Pengaruh genetika adalah sekitar 25 - 40 untuk VO
2max
Church et al., 2005
5. Ketinggian
VO
2max
menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian di atas 1600 m. Untuk setiap kenaikan 1000 m diatas 1600 m, ambilan oksigen maksimum
akan menurun sekitar 8 - 11. VO
2max
berkurang 26 pada ketinggian 4000 m. Penurunan ini terjadi karena penurunan curah jantung hasil kali
volume sekuncup dengan denyut jantung. Volume sekuncup mengalami penurunan karena terjadinya penurunan volume plasma darah.
6. Latihan
Latihan merupakan kegiatan terstruktur yang direncanakan dan dirancang untuk meningkatkan kebugaran fisik secara keseluruhan Steele et al.,
2008. Kebiasaan latihan pada seseorang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap VO
2max
, hal ini bervariasi antara 5 - 20 tergantung dari kebugaran pada saat melakukan uji kebugaran.
2.5 Pengukuran VO
2max
Kebugaran kardiorespirasi dapat dinilai dengan berbagai teknik, secara langsung ataupun tidak langsung. Kebugaran kardiorespirasi dapat diukur secara
langsung di dalam laboratorium atau secara tidak langsung dengan diprediksi menggunakan banyak metode ACSM, 2008.
Ada tiga jenis tes yang umum untuk menilai kebugaran kardiorespirasi, yaitu tes di lapangan field test, tes dengan kekuatan sub maksimal sub maximal
exertion, dan tes dengan kekuatan maksimal maximal exertion ACSM, 2008. Pada tes di lapangan, subjek melakukan suatu latihan dengan jarak tertentu
atau melakukan latihan menurut waktu yang ditetapkan untuk memprediksi kebugaran kardiorespirasi. Tes ini umumnya menuntut upaya maksimal untuk
memperoleh hasil terbaik dalam menentukan kebugaran kardiorespirasi. Metode pengujian meliputi berjalan, berjalan dan berlari, berlari, bersepeda, berenang, dan
lain-lain ACSM, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Pada tes dengan beban kerja submaksimal submaximal exertion dapat menggunakan tes langkah step test atau tes dengan tahapan tunggal maupun
multi-protokol untuk memprediksi kapasitas aerobik maksimal atau kebugaran kardiorespirasi. Variabel tertentu diukur dari test ini biasanya respon denyut
jantung, dari
hasil tersebut
dapat diestimasi
nilai kebugaran
kardiorespirasi. Metode pengujian mencakup tes langkah step test, treadmill, bersepeda, dan lain-lain. Sebagian dari tes ini dilakukan di laboratorium ACSM,
2008. Tes dengan beban kerja maksimal maximal exertion menggunakan tes
olahraga yang berjenjang dan progresif untuk mengukur kelelahan. Dengan demikian, tes ini menggunakan tenaga semaksimal mungkin. Tes ini menetukan
nilai kebugaran kardiorespirasi bukan sekedar memprediksi nilai kebugaran kardiorespirasi. Tes ini dilakukan dengan atau tanpa pengumpulan gas metabolik
dan dilakukan di laboratorium ACSM, 2008. Pengukuran terbaik terhadap kemampuan maksimal sistem kardiorespirasi
adalah dengan beban kerja maksimal. Pengukuran secara langsung, yaitu dengan menggunakan spirometer sirkuit terbuka atau tertutup untuk mengumpulkan gas
metabolik atau gas yang diekspirasikan selama latihan dengan treadmill dan ergocycle di laboratorium. Namun cara ini tidak dapat dilakukan di lapangan,
sehingga dilakukan uji tidak langsung, yaitu digunakan estimasi VO
2max
dengan uji submaksimal menggunakan ergocycle, treadmill atau step test. Menurut
penelitian tidak terdapat perbedaan bermakna antara pengukuran cara langsung dan tidak langsung. Pada tiap protokol hubungan antara denyut jantung maksimal
dengan beban maksimal telah diuji. Kapasitas VO
2max
kemudian diestimasikan dari perhitungan VO
2max
pada beban maksimal ACSM, 2008. Menentukan tingkat kebugaran kardiorespirasi paling baik dengan
pengukuran secara langsung nilai VO
2max
ketika malakukan latihan. VO
2max
menggambarkan kemampuan tubuh untuk mentransportasikan oksigen dan menggunakannya. Mengukur VO
2max
secara langsung biasanya melalui latihan fisik bertahap dan menggunakan protokol tes tertentu yang paling sesuai dengan
orang yang akan ditentukan VO
2max
-nya Cheevers dan Pettersen, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran langsung VO
2max
adalah cara terbaik namun juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain tes sulit dan sangat melelahkan. Banyak orang,
terutama penderita penyakit kronis tidak dapat mencapai nilai VO
2max
yang sebenarnya, hal ini bukan dikarenakan keterbatasan pasokan oksigen tetapi karena
faktor lain seperti kelelahan mental, katakutan, hilangnya motivasi, dan munculnya gejala nyeri dada maupun pandangan gelap. Menurut Durstine dan
Moore 2003 dalam Cheevers dan Pettersen 2007, jika hal tersebut terjadi, berarti orang tersebut dikatakan mengalami symptom-limited exhaustion dan
hanya mencapai nilai VO
2peak
. Menurut Maud dan Foster 1995 dalam Cheevers dan Pettersen 2007,
pengukuran VO
2max
secara langsung juga memerlukan peralatan yang mahal, instruktur yang terlatih dan kehadiran seorang ahli jantung atau dokter diharuskan.
