Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran Fisik

Perempuan 42 36.6 - 42 35.2 – 36.4 34.4 - 35 34.4 Untuk melakukan Mc Ardle Step Test, ada persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu tidak berada pada keadaan yang kontraindikasi, baik relatif maupun absolut untuk melakukan tes ini. Yang menjadi kontraidikasi absolut adalah ada riwayat miokard infark, angina tidak stabil, aritmia jantung, stenosis aorta, gagal jantung, emboli paru akut, miokarditis atau perikarditis akut. Yang menjadi kontraidikasi relatif adalah stenosis arteri coroner, stenosis katup, hamil, ketidakseimbangan elektrolit, hipertensi, takiaritmia, bradiaritmia, kardiomiopati, AV blok, gangguan sistem muskuloskeletal, demensia atau kondisi psikiatri lainnya ACSM, 2008.

2.6 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran Fisik

Ada banyak sekali faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan jaringan adiposa, salah satu yang dihipotesiskan adalah berkurangnya kebugaran kardiorespirasi. Kebugaran kardiorespirasi adalah salah satu faktor determinan kesehatan sepanjang hidup yang independen. Pada usia dewasa, tingginya kebugaran kardiorespirasi merupakan faktor proteksi terhadap penyakit kardiovaskuler dan semua penyebab mortalitas. Pada usia dewasa muda, kebugaran kardiorespirasi memiliki hubungan terbalik dengan tekanan darah, kolesterol total, dan penanda proinflamasi Byrd-William et al., 2008. Kelebihan berat badan memberikan pengaruh buruk hampir pada semua sistem di dalam tubuh manusia. Pada dasarnya pengaruh buruk tersebut berasal dari 2 faktor: 1. Peningkatan massa dari jaringan adiposa 2. Peningkatan sekresi produk patogenik dari sel-sel lemak yang membesar Peningkatan jaringan adiposa, khususnya jaringan adiposa viseral, berhubungan dengan penurunan fungsi endotel pembuluh darah. Fungsi endotel mengacu pada kapasitas fungsional secara umum dari sel endotel pembuluh darah, Universitas Sumatera Utara terutama dalam menghasilkan dan melepaskan nitric oxide NO. Berkurangnya sintesis danatau ketersediaan NO berhubungan dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, inflamasi, adhesi, trombosis, dan berkurangnya kemampuan vasodilatasi. Selain itu abnormalitas fungsi endotel berhubungan dengan sejumlah faktor penyakit kardiovaskuler Davison et al., 2010. Peningkatan asam lemak bebas dari hasil sel-sel lemak pada individu yang mengalami obesitas berperan dalam terjadinya resistensi insulin. Penurunan kebugaran kardiorespirasi merupakan pertanda awal terjadinya resistensi insulin pada orang yang menderita diabetes mellitus DM tipe 2. Tahap awal terjadinya resistensi insulin pada pasien DM tipe 2 adalah terganggunya aktivitas mitokondria. Kaplan et al. 1991 dalam Leite et al. 2009 mengemukakan bahwa insulin memainkan peranan yang penting dalam meregulasi fungsi transporter anion di mitokondria selama terjadinya siklus Kreb. Jika mitokondria terganggu maka konsumsi glukosa dan oksigen akan terganggu dan hal ini akan berdampak pada kemampuan seseorang untuk memiliki tingkat kebugaran yang baik dan sebagai konsekuensi nilai VO 2max orang tersebut akan rendah. Pada individu yang mengalami obesitas, terjadi pelepasan sitokin, khususnya IL-6, yang menstimulasi faktor-faktor proinflamasi. Selain itu, juga terjadi peningkatan sekresi protrombin activator inhibitor-1 dari sel-sel lemak yang membuat orang obesitas memiliki faktor prokoagulan yang lebih sensitif. Hal ini kemudian berpengaruh pada fungsi endotel dan akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan hipertensi. Produksi estrogen dari massa stroma memainkan peranan dalam risiko terjadinya kanker payudara. Keseluruhan efek ini akan meningkatkan risiko terjadinya pemendekan usia harapan hidup Bray, 2004. Jumlah lemak tubuh yang berlebihan juga akan menghambat fungsi jantung pada saat melakukan latihan. Hal ini terjadi karena otot-otot yang aktif bekerja pada saat latihan gagal untuk melakukan ekstraksi oksigen akibat deposisi jaringan lemak yang tidak proporsional. Pada individu yang kehilangan berat badan selama program penurunan berat badan, terjadi peningkatan VO 2max karena terjadi pengurangan jumlah lemak yang dapat menghambat penggunaan oksigen oleh otot Chatterjee et al., 2005. Universitas Sumatera Utara Tekanan darah meningkat pada individu yang kelebihan berat badan. Hipertensi pada orang yang kelebihan berat sangat berkaitan dengan terganggunya aktivitas saraf simpatik. Pada individu yang mengalami kegemukan terjadi peningkatan nerve firing rate dibanding individu dengan berat badan normal. Akibatnya terjadi peningkatan yang tidak seimbang dalam output jantung karena peningkatan aktivitas simpatik yang meningkatkan tekanan darah. Selain itu juga terjadi peningkatan resistensi perifer. Kegemukan dan hipertensi berinteraksi dengan fungsi jantung Laxmi, 2008. Obesitas dikaitkan dengan tingginya prevalensi hipertrofi ventrikel kiri. Pola yang paling umum dari geometri ventrikel kiri pada orang gemuk adalah hipertrofi