PENDAHULUAN Struktur Kalimat Perintah (Amr) dalam Surah Yâsîn, (Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia Karya H.B. Jassin)

4 dibandingkan surah-surah lainnya. Di antaranya adalah sebagai jantungnya al- Qur’an. Oleh karena itu, peneliti akan meneliti dan menulis skripsi dengan judul: “Struktur Kalimat Perintah Amr dalam Surah Yâsîn Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia Karya H. B. Jassin”. B. Pembatasan dan Rumusan Masalah Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai, maka peneliti membatasi ruang lingkup masalah yang akan dibahas, hanya terfokus pada surah Yâsîn. Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Berapa banyakkah bentuk-bentuk amr yang terdapat dalam surah Yâsîn.? 2. Sudah akuratkah terjemahan struktur kalimat perintah amr yang dilakukan H.B. Jassin di dalam bacaan mulianya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain: 1. Untuk mengetahui seberapa banyakkah bentuk-bentuk amr yang terdapat dalam surah Yâsîn. 2. Untuk mengetahui sudah akuratkah terjemahan struktur kalimat perintah amr yang dilakukan H.B. Jassin di dalam bacaan mulianya.

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaatnya adalah: Penelitian ini akan memberikan manfaat teoritis dan praktis. Secara teoritis 5 memberikan pengetahuan mengenai struktur kalimat perintah amr. Secara praktis dapat memberikan kekayaan, wawasan ilmu pengetahuan bagi penerjemah, memahami al- Qur’an, penulis, dan pengajar bahasa Arab.

E. Kajian Terdahulu

Berdasarkan tinjauan penelitian terhadap skripsi yang pernah diteliti, bahwa penelitian yang setema dengan penelitian ini belum pernah diteliti. Namun demikian penelitian yang ingin peneliti teliti ini terinspirasi dari skripsi yang berjudul “Personifikasi dalam Surah Al-Baqarah Analisis Terjemahan Al- Qur’an Prof. Dr. Hamka” karya Muhamad Fadli 2007. Skripsi tersebut membahas tentang Analisis Terjemahan Al-Quran Prof. Dr. Hamka. Bagaimana Hamka menerjemahkan ayat Personifikasi dalam Al- Qur’an . Peneliti juga menemukan beberapa hasil penelitian terdahulu di antaranya: Personifikasi dan Simile dalam terjemahan kitab Durratun Nashihin karya Achmad Sunarto Tinjauan Balaghah karya Novi Aryanita 2015, Terjemahan Novel Aulad Haratina karya Nâzib Mahfud Studi Stilistika terhadap serial Rifaat Sang Penebus karya Umar Mukhtar 2013, Penerjemahan Struktur Kalimat Qhasar dalam Tafsir al-Misbah karya Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Studi kasus Surat Al- Baqarah karya Reda Pahlevi 2015, dan Ragam Struktur Kalimat Tasybih dalam Terjemahan Kitab Balaghatul Hukama Studi Analisis Struktur Kalimat Tasybih karya Khilda Shulhiyyah 2016. Adapun perbedaan antara penelitian yang akan peneliti teliti dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada studi yang diambil. Dalam penelitian ini peneliti hanya ingin memfokuskan pada analisis Terjemahan Struktur 6 Kalimat Perintah Amr dalam Surah Yâsîn, Studi Kasus Terjemahan Bacaan Mulia Oleh H.B. Jassin. Objek kajiannya Surah Yâsîn, dengan tujuan, penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa al- Qur’an terjemahan merupakan objek kajian yang lengkap, dalam segi kebahasaan. Seperti halnya karya ilmiah pada umumnya, skripsi ini yang menganalisa tentang Struktur Kalimat Perintah Amr dalam Surah Yâsîn. Peneliti merasa cukup penting, karena selain untuk melangkapi dalam pustaka khazanah keislaman juga untuk memberikan informasi baru bagi khalayak umum serta menambah pengetahuan bagi penulis dan para pembaca. Adapun buku rujukan utama yang peneliti pakai yaitu, Terjemahan al- Qur’an H.B. Jassin Bacaan Mulia, buku-buku tentang balaghah dan teori-teori penerjemahan.

