Metformin Sulfonilurea Terapi Diabetes Melitus Tipe II

24 kebutuhan kalori basal 25-30 kalorikgbb, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan. Makanan sejumlah kalori tersebut kemudian dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi 20, siang 30 dan sore 25, serta 2-3 porsi makanan ringan 10-15. Untuk diabetisi yang menderita penyakit lain, makanan diatur dengan menyesuaikan dengan penyakit penyertanya. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45-65 totao asupan kalori, lemak 20-25 kebutuhan kalori, dan protein 15-20 kebutuhan kalori ADA, 2014; Perkeni, 2014. Kegiatan jasmani sehari-hari seperti berjalan kaki, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani dilakukan secara teratur 3-4 kali seminggu selama 30 menit ternyata berkaitan erat dengan kendali glisemik yang lebih baik DPP, 2002. Latihan jasmani yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani ini disesuaikan dengan usia dan status kesegaran jasmani ADA, 2014; Perkeni, 2014.

2.7.2 Metformin

Efek utama metformin adalah menurunkan “hepatic glucose output” dan menurunkan kadar glukosa puasa Kirpichnikov dkk., 2002. Mekanisme kerja molekular metformin belum sepenuhnya dipahami. Beberapa teori yang ada meliputi : metformin menghambat kerja respirasi mitokondria, aktivasi AMP- activated protein kinase AMPK, inhibisi sekresi glukagon melalui hambatan pada c-AMP, inhibis pada mitokondrial glycerophosphate dehydrogenase Rena dkk., 2013 dan efek pada mikrobakteri pada usus Burcelin, 2013. Metformin dapat meningkatkan sensitivitas kerja insulin di perifer, terutama pada otot skeletal yang 25 difasilitasi glucose transporter-4 Rena dkk., 2013. Hal inilah yang mendasari pemberian metformin pada pasien-pasien DMT2, terutama pada awal-awal diagnosis dan pada keadaan prediabetes ADA, 2014. Metformin dapat meningkatkan sekresi GLP-1 pada pasien DMT2 Eduardo dkk., 2001. Efek kerja ini diperkirakan karena kerja metformin pada usus Burcelin, 2013. Disamping itu efek ini juga dikarenakan efek antagonis glucagon dari metformin tersebut Miller dkk., 2013. Gambar 2.9. Pemberian metformin meningkatkan kadar GLP-1 Eduardo dkk., 2001 Monoterapi dengan metformin dapat menurunkan HbA1C sebesar ~ 1,5. Pada umumnya metformin dapat ditolerir oleh penderita. Efek yang tidak diinginkan yang paling sering dikeluhkan adalah keluhan gastrointestinal. Monoterapi metformin jarang disertai dengan hipoglikemia; dan metformin dapat digunakan secara aman tanpa menyebabkan hipoglikemia pada prediabetes. Efek nonglikemik yang penting dari metformin adalah tidak menyebabkan penambahan berat badan atau menyebabkan panurunan berat badan sedikit. Disfungsi ginjal merupakan kontraindikasi untuk pemakaian metformin karena akan meningkatkan risiko asidosis laktik; komplikasi ini jarang terjadi tetapi fatal Nathan dkk., 2008. 26

2.7.3 Sulfonilurea

Sulfonilurea menurunkan kadar glukosa darah dengan cara meningkatkan sekresi insulin. Dari segi efikasinya, sulfonilurea tidak berbeda dengan metformin, yaitu menurunkan HbA1C ~ 1,5. Efek yang tidak diinginkan adalah hipoglikemia yang bisa berlangsung lama dan mengancam hidup. Episode hipoglikemia yang berat lebih sering terjadi pada orang tua. Risiko hipoglikemia lebih besar dengan chlorpropamide dan glibenklamid dibandingkan dengan sulfonylurea generasi kedua yang lain. Sulfonilurea sering menyebabkan penambahan berat badan ~ 2 kg. Kelebihan sulfonilurea dalam memperbaiki kadar glukosa darah sudah maksimal pada setengah dosis maksimal, dan dosis yang lebih tinggi sebaiknya dihindari Nathan dkk., 2008. Gambar 2.10. Rekomendasi umum terapi antihiperglikemia DTM2 ADA, 2014 27

2.7.4 Glinide