BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dalam beberapa dekade terakhir membuat hidup manusia menjadi semakin
mudah. Hal ini ditandai dengan peningkatan penggunaan tenaga mesin dan pengurangan penggunaan tenaga manusia. Manusia akan cenderung kurang
melakukan aktivitas fisik dan memiliki sedentary life style. Sedentary life style akan berkorelasi dengan terjadinya obesitas dan obesitas berhubungan dengan
penurunan kebugaran fisik Ortega et al., 2007. Obesitas merupakan masalah sosial yang serius di seluruh dunia. Pada
tahun 2005, World Health Organization WHO 2010 mengumumkan bahwa di seluruh dunia kurang lebih 1,6 miliar orang dewasa mengalami kelebihan berat
badan dan setidaknya 400 juta dari populasi tersebut obesitas. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa obesitas telah memberikan
dampak yang signifikan terhadap timbulnya morbiditas dan mortalitas. Pria obesitas memiliki risiko tiga kali lebih tinggi untuk penyakit kardiovaskular dan
dua kali lebih berisiko untuk semua penyebab kematian Ming et al., 1999. Pria obesitas juga memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit, termasuk
sindrom metabolik diabetes, hipertensi, dislipidemia, sesak nafas, dan buruknya kualitas hidup Thang et al., 2006.
Obesitas merupakan indikator status berat badan yang diukur melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT. Menurut WHO, IMT seseorang dapat
dibedakan menjadi underweight, normoweight, normoweight, overweight, obese. Pengukuran IMT merupakan salah satu pengukuran antropometri untuk
mengetahui komposisi tubuh seseorang Thang et al., 2006. Menurut American College of Sports Medicine ACSM 2008,
kebugaran fisik adalah kemampuan jantung, pembuluh darah, paru-paru, dan otot untuk bekerja dengan efisiensi yang optimal. Kebugaran fisik juga terkait dengan
Universitas Sumatera Utara
kemampuan untuk melaksanakan aktivitas fisik pada level sedang hingga berat tanpa mengalami kelelahan yang semestinya serta kemampuan untuk
mempertahankannya sepanjang hidup. Dengan adanya kebugaran fisik, tubuh kita sanggup untuk melakukan penyesuaian terhadap beban fisik yang diberikan
kepadanya sehingga dapat menghindari kelelahan yang berlebihan. Kebugaran fisik terbagi menjadi dua komponen yaitu kebugaran fisik
terkait kesehatan health related component dan kebugaran fisik terkait kemampuan atletis performance or skill related component. Kebugaran fisik
terkait kesehatan mencakup kebugaran kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas, kekuatan otot, dan ketahanan otot. Kebugaran fisik terkait
kemampuan atletis mencakup keseimbangan, waktu reaksi, koordinasi, ketangkasan, kecepatan, dan kekuatan ACSM, 2008.
Salah satu komponen kebugaran fisik adalah kebugaran kardiorespirasi. Pengukuran ambilan oksigen maksimal VO
2max
merupakan indikator terbaik dari kebugaran kardiorespirasi So dan Choi, 2010. VO
2max
adalah jumlah oksigen maksimum dalam mililiter yang dapat digunakan dalam satu menit per kilogram
berat badan. Orang yang kebugarannya baik memiliki nilai VO
2max
tinggi pada kelompoknya.
Berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara penurunanan VO
2max
dengan berbagai tingkat mortalitas dan morbiditas. Rendahnya VO
2max
memiliki hubungan yang kuat peningkatan risiko 3-6 kali dengan terjadinya hipertensi, diabetes, dan sindrom metabolik Carnethon et al., 2003.
Kebugaran fisik berperan penting dalam hidup. Kebugaran fisik tidak hanya diperlukan oleh seorang olahragawan untuk penampilan yang lebih baik,
tetapi juga oleh nonolahragawan untuk mempertahankan kesehatan. Mahasiswa kedokteran kelak akan menjadi seorang dokter dan dokter yang baik harus
memiliki kebugaran fisik yang baik pula Prajapati et al., 2008. Penelitian untuk mengetahui hubungan IMT dengan kebugaran fisik pada
mahasiswa kedokteran masih sangat terbatas. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk malakukan penelitian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah