Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera Indonesia Di Net

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

Dewi Apriani

NIM: 1111051100059

KONSENTRASI JURNALISTIK

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ANALISIS DESKRIPTIF

PRODUKSI SIARAN BERITA DOKUMENTER

LENTERA INDONESIA DI NET

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

Dewi Apriani

1111051100059

Pembimbing:

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA

NIP: 19710412 200003 2 001

KONSENTRASI JURNALISTIK

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 29 Juni 2015


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS DESKRIPTIF PRODUKSI SIARAN BERITA DOKUMENTER LENTERA INDONESIA DI NET, telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Juli 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Jurnalistik.

Jakarta, 7 Juli 2015

Sidang Munaqasah

Ketua Sekretaris

Dr. Roudhonah, M. Ag Dra. Musfirah Nurlaily, MA NIP. 19710412 200003 2 001 NIP. 19580910 198703 2 001

Anggota

Penguji I Penguji II

Kholis Ridho, M. Si Umi Musyarrofah, MA NIP. 19780114 200912 1 002 NIP. 19710816 199703 2 002

Pembimbing

Dra. Musfirah Nurlaily, MA NIP. 19710412 200003 2 001


(5)

i

Dewasa ini, televisi menjadi media yang kerap diakses masyarakat. Tiap stasiun televisi berlomba menyajikan acara yang segar dan menarik. Program yang pasti disajikan tiap televisi ialah berita. Program berita menjadi ciri khas sebuah stasiun televisi, termasuk NET dalam menyajikan berita dokumenter Lentera Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, pertanyaan mayornya adalah apakah ciri khas dari program berita dokumenter Lentera Indonesia? Kemudian pertanyaan minornya adalah, bagaimana proses produksi Lentera Indonesia yang terdiri dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi serta apa saja kendala dan tantangan yang dihadapi tim produksi Lentera Indonesia?

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Milles dan Huberman, analisis yang digunakan untuk mengolah hasil data lapangan berupa analisis kualitatif yang berbentuk kata-kata dan digambarkan dengan perluasan teks. Data-data tersebut dilaporkan dengan metode deskriptif yang berarti peneliti akan melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk penggambaran atau deskripsi yang lebih luas dan jelas tanpa menghilangkan hal utama yang didapat pada penelitian tersebut.

Program acara televisi merupakan “ujung panah” bagi sebuah stasiun televisi, termasuk program berita. Selain menghadirkan berita langsung, NET juga menghadirkan berita features dan dokumenter. Berita dokumenter Lentera Indonesia menyajikan konsep pengabdian anak bangsa terhadap Indonesia, di mana seorang atau sekelompok warga menjadi ‘lentera’ bagi kaum yang membutuhkan. Lentera Indonesia berupaya mengajak Indonesia untuk membuka mata dan mengulurkan tangan terhadap mereka yang membutuhkan. Produksi program tersebut terdiri dari tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. tahap pra produksi dimulai dari penentuan tema, riset issue, dan rapat ide. Tahap produksi dilakukan di luar daerah maupun di Jakarta. Pasca produksi terdiri dari

logging oleh video journalist, pembuatan naskah, editing, pemotongan durasi, dan siap siar. Dalam proses produksi terdapat kendala dan tantangan yang dihadapi oleh tim produksi, di antaranya yaitu kota terpencil yang jauh, proses editing yang mengalami gangguan, dan lain sebagainya.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Lentera Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibanding program dokumenter lainnya, yaitu mengangkat kondisi rakyat yang jauh dari kemakmuran dan produksi program berita dokumenter Lentera Indonesia memiliki tiga tahap utama, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi serta memiliki kendala dan tatangan tersendiri.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, Dialah Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan segala nikmat, karunia, dan anugerah yang tak terhingga bagi seluruh umat manusia di bumi. Tiada cinta yang melebihi cinta-Nya kepada seluruh makhluk cipataan-Nya.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada kekasih Allah SWT yang telah memperjuangkan Islam sebagai penerang dan petunjuk pengikutnya di seluruh muka bumi untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat, serta seluruh pengikutnya yang tetap istiqomah di jalan Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mengalami kesulitan, hambatan, tantangan, dan rintangan. Namun, cinta, motivasi, semangat, bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak membuat penulis tetap bersiaga menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena hal tersebut, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Suprapto, M. Ed, Ph. D, selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu Dra. Hj. Roudhonah, M. Ag, selaku Wakil Dekan II Bidang


(7)

iii

Konsentrasi Jurnalistik, Ibu Dra. Musfirah Nurlaily, MA, sekaligus dosen pembimbing yang selalu siap memberikan bantuan dan saran kepada penulis. 3. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

4. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan penulis untuk memperoleh referensi selama kuliah dan penyelesaian skripsi ini.

