederhana berjabat tangan dan


(2)

mengucapkan salam menjadi salah satu indikator terjalinnya akhlakul karimah diantara pegawai.

3. Adapun efektifitas komunikasi organisasi kepemimpinan di kota tangerang bisa dikatakan sudah efektif. Itu terlihat dari komunikasi yang terjalin antara pemimpin dengan pegawai di kantor walikota tangerang periode 2008-2013. Sikap terbuka yang dilakukan oleh H. Wahidin Halim membuat para pegawai merasa mudah untuk menyampaikan gagasan dan ide mereka. Selain itu, perubahan yang terjadi pada perilaku pegawai dan hubungan yang baik antara pegawa dan pemimpin menandakan komunikasi yang dilakukan termasuk komunikasi yang efektif. Penerapan akhlakul karimah di Kota Tangerang juga berdampak pada perubahan perilaku pegawai yang saling menghargai satu sama lain. Itu terlihat dari kebiasaan berjabat tangan dan mengucapkan salam serta menjenguk pegawai yang sakit.

Meskipun telah dikatakan efektif namun penerapan akhlakul karimah tetap terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam penerapannya. Diantara faktor pendukung terdapat dua faktor pendukung yaitu faktor dari dalam dan dari luar.

Faktor dari dalam adalah kewenangan seorang Wahidin Halim sebagai walikota membuatnya memiliki keleluasaan dalam menyampaikan dan menjalankan akhlakul karimah di lingkungan kantor walikota dan kepada masyarakat tangerang. Selain itu dukungan pegawai menjadi poin tersendiri dalam berjalannya akhlakul karimah di kantor walikota tangerang. Faktor pendukung yang berasal dari luar adalah dukungan dari


(3)

masyarakat yang menginginkan Kota Tangerang yang lebih baik dan memiliki masyarakat yang berakhlak mulia.

Sedangkan faktor yang menjadi penghambat adalah merubah mindsetlama para pegawai yang merasa mereka harus dilayani dan bukan dilayani karena mereka merasa berkuasa. Mindset tersebut harus diubah agar penerapan akhlakul karimah di kantor walikota tangerang dapat berjalan efektif.

Pemerintah di Kota Tangerang diharapkan pro aktif dalam menjalankan akhlakul karimah ini. Jika pemimpin dan pegawai di Kota Tangerang menerapkan akhlakul karimah dengan sebenar-benarnya Kota Tangerang akan terus mengalami kemajuan sehingga mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif dan harmonis di lingkungan kantor walikota tangerang dan mampu mencapai tujuan dan akan semakin efektif kinerja pemerintah Kota Tangerang.

B. Saran

Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada pemimpin dan pegawai di Kota Tangerang, penulis ingin menyampaikan beberapa masukan atau saran kepada Pemimpin dan Pegawai di Kantor Walikota Tangerang sebagai berikut :

1. Senantiasa memelihara sikap saling menghargai sesama pegawai baik itu secara vertikal maupun horizontal agar tercipta suasana kerja yang kondusif dan harmonis sehingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.


(4)

2. Pemimpin di Kota Tangerang diharapkan mampu menciptakan terobosan baru untuk rakyat.

3. Mempertahankan yang sudah baik, tingkatkan menjadi semakin baik, dan yang belum baik sama-sama diperbaiki.

4. Selalu berusaha menjalankan akhlakul karimah dalam keseharian pegawai sehingga tercipta sikap saling menghargai dan keakraban sesama pegawai sehingga akan menunjang kinerja pegawai.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ambaru, Hasan Muarif, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997)

Arifin, Tatang M, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta : Rajawali Press, 1968) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta : Balai Pustaka, 1996)

Druckler, Peter F, Bagaimana Menjadi Eksekutif yang Efektif, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1986)

Effendi, Onong Uchjana, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin Press, 1996)

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta : Cipta Adi Pustaka, 1989) Fajar, Marhaeni, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009)

Hidayati, Heni Narendrany, Mengukur Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta : UIN Press, 1999)

Hidayati, Nurul,Metode Penelitian dengan Pendekatan Kualitatif, (Jakarta : UIN Press, 2006)

Kadarman, A.M dan Udaya, Yusuf, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta : PT Indeks Prenhalindo, 2001)

Khomariah, Romli, Komunikasi Organisasi Lengkap, (Jakarta : PT Grasindo, 2011)

Mc. Quail, Dennis, Teori Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta : Erlangga, 1992) Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 1999)

Muhammad, Arni, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009) R. Terry, George, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003) Rahmat, Jalaludin dan Mulyana,Deddy, Komunikasi Antarbudaya, (Bandung :

Remaja Rosdakarya, 2009)

Rivai, Veithzal, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004)

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta : UIN Press,2007) S. Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996) Shadly, Hasan, Kamus Inggris-Indonesia,(Jakarta : Gramedia, 1990)


(6)

Soejono dan H. Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006)

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan (P3B), Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka, 1995)

Widjaya, H.A.W, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara 2007)

Wawancara Pribadi dengan H. Wahidin Halim Wawancara Pribadi dengan Rohmatullah

REFERENSI INTERNET

Http//www.TangerangKota.go.id/profil-walikota Http//www.TangerangKota.go.id/geografi Http//www.TangerangKota.go.id/visi-misi Http//www.TangerangKota.go.id/sejarah

Suranto AW, Komunikasi Efektif Mendukung Kinerja Perkantoran,www.uny.ac.id, 9 september 2014