5 Di desa ini juga masih ada orang tua yang tidak mau membatasi kelahiran
anak karena mereka beranggapan bahwa setiap anak membawa rejeki masing-masing atau banyak anak banyak rejeki sehingga sebagai orang tua mereka merasa tidak
perlu khawatir untuk membiayai kehidupan anak mereka. Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti, kontrasepsi yang banyak digunakan oleh pasangan usia
subur adalah jenis kontrasepsi hormonal sedangkan kontrasepsi IUD jarang digunakan. Maka jumlah pengguna kontrasepsi IUD rendah. Setiap kontrasepsi
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, kontrasepsi IUD memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan kontrasepsi lainnya, karena kontrasepsi
IUD tidak mengalir keperedaran darah dan hanya pada daerah kewanitaan saja. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di desa Sabungan
menunjukkan bahwa diantara 10 ibu pasangan usia subur hanya 2 ibu pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi kondom dan 6 pasangan ibu usia subur
memakai alat kontrasepsi suntik dan 2 ibu pasangan usia subur memakai alat kontrasepsi pil dan tidak ada yang memakai alat kontrasepsi IUD.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka rumusan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang memengaruhi rendahnya pemakaian
alat kontrasepsi IUD Intra Uteri Device oleh ibu pasangan usia subur di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, maka peneliti menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
Universitas Sumatera Utara
6
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD oleh ibu PUS di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan
Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk memilih variabel-variabel dominan yang memengaruhi ibu PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD yang dimasukkan dalam analisis faktor.
2. Untuk mengelompokkan variabel faktor yang memengaruhi ibu PUS tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD menjadi satu atau beberapa faktor.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang analisis faktor memengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD oleh ibu PUS di Desa
Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2014.
2. Bagi Petugas PLKB Sebagai masukan dalam upaya penggalakan program KB pada ibu PUS di Desa
Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan agar berpartisipasi dalam program dengan menjadi akseptor alat kontrasepsi IUD.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana
WHO Expert Committe, 1970, tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga Berencana Menurut UU No. 10 Tahun 1992 adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan PUP, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera Dyah Noviawati
Setya Arum, 2009.
2.1.2 Tujuan Program KB
Secara umum tujuan program KB 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB dimuka adalah membangun kembali
dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan program berkualitas 2015
dapat tercapai. Tujuan Utama program KB adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
dalam ranka membangun keluarga kecil berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
8 Sedangkan tujuan KB secara fisiolofis yaitu:
1. Merencanakan kehamilan dan mencegah kehamilan yang tak diinginkan. 2. Meningkatkan status kesehatan perempuan dan anak.
3. Meningkatkan kesehatan dan kepuasaan seksual. Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009, meliputi:
1. Keluarga dengan anak ideal. 2. Keluarga sehat.
3. Keluarga berpendidikan. 4. Keluarga sejahtera.
5. Keluarga berketahanan. 6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya.
7. Penduduk tumbuh seimbang PTS.
2.1.3 Sasaran Program KB
Sasaran program KB nasional tercantum dalam RPJM tahun 2004-2009, yaitu: 1. Menurunkan angka laju pertumbuhan penduduk secara nasional menjadi 1,14
pertahun. 2. Menurunkan angka kelahiran total fertility rate TFR menjadi 2,2
perperempuan. 3. Meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,5.
4. Meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efesien. 5. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
6. Meningkatkan jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.
Universitas Sumatera Utara
9 7. Meningkatkan jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan KB
dan kesehatan reproduksi. Sehingga didapatkan hasil:
1. Tercapainya peserta KB baru sebanyak 1.072.473 akseptor. 2. Terbinanya peserta KB aktif sebanyak 5.098.188 akseptor atau 71,87 dari
pasangan usia subur sebanyak 7.093.654. 3. Meningkatnya usia perkawinan wanita.
4. Pengendalian dan perkembangan kependudukan terutama tingkat pertumbuhan migrasi dan persebaran penduduk.
2.1.4 Ruang Lingkup Program KB
1. Pemanfaatan PIK-KRR yang sudah ada. 2. Pembentukan PIK-KRR yang baru terutama di KabupatenKota yang belum
memiliki PIK-KRR dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan PIK-KRR. 3. Pembinaan PIK-KRR dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan PIK-
KRR. 4. Pelatihan bagi pendidik sebaya dan konselor sebaya.
2.1.5 Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB
Strategi program Keluarga Berencana KB terbagi dalam 2 dua hal, yaitu: 1. Strategi dasar
Lima grand strategy strategi dasar yang merupakan program utama dalam mensukseskan keluarga berencana nasional guna mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera. a. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB.
