23
2.7.1 Modifikasi Pola Hidup
Modifikasi pola hidup merupakan terapi non farmakologis yang meliputi edukasi, pengaturan pola diet, latihan fisik Perkeni, 2014. Modifikasi pola hidup
merupakan dasar terapi setiap pasien DMT2, dikarenakan pola hidup yang buruk merupakan faktor resiko terjadinya DMT2 UKPDS, 2011. Beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa pengaturan pola hidup yang baik dikaitkan dengan kendali glisemik yang lebih baik Nathan dkk., 2008. Hal ini terutama dikarenakan
dengan pengaturan pola hidup yang baik dapat menurunkan kejadian resistensi insulin Folsom dkk., 2004.
Edukasi yang baik akan mempengarui prilaku pasien DMT2, dengan tingkat pengetahuan yang lebih baik ternyata dapat meningkatkan kendali glisemik pasien-
pasien DMT2 Da Qing study, 2007; Finnish study, 2003. Edukasi yang diberikan kepada penderita DMT2 meliputi pemahaman tentang: perjalanan penyakit
diabetes, perlunya pengendalian dan pemantauan diabetes, penyulit dan risikonya, intervensi farmakologis dan non farmakologis, cara pemantauan gula darah mandiri
dan pemahaman tentang hasil pemantauan, mengatasi sementara keadaan darurat antara lain hipoglikemia, pentingnya latihan jasmani yang teratur, pentingnya
perawatan diri, dan keadaan khusus yang dihadapi seperti : hiperglikemia pada kehamilan ADA, 2014; Perkeni, 2014.
Pengaturan makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu telah dikaitkan dengan keberhasilan kendali
glisemik pada pesien-pasien DMT2 Da Qing study, 2007; Finnish study, 2003. Perlu ditekankan tentang pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jumlah dan jenis makanan. Jumlah kalori yang dibutuhkan dihitung berdasarkan
24
kebutuhan kalori basal 25-30 kalorikgbb, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan. Makanan
sejumlah kalori tersebut kemudian dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi 20, siang 30 dan sore 25, serta 2-3 porsi makanan ringan 10-15.
Untuk diabetisi yang menderita penyakit lain, makanan diatur dengan menyesuaikan dengan penyakit penyertanya. Komposisi makanan yang dianjurkan
terdiri dari karbohidrat 45-65 totao asupan kalori, lemak 20-25 kebutuhan kalori, dan protein 15-20 kebutuhan kalori ADA, 2014; Perkeni, 2014.
Kegiatan jasmani sehari-hari seperti berjalan kaki, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani dilakukan secara teratur 3-4 kali
seminggu selama 30 menit ternyata berkaitan erat dengan kendali glisemik yang lebih baik DPP, 2002. Latihan jasmani yang dianjurkan adalah yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani ini disesuaikan dengan usia dan status kesegaran jasmani ADA, 2014; Perkeni,
2014.
2.7.2 Metformin