5. Pihak NET, Kak Farabi, Mas Bayu, Mbak Decil, Mas Hanan, Mas Ryan, Mas Satria, Mas Erwin, Mbak Anis, serta seluruh tim Lentera Indonesia yang selalu membantu penulis dalam penelitian.

6. Special thanks to Arieza Nanda Aulia Muzaki, lelaki istimewa, suami yang selalu siap dalam apa pun, terutama bantuan, doa, semangat, dan dukungannya dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini.

7. Kepada Ibuku tercinta, Mama Annisa, yang selalu berdoa, memotivasi dan mendukung tanpa henti, dan Bapakku tersayang, Alm. Bapak Alwi, terima kasih untuk seluruh doamu. Juga untuk orangtuaku, Ayah Zain dan Mama Niniek yang selalu menyayangiku. Almh. Nenek, Mbak Tuti & Mas Heri,


(8)

iv

Pakde & Bude Tarsan, Kak Adi & Kak Dita, dan Adzmi. Keluarga Bintaro, Eyang Kakung & Uti Soehito, Ayah & Ibun, Pak Yanto & Bu Oemi, Ayah & Ibu Udin, Keluarga Bapak Subur, Keluarga Pipit, dan Ibu Ika.

8. Sahabat-sahabatku, Fitriyah, Dita Amelia, Fitri Wahyuningsih, Hizkia, Andre, Yosua, Alm. Devitho, Ferdina, Vierca, Hana, dan Dina yang menyayangiku. Juga sahabat kecilku, Lina Aminah dan Asri Legani.

9. Keluarga Besar Jurnalistik A dan B 2011. Kalian begitu istimewa untukku. Semangat dan terus berjuang demi meraih masa depan dan impian.

10. Keluarga besar HMK Jurnalistik, Jurnalistik 2010, 2012, dan 2013. Kalian sungguh rekan yang luar biasa. Teruslah berjuang untuk masa depan.

11. Teman-temanku, Maulana, Umamah, Keluarga DnK TV, Keluarga CorCom Dompet Dhuafa 2014, Kawan-kawan Daarul Qur’an Media 2015, kawan HMI Komfakda, Keluarga Besar KKN Valensi 2014, dan kawan-kawan Litbang Harian Kompas Jakarta.

Akhir kata, semoga segala bantuan, doa, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin yaa rabbal’alamin.

Jakarta, 29 Juni 2015


(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka……. ... 12

F. Sistematika Penulisan… ... 14

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Analisis Deskriptif……… . 16

1. Pengertian Analisis ... 16

2. Pengertian Deskriptif ... 16

3. Analisis Data Model Matthew B. Miles dan Huberman ... 19

4. Produksi Siaran ... 24


(10)

vi

2. Proses Produksi ... 25

a. Pra Produksi ... 26

b. Produksi ... 29

c. Pasca Produksi ... 31

B. Siaran Berita………. . 33

1. Pengertian Siaran ... 33

2. Pengertian Berita... 34

3. Berita Dokumenter ... 36

a. Pengertian Dokumenter ... 36

b. Tingkatan Dokumenter ... 38

4. Jenis Berita Televisi ... 40

a. Berita Keras (Hard News) ... 41

b. Berita Lunak (Soft News) ... 42

C. Nilai Berita………. 44

BAB III GAMBARAN UMUM NET. DAN LENTERA INDONESIA A. NET.. .. ... 47

1. Sejarah Berdirinya NET ... 47

2. Profil NET ... 48

3. Logo NET. TV ... 55

4. Struktur Organisasi NET ... 57


(11)

vii

3. Redaksi Lentera Indonesia ... 63

4. Tagline “Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat” ... 64

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS PRODUKSI A. Pelaksanaan Produksi ... 66

