189
dan diskusi secara seksama, dan mencatat hal-hal penting, sehingga dapat diketahui jika ada materi yang mungkin masih belum tuntas dikaji atau pun
mengalami miskonsepsi. Dengan adanya langkah kegiatan evaluasi formatif di setiap akhir putaran ini diharapkan mampu mengkondisikan mahasiswa untuk
lebih aktif mengikuti jalannya diskusi kelas. 6.
Hasil Observasi dan Rekomendasi pertemuan 6 Pertemuan 6 merupakan pertemuan untuk melaksanakan tahap belajar
antar tim pada putaran 4. Tahap belajar antar tim pada putaran 4 ini mencakup kegiatan re-orientasi, presentasi tim, pengecekan pemahaman, refleksi
penyimpulan, serta evaluasi formatif. Dalam putaran 4 ini dosen telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sesuai yang diharapkan.
Kuantitas mahasiswa yang terlibat aktif dalam perkulihan meningkat dari 50 menjadi 70 dan kemampuan berkomunikasi kemampuan menjelaskan,
berbicara, menyampaikan pendapat atau gagasan mahasiswa juga semakin baik.
3. Interpretasi Hasil Uji Coba Terbatas
Berdasarkan data yang diperoleh dari setiap putaran pada keseluruhan uji coba terbatas, maka nampak bahwa kemampuan dosen dalam mendorong atau
memotivasi keaktifan mahasiswa menjadi penentu awal keberhasilan dosen dalam melaksanakan model pembelajaran ‘active learning”. Kekurang mampuan dosen
dalam memotivasi belajar siswa dan minimnya pemberian motivasi akan menghambat implementasi dari model pembelajaran “active learning” dengan
190
metode kelompok. Untuk mengoptimalkan keaktifan mahasiswa dalam proses tahap belajar antar tim diperlukan suatu pendekatan atau suatu kegiatan yang
mampu mengkondisikan dan mendorong mahasiswa untuk mengaktifkan segala potensi kemampuan belajarnya. Kegiatan tersebut diantaranya pengecekan
pemahaman dan evaluasi formatif yang diberikan pada setiap akhir putaran. Dalam pengecekan pemahaman yang dilakukan secara acak, mahasiswa
bisa disuruh menjelaskan ulang dari materi yang disampaikan tim penyaji dengan menggunakan bahasa sendiri. Kegiatan ini selain berguna untuk melacak
efektivitas presentasi mahasiswa, juga dapat mendorong perhatian, ketrampilan mencatat, dan keaktifan mahasiswa dalam proses interaksi perkuliahan. Kegiatan
ini sekaligus dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan berkomunikasi mahasiswa.
Evaluasi formatif yang diberikan pada setiap akhir putaran dengan tujuan untuk mengkondisikan dan mendorong mahasiswa agar lebih berkonsentrasi dan
aktif mengikuti jalannya proses interaksi perkuliahan terbukti mampu meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa. Hal ini dikarenakan mahasiswa takut
tidak mampu mengerjakan evaluasi formatif yang diberikan atau takut nilai hasil evaluasi formatifnya menjadi rendah.
Secara umum kemampuan presentasi dan berkomunikasi performa mahasiswa program S1 di depan kelas masih cukup rendah. Hal ini cukup
menghambat efektivitas pembelajaran model kelompok, karena kekakuan tim penyaji dalam menyampaikan materi ternyata menjadikan mahasiswa lain kurang
memperhatikan dan sulit menangkap subtansi materi yang disampaikan. Untuk
191
mengurangi hambatan tersebut, dosen perlu mengajarkan kepada mahasiswa teknik presentasi yang komunikatif di depan kelas, di awal-awal perkuliahan.
E. PERBAIKAN MODEL PEMBELAJARAN
Pada awalnya, model pembelajaran yang menekankan kepada peningkatan kualitas proses perkuliahan Strategi Pembelajaran terutama dari segi keaktifan
mahasiswa dikembangkan melalui 6 langkah kegiatan pembelajaran, yaitu 1 orientasi awal, 2 pembentukan penugasan tim, dan 3 eksplorasi ketiganya
disebut tahap belajar dalam tim, serta 4 re-orientasi, 5 presentasi tim, dan 6 refleksi penyimpulan ketiganya disebut tahap belajar antar tim. Berdasarkan
hasil uji coba terbatas, untuk memperoleh sosok model yang dianggap memadahi sesuai kondisi yang ada dan karakteristik materi perkuliahan, dikembangkan
menjadi 8 langkah kegiatan pembelajaran, yaitu: 1 orientasi awal, 2 pembentukan penugasan tim, dan 3 eksplorasi ketiga kegiatan merupakan
tahap belajar dalam tim, serta 4 re-orientasi, 5 presentasi tim, 6 pengecekan pemahaman, 7 refleksi penyimpulan, dan 8 evaluasi formatif kelima
kegiatan terakhir merupakan tahap belajar antar tim. Pengembangan tahap belajar antar tim dari 3 langkah kegiatan
pembelajaran menjadi 5 langkah kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan oleh karena seperti hasil uji coba tahap belajar antar tim putaran 1 dan 2 dengan pola
tiga langkah kegiatan pembelajaran tampak belum mampu meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam proses interaksi perkuliahan secara optimal. Kekurang
optimalan mahasiswa tersebut selain disebabkan oleh penyajian tim yang kurang menarik juga terpengaruh oleh kebiasaan kegiatan perkuliahan sebelumnya yang