Universitas Sumatera Utara
10 b. Menata kembali pengelolaan KB.
c. Memperkuat sumber daya manusia operasional program KB. d. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB.
e. Meningkatkan pembiayaan program KB. Untuk menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam
program KB haruslah tokoh masyarakat dan tokoh agama aktif pada setiap desa serta pelayanan KB berkualitas disetiap desa atau kelurahan tertinggal dan terpencil serta
diperbatasan memberikan promosi dan konseling kesehatan reproduksi. Program KB yang terintegrasi dengan outcome yang jelas, sistem informasi
yang up to date, fasilitas, advokasi dan supervise dari pusat untuk daerah, jejaring kerja yang aktif dengan mitra kerja serta adanya dukungan Pemda dengan membuat
Perda ini semua merupakan bentuk menata kembali pengelolaan KB. Memperkuat SDM operasional KB dengan mengelola KB untuk setiap
kecamatan serta petugas KB dengan jumlah yang ada memadai dengan kompetensi yang baik dan petugas lapangan KB maupun petugas KB terlatih untuk setiap desa
atau kedaerahan. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui KB untuk
seluruh keluarga dengan balita, aktif jadi anggota badan KB, pra keluarga sejahtera anggota unit pembinaan dan peningkatan keluarga sejahtera punya usaha ekonomi
produktif, kelompok percontohan bina keluarga remaja untuk setiap kecamatan serta bina lingkungan keluarga untuk kabupatenkota.
Sedangkan pusat untuk meningkatkan pembiayaan progaram KB dengan memprioritaskan penganggaran dari pusat ke daerah, sistem pembiayaan terutama
Universitas Sumatera Utara
11 bagi rakyat miskin serta alatobat kontrasepsi dengan harga terjangkau disetiap
kecamatan. 2. Strategi operasional
a. Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional. b. Peningkatan kualitas dan prioritas program.
c. Penggalangan dan pemantapan komitmen. d. Dukungan regulasi dan kebijakan.
e. Pemantaun, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan.
2.1.6 Dampak Program Keluarga Berencana KB terhadap Pencegahan Kelahiran
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu: 1. Penurunan angka kematian ibu dan anak.
2. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi. 3. Peningkatan kesejahteraan keluarga.
4. Peningkatan derajat kesehatan. 5. Peningkatan mutu dan layanan KB-KR.
6. Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM. 7. Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan
kenegaraan dan pemerintah berjalan lancar.
2.1.7 Metode Kontrasepsi
Pada umumnya metode kontrasepsi dibagi menjadi: 1. Metode sederhana
a. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat atau obat.
Universitas Sumatera Utara
12 1 KB alamiah.
2 Senggama terputus coitus interruptus. b. Kontrasepsi dengan menggunakan alat
1 Kondom. 2 Diagfragma.
3 Spermisid. 2. Metode efektif
a. Pil KB. b. IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.
c. Kontrasepsi injeksi. d. Alat kontrasepsi bawah kulit implant.
3. Metode mantap kontap a. Kontap pada pria Metode Operasi PriaVasektomi.
b. Kontap pada wanita Metode Operasi WanitaTubektomi.
2.2 Tinjauan Umum Tentang Metode IUD 2.2.1 Pengertian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim IUD
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen mekanisme terjadinya adalah
mencegahnya sel telur ovum dengan sperma. Alat kontrasepsi dalam rahim AKDR merupakan alat kontrasepsi yang
dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan plastik dan lembaga yang hanya boleh dipasang oleh dokter atau bidan terlatih. Setelah di rahim, AKDR akan
mencegah sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Pemakaian AKDR dapat
Universitas Sumatera Utara
13 sampai 10 tahun tergantung pada jenisnya dan dapat dipakai oleh semua wanita
umur reproduksi Burns, 2008. Sampai saat ini terdapat banyak jenis AKDR, dan yang paling banyaak
digunakan dalam program keluarga berencana di Indonesia adalah jenis Lippes loop. AKDR yang dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup
sebagai cincin. Yang termasuk dalam golongan bentuk terbuka linear antara lain lippes loop, Saf-T-coil, multiload 250, Cu-T, CuT 380 A, Spring coil, Margulies
spiral, dan lai-lain, sedang yang termasuk dalam golongan bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin antara lain adalah Ota ring, Antigon F, Ragab ring, cincin
Gravenberg, cincin Hall-stone, Bimberg bow dan lain-lain Wiknjosastro, dkk, 2002.
2.2.2 Jenis-Jenis IUD
1. Copper-T IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polythelene dimana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek fertilitas anti pembuahan yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru, IUD ini
melepaskn lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal 5 tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas yang tinggi dalam
mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. 2. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32mm dan ditambahkan
gulungan kawat tembaga Cu yang mempunyai luas permukaan 200mm, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis coppert T.
Universitas Sumatera Utara
14 3. Multi Load
IUD ini terbuat dari plastik polythelene dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6cm.
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250mm atau 375 mm untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multiload, yaitu standar,
small, dan mini. 4. Lippes Loap
IUD ini terbuat dari bahan polythelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan control, dipasang benang pada ekornya. Lippes
Loap terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm benang biru, tipe B 27,5 mm benang hitam, Tipe C
berukuran 30 mm benang kuning dan 30 mm tebal, benang putih untuk tipe D. Lippes Loap mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari
pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak
dipergunakan dalam program KB nasional adalah IUD jenis ini Bari, 2006.
2.2.3 Cara Kerja
1. Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba fallopii. 2. Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit untuk masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi sperma untuk fertilitas BKKBN, 2008.