konsentris. Kombinasi kelebihan berat badan dan hipertensi menyebabkan penebalan dinding ventrikel sehingga terjadi hipertrofi ventrikel. Hipertrofi ventrikel akan menyebabkan volume jantung menjadi lebih besar sehingga kemungkinan besar dapat terjadi gagal jantung. Penyebab lain terjadinya hipertrofi ventrikel kiri pada obesitas termasuk efek trofik dari hormon yang disekresikan lemak. Bila fungsi jantung terganggu atau menurun maka kebugaran kardiorespirasi akan terganggu juga Shakher et al., 2004 dalam Tomlinson et al., 2008. Peningkatan lemak tubuh memberikan dampak yang signifikan hampir pada semua sistem yang ada di dalam tubuh manusia. Tingginya deposisi lemak akan memengaruhi cardiac output karena terjadi penebalan ventrikel. Akibatnya jumlah darah yang dipompakan menjadi lebih sedikit, oksigen yang diedarkan ke otot yang sedang bekerja juga menjadi sedikit. Deposisi lemak juga akan menghambat otot dalam menggunakan pasokan oksigen dari darah. Hal ini diperburuk dengan peningkatan resistensi pembuluh darah akibat penumpukan lemak yang dapat menghambat pendistribusian oksigen ke seluruh sel dalam tubuh. Semua hal ini akan mengakibatkan berkurangnya ambilan oksigen. Jika hal ini terus menerus terjadi maka akan terjadi penurunan dalam kebugaran kardiorespirasi seseorang. Penurunan kardiorespirasi akan memperburuk dampak Universitas Sumatera Utara negatif yang telah ditimbulkan dari peningkatan lemak tubuh, akibatnya risiko morbiditas dan mortalitas yang ditimbulkan menjadi meningkat Bray, 2004. Pada individu yang overweight dan obese, tubuh akan menjadi kurang sensitif dan terjadi keterbatasan tubuh dalam melakukan berbagai aktivitas sehari- hari secara leluasa. Obesitas akan memberikan beban yang terlalu berat untuk jantung dengan meningkatnya low density lipoprotein LDL dan menurunnya high density lipoprotein HDL. Beban yang terlalu berat akan mengganggu fungsi jantung, bahkan dapat menyebabkan gagal jantung. Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai penurunan kebugaran kardiorespirasi Ming et al., 1999; So dan Choi, 2010. Obesitas berhubungan dengan resistensi insulin yang akan berakibat terjadinya hiperinsulinemia. Hiperinsulinemia akan meningkatkan tekanan darah secara langsung dengan peningkatan reabsorpsi natrium di tubulus renalis bagian distal dan secara tidak langsung melalui perangsangan sistem saraf simpatis serta augmentasi angiotensin II yang diperantarai oleh sekresi aldosteron. Hal ini menunjukkan bahwa obesitas memainkan peranan penting dalam inisiasi dan perkembangan hipertensi Shakher et al., 2004 dalam Tomlinson et al., 2008. Kebugaran kardiorespirasi bukan hanya merupakan alat ukur objektif dalam menilai kebiasaan aktivitas fisik, tetapi juga berguna sebagai indikator diagnostik dan prognostik pada pasien klinis Lee et al., 2010. Aktivitas fisik dan kebugaran kardiorespirasi adalah determinan yang penting dan bersifat dependen sebagai penentu kematian pada individu yang overweight dan obesitas. Rendahnya aktivitas fisik dan kebugaran kardiorespirasi juga berhubungan dengan meningkatnya tingkat mortalitas pada individu dengan diabetes. Ada hubungan terbalik antara angka kematian dengan tingkat kebugaran pada orang dengan normoweight, overweight, maupun individu yang obesitas Church et al., 2005. Rendahnya kebugaran kardiorespirasi berhubungan kuat dengan tingginya risiko semua penyebab kematian pada pria dengan diabetes dan hubungan ini berlaku baik untuk normoweight, overweight, dan obese. Kebugaran yang lebih tinggi berbanding terbalik dengan kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada Universitas Sumatera Utara pria dengan diabetes pada IMT normoweight, overweight, atau obese kelas I. Walaupun kebugaran kardiorespirasi dipengaruhi oleh komponen genetik 25 - 40, cukup jelas jika latihan fisik yang regular adalah penentu kebugaran Church et al., 2005. Berdasarkan penelitian Ross dan Janiszewski 2008, pada individu yang mengalami obesitas yang terkait dengan risiko penyakit kardiovaskuler sebaiknya disarankan untuk melakukan olahraga yang menurunkan berat badan karena akan memberikan efek yang besar dalam menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Hal ini dilakukan karena setelah berolahraga terjadi perbaikan dalam beberapa faktor risiko penyakit kardiometabolik, contohnya, resistensi insulin akan membaik kurang lebih 20 setelah olahraga aerobik selama satu jam pada orang yang sehat, orang yang mengalami resistensi insulin, maupun orang dengan diabetes. Perbaikan ini sebanding dengan intervensi farmakologi. Olahraga aerobik selama satu jam juga akan menurunkan trigliserida sampai 10 - 25 dan meningkatkan kolesterol HDL 7 - 15 serta dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga akan memengaruhi komposisi tubuh terutama mengurangi lemak viseral, selain itu akan memperbaiki fungsi glucose transporter 4 GLUT 4 di otot rangka dan meningkatkan efisiensi metabolism pada otot Ross dan Janiszewski, 2008. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep