191
mengurangi hambatan tersebut, dosen perlu mengajarkan kepada mahasiswa teknik presentasi yang komunikatif di depan kelas, di awal-awal perkuliahan.
E. PERBAIKAN MODEL PEMBELAJARAN
Pada awalnya, model pembelajaran yang menekankan kepada peningkatan kualitas proses perkuliahan Strategi Pembelajaran terutama dari segi keaktifan
mahasiswa dikembangkan melalui 6 langkah kegiatan pembelajaran, yaitu 1 orientasi awal, 2 pembentukan penugasan tim, dan 3 eksplorasi ketiganya
disebut tahap belajar dalam tim, serta 4 re-orientasi, 5 presentasi tim, dan 6 refleksi penyimpulan ketiganya disebut tahap belajar antar tim. Berdasarkan
hasil uji coba terbatas, untuk memperoleh sosok model yang dianggap memadahi sesuai kondisi yang ada dan karakteristik materi perkuliahan, dikembangkan
menjadi 8 langkah kegiatan pembelajaran, yaitu: 1 orientasi awal, 2 pembentukan penugasan tim, dan 3 eksplorasi ketiga kegiatan merupakan
tahap belajar dalam tim, serta 4 re-orientasi, 5 presentasi tim, 6 pengecekan pemahaman, 7 refleksi penyimpulan, dan 8 evaluasi formatif kelima
kegiatan terakhir merupakan tahap belajar antar tim. Pengembangan tahap belajar antar tim dari 3 langkah kegiatan
pembelajaran menjadi 5 langkah kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan oleh karena seperti hasil uji coba tahap belajar antar tim putaran 1 dan 2 dengan pola
tiga langkah kegiatan pembelajaran tampak belum mampu meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam proses interaksi perkuliahan secara optimal. Kekurang
optimalan mahasiswa tersebut selain disebabkan oleh penyajian tim yang kurang menarik juga terpengaruh oleh kebiasaan kegiatan perkuliahan sebelumnya yang
192
cenderung mengkondisikan mahasiswa untuk duduk manis mendengarkan ceramah dari dosen. Untuk mengatasi kebiasaan pasif mahasiswa ini diperlukan
langkah kegiatan perkuliahan yang diharapkan lebih mampu mengkondisikan dan mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dalam proses interaksi perkuliahan.
Dengan penambahan kegiatan “pengecekan pemahaman” pada tahap belajar antar tim di putaran 3, keaktifan mahasiswa dalam proses interaksi perkuliahan menjadi
lebih meningkat tetapi masih belum optimal. Untuk lebih mengoptimalkan keaktifan mahasiswa, maka perlu ditambahkan langkah evaluasi formatif pada
setiap akhir putaran tahap belajar antar tim. Dengan adanya evaluasi formatif di setiap akhir putaran, maka mahasiswa akan tertantang untuk menguasai materi
yang dibahas pada setiap putaran. Tantangan ini tentunya juga akan berdampak pada perhatian dan keaktifan mahasiswa dalam proses interaksi perkuliahan.
Berdasarkan pengamatan,
penambahan kedua
langkah kegiatan
pembelajaran tersebut nampaknya menjadikan model pembelajaran “active learning” dengan metode kelompok sebagai suatu model pembelajaran yang
menekankan keaktifan mahasiswa dalam proses interaksi perkuliahan berkembang lebih sempurna dan berfungsi cukup efektif. Hal ini dapat dilihat diantaranya dari
tingkat perhatian dan keaktifan mahasiswa dalam proses interaksi perkuliahan yang semakin meningkat.
Selanjutnya sosok model pembelajaran “active learning” dengan metode kelompok sebagai hasil uji coba terbatas digambarkan pada gambar 7 berikut ini.
193
Gambar 7. Prosedur model pembelajaran “active learning” hasil uji terbatas
F. HASIL UJI COBA LEBIH LUAS