3
Setelah makan sekresi insulin akan meningkat sehingga terjadi pengambilan glukosa postprandial di hati dan jaringan perifer sedangkan sekresi glukagon
berkurang. Pada saat kadar glukosa plasma rendah, sekresi glukagon akan meningkatkan konsentrasi glukosa plasma dengan menstimulasi pemecahan
glikogen yang tersimpan dalam hati menjadi glukosa dan meningkatkan hepatic gluconeogenesis. Glukagon berfungsi sebagai kontra regulasi insulin dalam
menjaga homeostasis glukosa normal Theodorakis dkk., 2011. Pada penderita DMT2, terdapat relatif kekurangan insulin sehingga regulasi
gula darah terganggu. Pada kondisi DMT2, walau pun kadar glukosa darah sudah tinggi, pemecahan lemak dan protein menjadi glukosa glukoneogenesis di hati
tidak dihambat sehingga kadar glukosa darah makin meningkat Abate dan Chandalia, 2001. Jika dibiarkan kondisi ini akan berlanjut menjadi disregulasi
metabolik dimana kadar gula darah yang tinggi akan mengalami oksidasi dan mencederai tubuh pada tingkat seluler. Disregulasi gula darah jika berlanjut akan
menimbulkan komplikasi bahkan kegawatan seperti ketoasidosis diabetik, koma hiperosmolar non ketosis atau laktat asidosis. Pada tingkat organ akan terjadi mikro
angiopati dan makro angiopati. Kondisi ini bila berlanjut dapat mengakibatkan kematian Jain dan Saraf, 2010.
2.2 Perjalanan Alamiah Penderita DMT2
Patofisiologis DMT2 adalah penurunan fungsi sel beta secara progresif, resistensi insulin yang menetap dan hilangnya efek inkretin AACE, 2007; UKPDS,
2011. Walaupun demikian kejadian kronik hiperglikemia baru akan akan berlanjut menjadi DMT2 jika sudah terjadi penurunan fungsi sel beta pankreas, biasanya
setelah periode panjang; kurang lebih 7-10 tahun sebelum DMT2 tersebut
4
didiagnosis Pratley dan Weyer, 2001; Weyer dkk., 2001; Brown dkk., 2010. Penyebabnya ternyata lebih berhubungan dengan disfungsi sel beta pankreas
dibandingkan adanya resistensi insulin. Hilangnya fase cepat pelepasan insulin merupakan defek utama pada DMT2 disamping peningkatan level glukosa
postprandial Brown dkk., 2010.
Gambar 2.1. Perjalanan progresifitas DMT2 AACE, 2007; UKPDS, 2011
Umumnya penderita DMT2 pasti memerlukan terapi kombinasi yang bekerja pada berbagai defek patofisiologi. Usia muda sampai dewasa pertengahan dengan
peningkatan kadar glukosa puasa dan berat badan berlebih saat didiagnosis sebagai DMT2, akan lebih cepat mengalami perburukkan dan lebih cepat memerlukan
penambahan terapi Kellow dkk., 2011. Pemberian terapi untuk menurunkan kadar glukosa pada penderita DMT2 secepat mungkin dapat menurunkan kegagalan
kendali. Data dari ADOPT menunjukkan thiazolidione mempunyai efikasi yang lebih baik dibandingkan metformin maupun sulfonilurea Kahn dkk., 2011.
Evaluasi terapi 2-3 bulan dilakukan pada pemberian monoterapi, dan bila tidak tercapai target maka terapi mesti disesuaikan dengan penambahan jenis obat lain
5
Nathan dkk., 2009; penambahan obat dengan target kerja berbeda harus diberikan Rodbar dan Jellinger, 2010. Perlu diketahui bahwa penyakit diabetes merupakan
multiorgan, multifaktorial bukan hanya disebabkan disfungsi sel beta dan resistensi insulin pada jaringan perifer dan hati tetapi juga terjadi pada jaringan lemak
peningkatan lipolisis, penurunan sekresi dan sensitifitas inkretin gastrointestinal, peningkatan sekresi glukagon sel alfa, reabsopsi glukosa ginjal dan resistensi
insulin karena gangguan neurotransmiter pada sistem saraf pusat otak. Pemberian berbagai obat yang bekerja pada beberapa defek patofisiologi tersebut adalah wajar,
tetapi dengan pemberian berbagai jenis terapi tersebut akan meningkatkan risiko baik efek samping, penurunan kepatuhan dan tentunya pertimbangan ekonomi
Nathan dkk., 2009. Inkretin seperti GLP-1 agonis reseptor bekerja pada banyak tempat patofiologi DMT2 seperti peningkatan sekresi insulin dan menurunkan
sekresi glukagon, efek pada otak, memperlambat pengosongan lambung, menurunkan nafsu makan, dan efek preservasi sel beta pankreas khan dkk., 2011.
Sehingga saat ini terapi inkretin dipandang sebagai terapi yang idel pada penderita DMT2 Zinman, 2011.
Gambar 2.2. Perjalanan terapi pada DMT2 UKPDS, 2011
6
2.3 Insulin