Universitas Sumatera Utara
15
2.2.4 Efektifitas
IUD sangat efektif, efektifitasnya 92-94 dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun, Nova T dan Copper
T 200 CUT-200 dapat dipakai 3-5 tahun, CuT-380A dapat untuk 8 tahun. Kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama
pemakaian.
2.2.5 Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim cavum uteri. Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu
mulut rahim peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah:
1. Usia reproduksi. 2. Keadaan multipara.
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. 4. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui. 6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
7. Risiko rendah dari IMS. 8. Tidak mengkehendaki metode hormonal.
9. Menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari. 10. Tidak megkehendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
11. Perokok. 12. Gemuk ataupun kurus.
Universitas Sumatera Utara
16 Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah terlatih
secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berukutnya. Pemeriksaan selanjutnya
dilakukan setiap enam bulan sekali.
2.2.6 Kontraindikasi
Yang tidak diperkenankan menggunkan IUD adalah 1. Belum pernah melahirkan.
2. Adanya perkiraan kehamilan. 3. Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti perdarahan yang tidak normal dari
alat kemaluan, perdarahn di leher rahim, dan kanker rahim. 4. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
5. Sedang menderita infeksi alat genital vaginatis, servisitis. 6. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus
septic. 7. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri. 8. Penyakit trofoblas.
9. Diketahui menderita TBC pelvic. 10. Kanker alat genital.
11. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
Universitas Sumatera Utara
17
2.2.7 Keuntungan
1. Sangat efektifitas 0,6-0,8 kehamilan100 perempuan dalam 1 tahun peertama 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan. Pencegah kehamilan jangka panjang yang
ampuh, paling tidak 10 tahun. 2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang 10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti.
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa aman terhadap resiko kehamilan.
5. Tidak efek samping hormonal dengan CuT-380A. 6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui tidak
menganggu kualitas dan kuantitas ASI. 7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus apabila tidak terjadi
infeksi. 8. Dapat digunakan sampai menopause.
9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat. 10. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
11. Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur.
2.2.8 Efek Samping dan Komplikasi
1. Efek samping umum terjadi: Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi,
saat haid lebih sakit.
Universitas Sumatera Utara
18 2. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus sangat jarang apabila
pemasangan benar. 3. Tidak mencegah IMS termasuk HIVAIDS.
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan.
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas.
6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD.
7. Sedikit nyeri dan perdarahan spotting terjadi segera setelah pemasngan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
8. Klien tidak dapat IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas. 9. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui sering terjadi apabila IUD
dipasang segera setelah melahirkan. 10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah
kehamilan normal. 11. Perempuan harus memeriksa posisi IUD dari waktu ke waktu.
2.2.9 Waktu Pemasangan
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat: 1. 2 sampai 4 hari setelah melahirkan.
2. 40 hari setelah melahirkan.
Universitas Sumatera Utara
19 3. Setelah terjadinya keguguran.
4. Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid. 5. Menggantika metode KB lainnya.
2.2.10 Waktu Pemakai Memeriksakan Diri
1. 1 bulan pasca pemasangan. 2. 3 bulan kemudian.
3. Setiap 6 bulan berikutnya. 4. Bila terlambat haid 1 minggu.
2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD oleh Ibu Pasangan Usia Subur
2.3.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaraan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diporoleh melalui mata dan telinga
Notoatmodjo, 2003. Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang maka perilaku akan lebih bersifat langgeng Friedman, 2005. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan penggunaan alat kontrasepsi IUD di masyarakat. Dengan pengetahuan yang baik maka setiap ibu pasangan usia subur PUS akan mau ikut serta
menggunakan alat kontrasepsi IUD.
Universitas Sumatera Utara
20
2.3.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek Notoatmodjo, 2007.
Allen, Guy and Edgley mengatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku terdensi atau kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaiakan diri dalam
situasi sosial atau secara sederhana, sikap merupakan respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan Azwar, 2002.
Dalam bagian lain Allport 1954, menjelaskan bawa sikap itu mempunyai 3 tiga komponen pokok, yaitu:
1. Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak tend to behove. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total
attitude. Dalam penentuan sikap ini yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
2.3.3 Dukungan Suami
Menurut Sarwono 2003, dukungan adalah suatu uapaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan. Faktor-faktor yang memengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat
pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara
dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau hotokrasi. Selain
Universitas Sumatera Utara
21 itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan
keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah Ahmadi, 2006.
Dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi merupakan bentuk dukungan nyata dari kepedulian dan tanggung jawab para anggota keluarga. Peran
atau partisipasi suami istri dalam Keluarga Brencana KB antara lain menyangkut: 1. Pemakaian alat kontrasepsi.
2. Tempat mendapatkan pelayanan. 3. Lama pemakaian.
4. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi. 5. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi.
6. Siapa memakai kontrasepsi. 7. Istri memakai kontrasepsi tapi tidak dibicarakan dengan suami.
8. Suami istri tidak memakai kontrasepsi, tapi dibicarakan antara suami istri. 9. Suami istri tidak memakai dan tidak dibicarakan antara suami istri.
Partisipasi pria secara tidak langsung salah satunya dengan cara mendukung istri dalam ber-KB. Apabila disepakati istri yang akan ber-KB, peranan suami adalah
memberikan dukungan dan kebebasan kepada istri untuk menggunakan kontrasepsi atau carametode KB, adapun dukungannya meliputi:
1. Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan dan kondisi istrinya.
2. Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar, seperti mengingatkan saat minum pil KB dan mengingatkan istri untuk kontrol.
Universitas Sumatera Utara
22 3. Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi
dari pemakaian alat kontrasepsi. 4. Mengantar istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan.
5. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak memuaskan.
6. Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunkan metode pantang berkala.
7. Menggunakan kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak memungkinkan. Bentuk peran dan tanggung jawab bersama antara suami dan istri dalam KB
dan kesehatan reproduksi akan terwujud karena alasan berikut ini: 1. Suami istri merupakan pasangan dalam proses reproduksi.
2. Suami-istri bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam keluarga 3. Suami-istri sama-sama mempunyai hak-hak reproduksi yang merupakan bagian
dari hak azasi manusia yang bersifat universal. 4. KB dan kesehatan reproduksi memerlukan peran dan tanggung jawab bersama
suami-istri bukan suami atau istri saja. 5. Program KB dan kesehatan reproduksi berwawasan gender Kusmiran, 2012.
6. Dukungan keluarga suami merupakan hubungan timbal balik antara individu yang meliputi Friedman, 1998:
a. Dukungan Pengharapan Dukungan pengharapan merupakan dukungan yang terjadi bila ekspresiyang
positif diberikan kepada individu. Individu mempunyai seorang yang dapat diajak bicara tentang masalahnya, terjadi melalui ekspresi pengharapan
Universitas Sumatera Utara
23 positif individu kepada individu lain, penyemangat, dan persetujuan terhadap
ide-ide atau perasaan seseorang. b. Dukungan Nyata
Dukungan ini merupakan penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan kesehatan, bantuan finansial dan material berupa nyata, benda atau atau jasa
tersebut sehingga dapat memecahkan masalah praktis termasuk didalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang memberi uang, menyediakan
transportasi dan lain-lain. Dukungan nyata sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.
c. Dukungan Informasi Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi bersama termasuk
didalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh
seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter yang baik bagi dirinya, dan tindakan yang spesifik bagi
individu. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dari pemberi pihak.
d. Dukungan Emosional Dalam pelaksanaan tindakan individu perlu mendapatkan penguatan akan
rasa dimiliki atau dicintai. Dukungan emosional memberikan individu rasa nyaman dan memberikan semangat. Yang termasuk dalam dukungan
emosional ini adalah ekspresi dari empati, kepedulian dan perhatian kepada
Universitas Sumatera Utara
24 individu. Demikian juga dengan tindakan pap smear Ibu harus mendapat
empati, kepedulian dan perhatian dari suami.
2.3.4 Dukungan Tenaga Kesehatan
Dukungan tenaga kesehatan merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan informasi, dimana perasaan subjek bahwa lingkungan petugas kesehatan
memberikan informasi yang jelas mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi IUD Sarwono, 2003.
Dukungan tenaga kesehatan, yaitu berupa: 1. ketersediaan alat kontrasespsi.
2. ketersediaan tenaga terlatih.
2.3.5 Sosial Budaya
Menurut Kalangie 1994, bahwa kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan memengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu
suatu kelompok sosial dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit.
Masalah utama sehubungan dengan hal tersebut adalah bahwa tidak semua unsur dalam suatu sistem budaya kesehatan cukup ampuh serta dapat memenuhi semua
kebutuhan kesehatan masyarakat yang terus menerus meningkat akibat perubahan- perubahan budaya yang terus menerus berlangsung. Sedangkan pada pihak lain tidak
semua makna unsur-unsur pengetahuan dan praktek biomedis yang diperlukan masyarakat telah sepenuhnya dipahami ataupun dilaksanakan oleh sebagian terbesar
pada anggota suatu komunitas masyarakat. Bahkan dari segi perawatan dan pelayanan medis belum seluruhnya berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan suatu masyarakat
Universitas Sumatera Utara
25 karena adanya berbagai masalah keproofesionalan, seperti perilaku profesional medis
yang belum sesuai dengan kode etik, pengutamaan kepentingan pribadi dan birokrasi, keterbatasan dana dan tenaga, keterbatasan pemahaman komunikasi yang
berwawasan budaya. Dengan kata lain kepercayaan adalah sesuatu yang telah diyakini oleh
seseorang terhadap suatu hal atau subjek tertentu berdasarkan pertimbangan- pertimbangan seperti kejujuran, pengalaman, dan keterampilan, toleransi dan
kemurahan hati. Elemen-elemen modal sosial tersebut bukanlah sesuatu yang tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, melainkan harus dikreasikan dan ditransmisikan
melalui mekanisme-mekanisme sosial budaya di dalam sebuah unit sosial seperti keluarga, komunitas, asosiasi suka rela negara dan sebagainya. Kepercayaan sering
diporoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu Notoatmojo,
2003. Menurut Gottlieb 1984 yang dikutip oleh Lubis dan Hasnida 2009,
dukungan sosial adalah informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan nyata atau tingkah laku diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam
lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.
