1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini merupakan masalah cukup serius, tidak saja bagi negara-negara berkembang tetapi
juga bagi negara-negara lain di dunia ini. Pertumbuhan penduduk yang tinggi sudah tentu menimbulkan masalah yang rumit bagi pemerintah dalam usaha
mengembangkan dan meningkatkan tarif hidup warga negaranya. Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang relatif masih tinggi pemerintah mencanangkan
suatu program Keluarga Berencana KB Nasional BkkbN, 2008. Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan penduduk adalah dengan
melaksanakan program Kelurga Berencana KB bagi Pasangan Usia Subur PUS. Selain mengendalikan jumlah penduduk program KB juga bermanfaat untuk
mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 seperti yang tercantum dalam Millenium Development Goals MDGs 2015 indikator 5b BkkbN,
2011. Pertumbuhan penduduk selalu dihubungkan dengan kekuasaan negara masa-
masa sejahtera dan kebahagian hidup individu, akan tetapi dewasa ini terdapat banyak kawasan dimana ledakan penduduk mengancam kemerosotan standart kehidupan
masyarakat luas. Semakin banyak pemerintahan negara yang dihidupkan pada dilema, antara mendorong pertumbuhan penduduk. Kendati hal ini dapat merugikan
rakyatnya dalam jangka panjang atau melakukan kerja keras menekan angka kelahiran Mathus, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2 Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia saat ini perlu
ditingkatkan guna mencegah terjadinya ledakan penduduk yang merupakan salah satu permasalahan global yang muncul diseluruh dunia, selain isu tentang pemanasan
global, krisis ekonomi, dan masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk. Kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk pada tahun 2015
mendorong pemerintah Indonesia membuat beberapa kebijakan penting karena penduduk yang besar tanpa diserta kualitas yang memada justru menjadi beban
pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional Emon. S, 2008.
Dalam hal ini ada tiga langkah utama yang perlu dilakukan mulai dari sosialisasi peran keluarga berencana, perbaikan instrumen regulasi serta penegasan
kewenangan pusat dan daerah. Sosialisasi yang dilakukan BKKBN dengan perguruan Tinggi untuk mengkampenyekan tujuan program keluarga berencana yang lebih luas
dari sekedar pengendalian jumlah penduduk. Turunnya angka kematian ibu dan bayi, berat badan lahir rendah dan malnutrisi pada akhirnya akan menumbuhkan sumber
daya berkualitas. Implementasi program-program KB sebenarnya murah dan mudah yakni pendekatan siklus kehidupan. Artinya, ada perbaikan sistem pelayanan
kesehatan dan pendidikan sejak bayi ada dalam kandungan hingga saat kematian. Semua dengan standart sama dan merata hingga berbagai pelosok BbkbN, 2013.
Kontrasepsi IUD adalah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya,
bentuknya bermacam-macam. IUD adalah alat kontrasepsi yang efektifitasnya sangat
Universitas Sumatera Utara
3 tinggi, yaitu 0,6-0,8 kehamilan100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian, 1
kegagalan dalam 125-170 kehamilan Hidayat, 2010. Alat kontrasepsi dalam rahim AKDR merupakan pilihan kontrasepsi yang
efektif, aman, dan nyaman bagi banyak wanita. AKDR merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling sering digunakan diseluruh dunia dengan
pemakaian saat ini mencapai 100 juta wanita, sebagian besar berada di Cina Glasier, 2006.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk peningkatan penggunaan kontrasepsi IUD, diantaranya adalah dengan adanya kebijakan IUD gratis untuk
seluruh PUS di seluruh Indonesia sejak tahun 2004, stok IUD cukup tersedia walau hanya IUD CuT 380 A, pengalaman dalam pengelolaan program KB, tersedianya
dukungan anggaran untuuk IUD, tersedianya dana pelatihan medis teknis bagi provider, tersedianya dana pelatihan KIPK bagi provider, dan telah dikembangkan
resize inserter IUD untuk program pemasangan IUD pasca persalinan BkkbN, 2011.