Berdasarkan alasan di atas, pengukuran VO
2max
secara langsung tidaklah praktis untuk screening secara umum dan populasi yang besar.
Tes langkah telah ada selama lebih dari 50 tahun dalam pengujian kebugaran. Ada banyak protokol yang telah dikembangkan yang menggunakan tes
langkah untuk memprediksi kebugaran kardiorespirasi. Penulis akan membahas penggunaan Mc Ardle Step Test atau Queens College Step Test untuk
memprediksi VO
2max
ACSM, 2008. Pada tes ini, subjek akan melangkah ke atas dan ke bawah pada bangku
dengan standar tinggi yang telah ditetapkan, selama jangka waktu tertentu dalam irama langkah yang telah ditetapkan. Setelah periode waktu tes selesai, denyut
nadi radialis pada masa pemulihan akan diukur dan digunakan dalam memprediksi VO
2max
. Semakin rendah denyut nadi radialis pada masa pemulihan, semakin bugar individu tersebut ACSM, 2008.
Secara umum, tes langkah hanya menggunakan sedikit peralatan dan cukup sederhana. Yang diperlukan adalah sebuah arloji, metronom, dan sebuah
bangku dengan tinggi tertentu. Tindakan pencegahan khusus untuk keamanan diperlukan bagi mereka yang mungkin memiliki masalah keseimbangan atau
kesulitan dengan melangkah ACSM, 2008. Prosedur McArdle Step Test
Universitas Sumatera Utara
1. Subjek melangkah ke atas dan ke bawah pada bangku dengan ketinggian
16,25 inchi 41,30 cm selama 3 menit. 2.
Subjek laki-laki melangkah dengan irama 24 kali per menit, sedangkan perempuan 22 kali per menit. Irama ini harus dipantau dan diatur dengan
penggunaan metronom elektronik. Dua puluh empat kali per menit berarti bahwa melangkah ke atas dengan satu tungkai, diikuti dengan tungkai
yang lain, kemudian melangkah turun dengan satu tungkai, dan diikuti dengan tungkai yang lain, dilakukan 24 kali dalam satu menit.
3. Setelah selesai setelah 3 menit subjek diminta untuk tetap berdiri dan
denyut nadi radialis diukur dari detik ke-5 sampai detik ke-20 periode pemulihan. Denyut nadi selama 15 detik tersebut dikonversi menjadi
denyut per menit dengan dikalikan empat.
Besar VO
2max
ditentukan dari denyut nadi pada periode pemulihan melalui rumus: Untuk Laki-laki: VO
2max
mlkgmin = 111.33 - 0.42 x DJ Untuk Perempuan: VO
2max
mlkgmin = 65.81 - 0.1847 x DJ DJ= denyut jantung kalimenit di arteri radialis pada periode pemulihan
Tabel 2.2 Klasifikasi VO
2max
pada McArdle Step Test berdasarkan Pulsasi Nadi Radialis kalimenit
Jenis Kelamin
Sangat Baik
Baik Cukup
Kurang Sangat
Kurang Laki-laki
121 148 - 121
156 – 149 162 - 157
162
Perempuan
129 158 - 129
166 – 159 170 – 167
170 Sumber: ACSM, 2008
Sehingga besar VO
2max
berdasarkan rumus menjadi:
Tabel 2.3 Klasifikasi Nilai VO
2max
Jenis Kelamin
Sangat Baik
Baik Cukup
Kurang Sangat
Kurang Laki-laki
60.5 49.2 – 60.5 45.8 – 48.8 43.3 – 45.4
43.3
Universitas Sumatera Utara
Perempuan 42
36.6 - 42 35.2 – 36.4
34.4 - 35 34.4
Untuk melakukan Mc Ardle Step Test, ada persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu tidak berada pada keadaan yang kontraindikasi, baik relatif
maupun absolut untuk melakukan tes ini. Yang menjadi kontraidikasi absolut adalah ada riwayat miokard infark, angina tidak stabil, aritmia jantung, stenosis
aorta, gagal jantung, emboli paru akut, miokarditis atau perikarditis akut. Yang menjadi kontraidikasi relatif adalah stenosis arteri coroner, stenosis katup, hamil,
ketidakseimbangan elektrolit, hipertensi, takiaritmia, bradiaritmia, kardiomiopati, AV blok, gangguan sistem muskuloskeletal, demensia atau kondisi psikiatri
lainnya ACSM, 2008.
2.6 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran Fisik