2.3.6 Status Ekonomi
Karena tingkat penghasilan secara langsung berhubungan dengan standar hidup. Para wanita berpendapatan rendah hampir 5 kali lebih tinggi berisiko terkena kanker
serviks daripada kelompok wanita yang berpendapatan lebih tinggi. Kemiskinan yang
Universitas Sumatera Utara
26 mengakibatkan ketidakmampuan mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan yang
baik dan tidak dapat membayar biaya-biaya tes kesehatan yang cukup mahal Nurwijaya, 2010.
2.4 Analisis Faktor
2.4.1 Pengertian
Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel yang
banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar
informasi yang terkandung dalam variabel asli original variabel Supranto, 2004. Selain itu analisis faktor dapat juga berfungsi sebagai alat uji internal dari alat ukur
yang dipergunakan Riduan, 2002. Analisis faktor merupakan salah satu teknik analisis statistik multivariat,
dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara seksama bersama pada semua variabel tanpa membedakan variabel tergantung dengan variabel bebas atau
disebut sebagai metode antar ketergantungan interdependence methods. Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan antar variabel yang saling independen
tersebut, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal sehingga memudahkan analisis statistik selanjutnya
Wibowo, 2006.
Universitas Sumatera Utara
27
2.4.2 Tujuan Analisis Faktor
Pada dasarnya, tujuan analisis faktor adalah: 1. Data Sumarization, yakni mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel
dengan melakukan uji korelasi. 2. Data Reduction, yakni setelah melakukan korelasi, maka dilanjutkan dengan
proses membuat sebuah variabel set baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu.
Tujuan umum dari teknik analisis faktor adalah menemukan suatu cara untuk mereduksi informasi yang terkandung di dalam sejumlah variabel-variabel original ke
dalam set variabel yang lebih kecil dari dimensi-dimensi gabungan dan baru. Untuk menemukan tujuan tersebut, ada 4 hal yang mendukung yaitu mengkhususkan unit
analisis, mencapai ringkasan data atau pengurangan data, pemilihan variabel, dan menggunakan hasil analisis faktor dengan teknik-teknik multivariat yang lain Hair,
2010.
2.4.3 Fungsi Analisis Faktor
Terdapat 3 tiga fungsi analisis faktor menurut Suliyanto 2005, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dimensi-dimensi mendasar yang dapat menjelaskan korelasi dari serangkaian variabel.
2. Mengidentifikasi variabel-variabel baru yang lebih kecil, untuk menggantikan variabel tidak berkorelasi dari serangkaian variabel asli yang berkorelasi.
3. Mengidentifikasi beberapa variabel kecil dari sejumlah variabel yang banyak untuk dianalisis multivariat lainnya.
Universitas Sumatera Utara
28
2.4.4 Jumlah Sampel Ideal dan Jenis Data untuk Analisis Faktor
Secara umum, jumlah sampel dalam analisis faktor minimal 50 pengamatan. Bahkan seharusnya ukuran sampel sebanyak 100 atau lebih besar. Biasanya ukuran
sampel dalam analisis ini dianjurkan memiliki paling sedikit 5 kali jumlah variabel yang akan diamati, karena semakin banyak sampel yang dipilih akan mencapai
patokan rasio 10:1, dalam arti untuk satu variabel ada 10 sampel Hair, 2010. Dalam pengertian SPSS, hal ini berarti untuk setiap 1 kolom yang ada, seharusnya terdapat
10 baris data, sehingga jika ada 5 kolom variabel, minimal seharusnya ada 50 baris data sampel.
Data dalam analisis faktor minimal adalah interval, sehingga apabila data yang diperoleh berupa data ordinal, harus ditransformasikan menjadi data interval,
misalnya dengan menggunakan metode successive interval Suliyanto, 2005.
2.4.5 Penentuan Jumlah Faktor
Untuk menentukan banyaknya jumlah faktor yang terbentuk dalam analisis faktor dapat dilakukan beberapa pendekatan berikut:
1. Penentuan berdasarkan apriori Dalam metode penentuan ini, jumlah faktor telah ditentukan sebelumnya oleh
peneliti. 2. Penentuan berdasarkan eigenvalue
Untuk menentukan jumlah faktor yang terbentuk dapat didasarkan pada eigenvalue. Jika suatu variabel memiliki eigenvalue
≥ 1, dianggap sebagai suatu faktor, sebaliknya jika suatu variabel hanya memiliki eigenvalue 1, tidak
dimasukkan dalam model.
Universitas Sumatera Utara
29 3. Penentuan berdasarkan scree plot
Scree plot pada dasarnya merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara faktor dengan eigenvalue, pada sumbu Y menunjukkan eigenvalue,
sedangkan pada sumbu X menunjukkan jumlah faktor. Untuk dapat menentukan berapa jumlah faktor yang diambil, ditandai dengan slope yang sangat tajam
antara faktor yang satu dengan faktor berikutnya. 4. Penentuan berdasarkan persentase varian percentage of variance
Persentase varian menunjukkan jumlah variasi yang berhubungan pada suatu faktor yang dinyatakan dalam persentase. Untuk dapat menentukan berapa
jumlah faktor yang diambil, harus memiliki nilai persentase varian ≥ 0,5.
