1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya. Diabetes melitus tipe 1 mempunyai latar belakang kelainan berupa kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun, sedangkan
diabetes melitus tipe 2 mempunyai latar belakang resistensi insulin. Pada awalnya resistensi insulin belum menyebabkan klinis diabetes. Sel beta pankreas masih
dapat mengkompensasi, sehingga terjadi hiperinsulinemia, kadar glukosa darah masih normal atau sedikit meningkat, selanjutnya terjadi kelelahan sel beta
pankreas, baru terjadi DMT2 yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah ADA, 2014. Penderita DMT2 mengalami penurunan sensitivitas insulin
terhadap kadar glukosa, yang berakibat kadar glukosa yang tinggi. Keadaan ini disertai dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan
ambilan glukosa, sehingga mekanisme ini menyebabkan meningkatnya resistensi insulin perifer Perkeni, 2014.
Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia sebagai akibat dari kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya Abate dan Chandalia, 2001. Diabetes Melitus merupakan masalah kesehatan yang komplek karena didalamnya terdapat peran berbagai problematika
fisiologi dan biokimia akibat kondisi dimana terdapat defisiensi insulin dan gangguan fungsi insulin. Meningkatnya angka kejadian DMT2 banyak dipengaruhi
8
2
oleh pola hidup diabetogenik, yang melengkapi defek genetik yang sebelumnya telah ada pada sel beta pankreas. Beberapa gaya hidup yang dimaksud adalah
asupan kalori yang berlebihan oleh karena cara makan atau pola makan yang salah, mengkonsumsi banyak makanan tinggi kalori, serta pengeluaran kalori yang tidak
memadai terutama pada mereka yang jarang berolah raga dan aktifitas di luar ruangan yang minimal Meier dkk., 2011.
Tabel.2.1. Kriteria diagnosis DM Perkeni, 2014
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mgdl 11,1 mmolL
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
atau 2.
Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mgdl 7.0 mmolL Puasa diartikan penderita tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
atau 3.
Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mgdl 11,1 mmolL TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan glukosa yang setara
dengan 75 g glukosa anhidrous yang dilarutkan kedalam air. Pemeriksaan HbA1C
≥ 6,5 oleh ADA 2014 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang terstandarisasi
dengan baik.
Pada individu sehat, hormon kunci untuk mengontrol glukosa darah adalah glukagon dan insulin. Insulin adalah hormon pengatur glukosa darah, yang
menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi, insulin diproduksi oleh sel beta Langerhans kelenjar pankreas Stumvoll
dkk., 2010.
3
Setelah makan sekresi insulin akan meningkat sehingga terjadi pengambilan glukosa postprandial di hati dan jaringan perifer sedangkan sekresi glukagon
berkurang. Pada saat kadar glukosa plasma rendah, sekresi glukagon akan meningkatkan konsentrasi glukosa plasma dengan menstimulasi pemecahan
glikogen yang tersimpan dalam hati menjadi glukosa dan meningkatkan hepatic gluconeogenesis. Glukagon berfungsi sebagai kontra regulasi insulin dalam
menjaga homeostasis glukosa normal Theodorakis dkk., 2011. Pada penderita DMT2, terdapat relatif kekurangan insulin sehingga regulasi
gula darah terganggu. Pada kondisi DMT2, walau pun kadar glukosa darah sudah tinggi, pemecahan lemak dan protein menjadi glukosa glukoneogenesis di hati
tidak dihambat sehingga kadar glukosa darah makin meningkat Abate dan Chandalia, 2001. Jika dibiarkan kondisi ini akan berlanjut menjadi disregulasi
metabolik dimana kadar gula darah yang tinggi akan mengalami oksidasi dan mencederai tubuh pada tingkat seluler. Disregulasi gula darah jika berlanjut akan
menimbulkan komplikasi bahkan kegawatan seperti ketoasidosis diabetik, koma hiperosmolar non ketosis atau laktat asidosis. Pada tingkat organ akan terjadi mikro
angiopati dan makro angiopati. Kondisi ini bila berlanjut dapat mengakibatkan kematian Jain dan Saraf, 2010.
2.2 Perjalanan Alamiah Penderita DMT2