Pemakaian alat kontrasepsi di Indonesia saat ini yang menggunakan KB modern sebesar 59,3. Dan 51,9 penggunaan KB hormonal, dan 7,5 non
hormonal. Menurut metodenya 10,2 penggunaan kontrasepsi jangka panjang MKJP dan 49,1 non MJKP Riskesdas, 2013.
Data dari BKKBN provinsi Sumatera Utara tahun 2012 menunjukkan cakupan penggunaan alat kontrasepsi IUD 7,2, MOP 0,4, MOW 4,9 Implantt
7,1 Suntik 22,2, Pil 21,1, Kondom 5. Data tersebut tidak sesuai dengan target nasional yakni sebesar 65, dan 35 Unmeet need.
Universitas Sumatera Utara
4 Berdasarkan data dari BKKBN provinsi Sumatera Utara tahun 2012, di
wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdapat 51.807 pasangan usia subur PUS dengan jumlah peserta KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi kondom 3.327
6,4 dan vasektomi MOP 35 0,1, IUD 3.838 7,4, Tubektomi MOW 2.202 4,3, Implantt 4.621 8,9, Suntik 9.603 18,5, Pil 11.494 22,2.
Pencapaiannya dari 51.807 PUS 67, dan 8 dan 32,2 adalah Unmeet Need. Pada tahun 2013 di Kecamatan Sungai Kanan, jumlah PUS 9.123.
Berdasarkan peserta KB aktif, kontrasepsi yang digunakan adalah pil 1,6, suntik 40,1, IUD 1,8, MOPMOW 1,3, implantt 1,6, dan kondom 1,1.
Pencapaiannya hanya 47,5 dan 52,5 Unmeet Need Puskesmas Langgapayung. Dari data PLKBpengelola KB di Desa Sabungan tahun 2013 tercatat
sebanyak 1.315 PUS, dengan peserta aktif 973 pasangan usia subur. Berdasarkan peserta KB aktif, kontrasepsi pil adalah 1,6 suntik 51,8, implantt 1,6, IUD
0,83, MOPMOW 1, kondom 0,38. Pencapaiannya 57,21 dan 42,79 adalah Unmeet Need.
Desa Sabungan merupakan salah satu Desa di Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Masyarakat di Desa Sabungan juga sama dengan
masyarakat lainnya yang menganggap masalah KB masih sangat tabu untuk di bicarakan dalam komunikasi sehari-hari. Hal ini disebabkan karena faktor budaya
pada masyarakat batak yang masih menganggap masalah mengenai seks, kesehatan reproduksi dan juga masalah KB masih dianggap tabu untuk dijadikan topik
pembicaraan.
Universitas Sumatera Utara
5 Di desa ini juga masih ada orang tua yang tidak mau membatasi kelahiran
anak karena mereka beranggapan bahwa setiap anak membawa rejeki masing-masing atau banyak anak banyak rejeki sehingga sebagai orang tua mereka merasa tidak
perlu khawatir untuk membiayai kehidupan anak mereka. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti, kontrasepsi yang banyak digunakan oleh pasangan usia
subur adalah jenis kontrasepsi hormonal sedangkan kontrasepsi IUD jarang digunakan. Maka jumlah pengguna kontrasepsi IUD rendah. Setiap kontrasepsi
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, kontrasepsi IUD memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan kontrasepsi lainnya, karena kontrasepsi
IUD tidak mengalir keperedaran darah dan hanya pada daerah kewanitaan saja. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di desa Sabungan
menunjukkan bahwa diantara 10 ibu pasangan usia subur hanya 2 ibu pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi kondom dan 6 pasangan ibu usia subur
memakai alat kontrasepsi suntik dan 2 ibu pasangan usia subur memakai alat kontrasepsi pil dan tidak ada yang memakai alat kontrasepsi IUD.
1.2 Rumusan Masalah