Sedangkan apabila menggunakan kriteria kumulatif persentase varian, besarnya nilai kumulatif persentase varian
≥ 60. Untuk mengetahui peranan masing-masing variabel dalam suatu faktor dapat
ditentukan dari besarnya loading variabel yang bersangkutan. Loading dengan nilai terbesar berarti mempunyai peranan utama pada faktor tersebut. Variabel yang
memiliki nilai loading 0,5 dianggap tidak memiliki peranan yang berarti terhadap faktor yang terbentuk sehingga variabel tersebut dapat diabaikan dalam pembentukan
faktor.
2.4.6 Penamaan Faktor yang Terbentuk
Untuk menamai faktor yang telah dibentuk dalam analisis faktor, dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Memberikan nama faktor yang dapat mewakili nama-nama variabel yang membentuk faktor tersebut.
Universitas Sumatera Utara
30 2. Memberikan nama faktor berdasarkan variabel yang memiliki nilai factor
loading tertinggi. Hal ini dilakukan apabila tidak dimungkinkan untuk memberikan nama faktor yang dapat mewakili semua variabel yang membentuk
faktor tersebut.
2.4.7 Langkah-Langkah Analisis Faktor
1. Merumuskan Masalah 2. Bentuk Matriks Korelasi
Proses analisis faktor didasarkan pada matriks korelasi antara variabel yang satu dengan variabel-variabel lain, untuk memperoleh analisis faktor yang semua
varaibel-variabelnya harus berkorelasi. Untuk menguji ketepatan dalam model faktor, uji statistik yang digunakan adalah barletts test sphericity dan Kiser-Mayer-Olkin
KMO untuk mengetahui kecukupan sampelnya. a. Nilai KMO sebesar 0,9 adalah baik sekali.
b. Nilai KMO sebesar 0,8 adalah baik. c. Nilai KMO sebesar 0,7 adalah sedangagak baik.
d. Nilai KMO sebesar 0,6 adalah cukup. e. Nilai KMO sebesar 0,5 adalah kurang.
f. Nilai KMO sebesar 0,5 adalah ditolak.
3. Menentukan Metode Analisis Faktor Setelah ditetapkan bahwa analisis faktor merupakan teknik yang tepat untuk
menganalisis data yang sudah dikumpulkan, kemudian ditentukan atau dipilih metode yang tepat untuk analisis faktor. Ada dua cara atau metode yang bisa dipergunakan
dalam analisis faktor, khususnya untuk menghitung koefisien skor faktor, yaitu
Universitas Sumatera Utara
31 analisis komponen utama Principal Component Analysis dan analisis faktor umum
Common Factor Analysis. Di dalam principal component analysis, jumlah varian dalam data
dipertimbangkan. Principal component analysis direkomendasikan kalau hal yang pokok adalah menentukan bahwa banyaknya faktor harus minimum dengan
memperhitungkan varian maksimum dalam data untuk dipergunakan di dalam analisis multivariat lebih lanjut. Faktor-faktor tersebut dinamakan principal
component. Communalities ialah jumlah varian yang disumbangkan oleh suatu variabel
dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut proporsi atau bagian variabel yang dijelaskan common factor, atau besarnya sumbangan suatu
faktor terhadap varian seluruh variabel. Semakin besar Communalities sebuah variabel, berarti semakin kuat hubungannya dengan faktor yang dibentuknya.
Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor. Eigenvalue akan menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam
menghitung varian yang dianalisis Wibowo, 2006. 4. Menentukan Banyaknya Faktor
Penentuan jumlah faktor yang ditentukan untuk mewakili variabel-variabel yang akan dianalisis didasarkan pada besarnya eigenvalue serta persentase total
variannya. Hanya faktor yang memiliki eigenvalue sama atau lebih besar dari satu yang dipertahankan dalm model analisis faktor, sedangkan yang lainnya dikeluarkan
dari model.
Universitas Sumatera Utara
32 5. Melakukan Rotasi Faktor-faktor
Suatu hasil atau output yang penting dari analisis faktor adalah apa yang disebut matriks faktor pola factor pattern matrix. Matriks faktor berisi koefisien
yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan dinyatakan dalam faktor. Koefisien-koefision ini yang disebut dengan muatan faktor, mewakili
korelasi antar faktor dan variabel. Suatu koefisien dengan nilai absolutmutlak yang besar menunjukkan bahwa faktor dan variabel berkorelasi sangat kuat. Koefisien dari
matriks faktor bisa dipergunakan untuk menginterpretasikan faktor. Di dalam melakukan korelasi faktor, kita menginginkan agar setiap faktor
mempunyai muatan atau koefisien yang tidak nol atau yang signifikan atau beberapa variabel saja. Dimana gunanya rotasi adalah untuk mengontrolmemeriksa variabel
yang belum layak dimasukkan menjadi layak dimasukkan dalam buat penamaan. Demikian halnya kita juga menginginkan agar setiap variabel mempunyai muatan
yang tidak nol atau signifikan dengan beberapa faktor saja, kalau mungkin dengan satu faktor saja. Kalau terjadi bahwa beberapa faktor mempunyai muatan tinggi
dengan variabel yang sama, sangat sulit untuk membuat interpretasi tentang terhadap seluruh varian dari seluruh variabel asli mengalami perubahan.