F. Metodologi Pelitian

Metodologi penelitian yang digunakan peneliti terdiri dari: 1 Metode Penelitian library research Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif deskriptif, yaitu dengan cara mengumpulkan data terkait dengan masalah yang diteliti. Selain itu, peneliti mendesripsikan masalah tersebut sehingga memberikan kejelasan terhadap objek yang diteliti. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagimana adanya, sehingga hanya ada pengungkapan fakta. sesuai dengan data yang ada, sehingga mencapai maksud dan tujuan penelitian. 6 Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan kajian pustakaan dan 6 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia, 1993 Cet ke-1 h.19. 7 mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian, kemudian memilih antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain. 2 Sumber Data Data yang peneliti ambil ini terdiri dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer atau sumber utama yang peneliti ambil ialah Surah Yâsîn yang terdapat dalam al- Qur’an Terjemahan Bacaan Mulia H.B. Jassin. Sedangkan sumber sekunder atau pendukung dari literatur balaghah, teori-teori penerjemahan, tafsir al-Lubâb, Tafsir Hamami Sebab-sebab turunnya Ayat al- Qur’an dan lainnya, serta sumber literatur lainnya sebagai pendukung. 3 Teknik Pengumpulan Data Secara teknis, yang penulis lakukan yaitu dengan menentukan korpus yang akan diambil. Setelah itu membacanya secara keseluruhan, kemudian menentukan berapa banyak struktur amr dalam surah Yâsîn. Langkah selanjutnya menganalisis terjemahan sudah akuratkah Terjemahan Al- Qur’an H.B. Jassin. 4 Analisis Data Pada bagian analisis data, peneliti menentukan potongan ayat-ayat. Dari surah Yâsîn yang mengandung struktur amr, selanjutnya menganalisis hasil terjemahan al- Qur’anul Karim Bacaan Mulia karya H.B. Jassin yang berpedoman pada ilmu balaghah. Secara tekhnik penulisan ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah skripsi, tesis, dan disertasi ” yang belaku di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Buku ini diterbitkan oleh Center of Quality Development and Assurance CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8 Metodologi Penelitian Metode Kualitatif Paradigma Ilmu Balaghah Sumber Data al- Qur’anul karim Bacaan Mulia H.B. Jassin Analisis Data Membaca al- Qur’anul karim Bacaan Mulia dengan terjemahannya dengan baik karya H.B. Jassin Menganalisa berapa banyak ayat yang terkandung struktur amr dan Penerjemahan struktur kalimat amr dalam surah Yâsîn yang terdapat dalam al- Qur’anul karim Bacaan Mulia 9

G. Sistematika Penulisan

Berikut adalah langkah yang peneliti tempuh supaya penulisan ini lebih terarah dan sestematis. Langkah-langkahnya adalah: Bab I Pendahuluan, dalam bab ini dipaparkan tentang latar belakang masalah, dilanjut dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian terdahulu, metodologi penelitian, sistematika penulisan. Bab II Kerangka Teori, dalam bab ini dibahas tentang pengertian terjemah,gambaran umum surat yâsîn, Amr dalam tinjauan Balaghah. Bab III H.B. Jassin dan Al- Qur’anul Karim Bacan Mulia Bab IV Bab ini memaparkan analisis data yang ditemukan peneliti. Bab V Penutup berisi Kesimpulan dan Saran. 10

BAB II KERANGKA TEORI

Sebelum peneliti menjelaskan tentang teori-teori penerjemahan, peneliti akan memberikan gambaran apa itu teori? Memahami betapa pentingnya teori untuk penelitian, maka istilah teori menerut Oxford Rereference Dictionary, 1990 adalah: A system of ideas formulated by reasoning from know fact to explaint samething. An opinion, supposition in general opp, practice An exsposition of the principles on wich a subject is based. Maksudnya teori adalah suatu sistem, dari jumlah ide yang diformulasikan oleh proses penalaran dari pengetahuan menjadi kenyataan untuk menjelaskan sesuatu. Sebuah opini, sebuah pemikiran umum lawan dari praktis. Sebuah penjelasan yang terperinci dari serangkaian prinsip dimana sebuah subjek di letakkan sebagai dasar. Sedangkan menurut Bailey 1982, ada sejumlah perbedaan konsep tentang teori, tetapi pada dasarnya teori adalah menjawab tentang kemengapaan dan kebagaimanaan. Dari berbagai pernyataan tersebut, teori dapat didefiniskan sebagai proses penyediaan penjelasan-penjelasan dan prediksi-prediksi dari fenomena sosial dan merupakan generalisasi yang berhubungan dengan suatu kepentingan untuk mengacu kepada berbagai fenomena. Adakalanya teori, ditampilkan dalam 11 bentuk pernyataan dan dalam istilah-istilah yang menunjukan hubungan sebab akibat causal-term. 7 A. Gambaran Umum Penerjemahan 1. Definisi Penerjemahan Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli terkait penerjemahan. Dari berbagai definisi yang ada, peneliti akan menyajikan beberapa definisi yang sering dikutip dalam buku-buku tentang penerjemahan. Definisi pertama berasal dari Catfort. Ia menulis: translation is replacement of textual material in one language by equivalent textual material in another language. Caford, 1965:20. atau , Penerjemah adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa dengan materi tekstual yang padan dalam bahasa. Definisi kedua dikemukakan oleh Savory 1968 dalam bukunya the Art of Translation. Translation is made possible by an equivalent of thought that lies behind its different verbal expression. Kutipan di atas bisa diterjemahkan secara bebas sebagai berikut: 7 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif Jakarta: Referensi 2013 Cet ke-1 h. 76. 12 Penerjemahan menjadi mungkin dengan adanya gagasan yang sepadan di balik ungkapan verbal yang berbeda. Definisi ketiga, Nida dan Taber 1969 menyatakan secara lebih jelas proses penerjemahannya. Mereka menyatakan: Translating consists of reproducing in the receptor language the chosest natural equivalent of the source language message, first in the terms of meaning and scondlyin terms of style. Secara bebas kutipan di atas bisa diterjemahkan sebagai berikut: Penerjemahan adalah usaha mencipta kembali pesan dalam bahasa sumber BSU kedalam bahasa sasaran BSA dengan padanan alami yang sedekat mungkin, pertama-tama dalam hal makna dan kemudian gaya bahasanya. 8 Definisi dalam buku Ibnu Burdah yang berjudul Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode menerjemahkan Teks Arab. Penerjemahan adalah usaha memindahkan pesan dari teks berbahasa Arab teks sumber dengan padanannya ke dalam bahasa Indonesia bahasa sasaran. 9 2. Metode penerjemahan Terjemahan yang dihasilkan sesungguhnya tidak terlepas dari metode penerjemahan yang digunakan. Metode penerjemahan merupakan pilihan yang 8 Zuchridin Suryawinata dan Sugeng Haryanto Translatin Bahasan Teori dan Penuntun Praktis Menerjemahkan Yogyakarta: Kanisius, 2003 Cet ke- 6 h. 12. 9 Ibnu Burdah Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode menerjemahkan Teks Arab Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004 Cet Ke-1 h. 10. 13 bersifat umum. Pemilihan metode ini turut menentukan corak dan warna teks terjemahan secara keseluruhan. Menurut Molina dan Albir 2002, Translation method refers to the way of particular translation process that is carried out in the terms of translator’s objective, ‘metode penerjemahan merujuk pada cara tertentu yang digunakan dalam proses pener jemahan sesuai dengan tujuan penerjemah.’ Bahwa penerjemah adalah pelaku utama dalam komunikasi interlingual. Dalam kapasitas pelaku inilah penerjemah mengambil keputusan, baik menyangkut pemilihan padanan maupun pengungkapan padanan dalam bahasa target. Secara umum metode penerjemahan merupakan cara, teknik, atau prosedur yang dipilih penerjemah ketika melakukan kegiatan penerjemahan atau menangani masalah-masalah yang dia hadapi selama proses penerjemahan. Secara garis besar dikenal dua metode penerjemahan, yakni metode harfiah dan metode tafsiriah. Bahkan, topik mengenai baik-buruk terjemahan harfiah dan tafsiriah sejak lama sudah menjadi perdebatan hangat. Metode harfiah berfokus pada kata, karena untuk mengindahkan susunan dan stuktur teks bahasa sumber sedangkan metode tafsiriah tidak berfokus pada kata karena tidak terlalu memperhatikan susunan dan struktur teks bahasa sumber. Newmark 1988: 45-47 membagi penerjemahan berdasarkan penekanannya pada bahasa sumber dan penekanannya pada bahasa target. Dikelompokkan menjadi delapan metode penerjemahan, lihat seksama diagram berikut.