6. Membuat Interpretasi Hasil Rotasi Interpretasi
mengenai faktor
bisa dipermudah
dengan mengenali
mengidentifikasi variabel yang mempunyai nilai loading yang besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa diinterpretasikan menurut variabel-variabel
yang mempunyai nilai loading yang tinggi dengan faktor tersebut. Bantuan di dalam
Universitas Sumatera Utara
33 interpretasi yang berguna lainnya ialah mengeplot variabel dengan menggunakan
factor loading sebagai titik koordinatnya. Variabel yang berada pada ujung atau akhir suatu sumbu ialah variabel-
variabel yang nilai loadingnya tinggi hanya pada faktor tersebut, katakan faktor 1, 2, atau 3 dan oleh karena itu variabel-variabel tersebut akan memberikan inspirasi
tentang nama yang tepat dari faktor yang bersangkutan Supranto, 2010. Sedangkan variabel yang dekat dengan titik asal perpotongan sumbu F
1
dan F
2
mempunyai muatan rendah low loading pada kedua faktor.
Variabel yang tidak dengan sumbu salah satu faktor berarti berkorelasi dengan kedua faktor tersebut. Kalau suatu faktor tidak bisa diberi label sebagai faktor tidak
teridentifikasi atau faktor umum. Variabel-variabel yang berkorelasi kuat nilai faktor loading yang besar dengan faktor tertentu dan memberikan inspirasi nama faktor
yang bersangkutan Supranto, 2004.
2.4.8 Menghitung Skor dan Nilai Faktor
Nilai faktor adalah ukuran yang mengatakan representasi suatu variabel oleh masing-masing faktor. Nilai faktor menunjukkan bahwa suatu data mewakili
karakteristik khusus yang direpresentasikan oleh faktor. Nilai faktor ini selanjutnya digunakan untuk analisis lanjutan.
Sebenarnya analisis tidak harus dilanjutkan dengan menghitung skor atau nilai faktor, sebab tanpa menghitung pun hasil analisis faktor sudah bermanfaat yaitu
mereduksi variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel aslinya.
Universitas Sumatera Utara
34 Masing-masing faktor dapat diekspresikan dengan persamaan sebagai berikut:
F
1
= W
i1
X
1
+ W
i2
X
2
+ W
i3
X
3
+ .......+ W
ik
X
k
Dimana : F
1
adalah faktor W
i
adalah bobot variabel terhadap faktor
K
adalah jumlah variabel X adalah variabel
Semakin besar bobot Wi suatu variabel terhadap faktor, maka pengaruh variabel terhadap faktor tersebut semakin erat, yang berarti perubahan variabel
memberikan kontribusi yang semakin besar pada nilai faktor. Hal ini berlaku untuk keadaan sebaliknya Rangkuti, 2002.
2.4.9 Memilih Surrogate Variables
Surrogate Variables adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih untuk digunakan di dalam analisis selanjutnya. Pemilihan Surrogate Variables meliputi dari
sebagian dari beberapa variabel asli untuk dipergunakan di dalam analisis selanjutnya. Hal ini memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis lanjutan dan
menginterpretasikan hasilnya dinyatakan dalam variabel asli bukan dalam skor faktor. Dengan meneliti matriks faktor, kita bisa memilih untuk setiap faktor variabel dengan
muatan tinggi pada faktor yang bersangkutan.
2.4.10 Proses Analisis Faktor
Secara garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut: 1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Oleh karena
analisis faktor berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya
Universitas Sumatera Utara
35 ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi
pengelompokkan. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor.
Alat seperti MSA atau Barlett’s Test dapat digunakan untuk keperluan ini.
2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan “ekstraksi” variabel tersebut
sehingga menjadi satu atau beberapa faktor. 3. Faktor yang terbentuk pada banyak kasus kurang menggambarkan perbedaan
diantara faktor-faktor yang ada. Hal tersebut akan mengganggu analisis, karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor lain.
4. Jika isi faktor diragukan, dapat dilakukan proses rotasi untuk memperjelas apakah faktor terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain.
5. Setelah faktor benar-benar sudah terbentuk, maka proses dilanjutkan dengan menamakan faktor yang ada. Kemudian mengartikannya hasil penemuannya
artinya faktor-faktor tersebut mewakili variabel yang mana saja.
2.4.11 Asumsi Analisis Faktor
Prinsip utama dalam analisis faktor adalah korelasi, artinya variabel yang memiliki korelasi erat akan membentuk suatu faktor, sedangkan variabel yang ada
dalam suatu faktor akan memiliki korelasi yang lemah dengan variabel yang terdapat pada faktor yang lain. Karena prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka
asumsi dalam analiss faktor berkaitan erat dengan korelasi berikut: 1. Korelasi atau keterkaitan antarvariabel harus kuat
Hal ini dapat diidentifikasi dari nilai determinannya yang mendekati nol. Nilai determinan dari matriks korelasi yang elemen-elemennya menyerupai matriks
Universitas Sumatera Utara
36 identitas akan memiliki nilai determinan sebesar satu. Artinya, jika nilai
determinan mendekati satu, maka matriks korelasi menyerupai matriks identitas, dimana antar itemvariabel tidak saling terkait karena matriks identitas memiliki
elemen pada diagonal bernilai satu, sedangkan lainnya bernilai nol. 2. Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi
parsialnya secara keseluruhan harus kecil Hal ini dapat diidentifikasi dengan nilai Kiser Meyer Olkin measure of sampling
adequency KMO. KMO merupakan sebuah indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien parsialnya secara keseluruhan. Jika jumlah
kuadrat koefisien korelasi parsial di antara seluruh pasangan variabel bernilai kecil dibandingkan dengan jumlah kuadrat koefisien korelasi, maka akan
menghasilkan nilai KMO yang mendekati satu. Nilai KMO yang kecil menunjukkan bahwa analis faktor bukan merupakan pilihan yang tepat. Untuk
dapat dilakukan analisis faktor, nilai KMO diangggap cukup apabila nilai KMO ≥ 0,5.
3. Indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan koefisien korelasi parsialnya secara keseluruhan harus kecil
Hal ini dapat diidentifikasi dengan nilai Measure of Sampling Adequency MSA. MSA adalah sebuah indeks perbandingan jarak antara koefisien korelasi dengan
koefisien korelasi parsialnya secara parsial setiap itemvariabel. Untuk dapat dilakukan analisis faktor, nilai MSA dianggap cukup apabila nilai MSA
≥ 0,5. Apabila ada itemvariabel yang tidak memiliki nilai MSA
≥ 0,5, variabel tersebut harus dikeluarkan dari analisis faktor secara bertahap satu persatu.
Universitas Sumatera Utara
37 4.
Dalam beberapa kasus, setiap variabel yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis faktor harus menyebar secara normal.
2.5 Kerangka Konsep
Gambat 2.1 Analisis Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD
Intra Uteri Device oleh Ibu Pasangan Usia Subur PUS di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan
Kabupaten Labuuhanbatu Selatan Tahun 2014
Analisis Faktor
Hasil : Faktor 1
Faktor 2 Faktor...
Faktor n Faktor yang memengaruhi
rendahnya pemakaian alat kontrasepsi IUD oleh ibu
pasangan usia subur: 1. Pengetahuan
2. Sikap 3. Dukungan suami
4. Dukungan tenaga kesehatan
5. Sosial budaya 6. Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan mengguna metode penerapan analisis faktor eksplanatori yang memengaruhi ibu PUS yang tidak
menggunakan kontrasepsi IUD di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2014.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di daerah Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan alasan pemilikan lokasi ini karena
masih minimnya jumlah peserta KB di daerah Desa Sabungan khusunya pengguna KB IUD sebesar 0,08.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian dari bulan Desember 2013 sampai dengan Agustus 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh jumlah PUS yang ada di Desa Sabungan yang tidak memakai alat
kontrasepsi IUD sebanyak 1290 PUS.
Universitas Sumatera Utara
39
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu pasangan usia subur PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD di Desa Sabungan Kecamatan Sungai
Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Penentuan sampel dapat menggunakan patokan rasio 10:1 yang artinya untuk satu variabel seharusnya ada 10 sampel
Riyanto, 2012. Dengan menggunakan rumus 10k k = jumlah variabel, dalam penelitian ini jumlah variabel = 6. Sehingga jumlah responden sebanyak 10 x 6 = 60
orang.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ibu pasangan usia subur PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD di Desa Sabungan Kecamatan
Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebanyak 60 orang dengan penetapan kriteria teknik pengambilan sampel secara “Non probability Sampling” yaitu
pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepraktisan belaka dengan
teknik “Accidental Sampling”.
Teknik penarikan sampel yang digunakan peneliti adalah Accidental Sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang
secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang ditemui itu cocok sebagai sumber data Martono, 2010.
Universitas Sumatera Utara
40
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dilakukan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:
3.4.1 Data Primer
Pengumpulan data primer diperoleh dengan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu
dengan cara menuliskan jawaban langsung di kuesioner.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Badan Kependudukan dan Puskesmas Langgapayung.
3.4 Definisi Operasional
1. Analisis faktor adalah analisis yang digunakan untuk menemukan hubungan antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen, untuk dijadikan
menjadi kumpulan variabel yang lebih sedikit dari variabel awal. 2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pemakaian
alat kontrasepsi IUD. 3. Sikap adalah respontanggapan responden tentang penerimaan atau penolakan
pemakaian alat kontrasepsi IUD. 4. Dukungan suamikeluarga adalah dorongan atau motivasi keluarga terhadap ibu
PUS dalam pemakaian metode IUD. 5. Dukungan tenaga kesehatan adalah dukungan tenaga kesehatan untuk
memberikan informasi tentang metode IUD. 6. Sosial budaya adalah tanggapan atau penilaian masyarakat mengenai pemakaian
alat kontrasepsi IUD.
Universitas Sumatera Utara
41 7. Ekonomi adalah besarnya penghasilan dalam bentuk materi yang diperoleh
mendorong ibu PUS melakukan pemakaian alat kontrasepsi IUD.
3.5 Aspek Pengukuran