1. Pra Produksi ... 66

2. Produksi……… 69

3. Pasca Produksi ... 73

B. Analisis Produksi Program Lentera Indonesia dalam Analisis Data Model Miles dan Huberman ... 81

C. Kendala dan Tantangan Produksi Program Lentera Indonesia... 99

Bab V PENUTUP A. Kesimpulan……….. . 104

B. Saran……… . 108

DAFTAR PUSTAKA………. .... 110 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Sifat-sifat Berita Hard News dan Soft News ... 44

Tabel 2. Struktur Perusahaan PT. NET Mediatama Indonesia ... 57

Tabel 3. Redaksi Lentera Indonesia ... 63

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data: Model Alir ... 19

Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif ... 24

Gambar 3. Visi Misi NET ... 51

Gambar 4. Founder NET ... 51

Gambar 5. Co-Founder NET……….... 53

Gambar 6. Logo NET …... 55

Gambar 7. Logo Lentera Indonesia ... 63

Gambar 8. Alur Pra Produksi Lentera Indonesia ... 68

Gambar 9. Alur Produksi Lentera Indonesia ... 73


(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, dunia semakin dikuasai oleh kecanggihan teknologi dan informasi. Manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi yang berkembang pesat. Teknologi-teknologi yang berkembang tersebut pun berlomba menghadirkan fitur-fitur mewah dan lengkap agar dapat bertahan di tengah masyarakat. Kecanggihan teknologi juga dimanfaatkan untuk penyebaran informasi-informasi yang dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat.

Media massa, baik cetak maupun elektronik, berlomba menyajikan informasi-informasi kepada masyarakat dengan medianya masing-masing. Setiap hari, tak terhitung berapa banyak informasi yang dapat diakses masyarakat dengan mudah melalui media-media tersebut. Selama itu pula, media-media mencoba memberikan informasi-informasi atau pun sajian tayangan yang menarik dan informatif bagi publik.

Media-media, baik yang cakupannya lokal maupun nasional, mengikuti perkembangan zaman yang semakin pesat. Jika tidak demikian maka eksistensi media tersebut harus bersiap digerus zaman. Media juga menjadi


(14)

2

acuan utama publik dalam mendefinisikan sebuah perkara ataupun realitas1. Menurut Denis McQuail (2000) seperti dikutip Morissan, media massa memiliki sifat dan karakteristik yang luas sehingga dapat menjangkau massa dalam jumlah besar, serta bersifat publik dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul dalam media tersebut2. Media berperan besar bagi masyarakat. Sejak pertama kemunculannya, media telah menarik perhatian masyarakat atas kegunaan dan manfaatnya. Sudut pandang masyarakat terhadap segala sesuatu pun dibentuk oleh media. Terlebih hingga saat ini, media-media semakin menarik untuk dikonsumsi lebih jauh oleh masyarakat. Media merupakan sumber informasi bagi masyarakat.

Membicarakan media, tentu tak lepas dari bentuk-bentuk yang hadir di tengah masyarakat, seperti surat kabar, majalah, film, televisi, radio, internet, dan lain sebagainya. Masyarakat tentu telah merasakan manfaat-manfaat dari media-media tersebut karena begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tak hanya itu, kehadiran media-media tersebut juga dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat. Media-media tersebut seolah menjadi hal yang wajib dimiliki oleh masyarakat, tentu fenomena tersebut timbul karena kecanggihan teknologi.

Banyaknya media massa yang berkembang tersebut, televisi sebagai salah satu yang digemari oleh masyarakat. Sifatnya yang audio visual dapat dijamah oleh semua kalangan. Bagi mereka yang tuna netra dapat mengaksesnya

1

Morissan, dkk. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010). Cet. 1. Hal. 1

2

Morissan, dkk. Teori Komunikasi Massa. (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010). Cet. 1. Hal. 1


(15)

melalui audio dan sebaliknya bagi yang tuna aksara dapat mengaksesnya melalui gambar dan audio. Kelebihan tersebutlah yang menjadikan televisi sebagai primadona bagi masyarakat. Hampir setiap rumah, rumah makan, dan tempat lainnya, dapat dipastikan memiliki televisi, setidaknya satu buah.

Siaran televisi merupakan pemancaran sinyal listrik yang mengalirkan muatan proyeksi gambar yang terbentuk dengan pendekatan sistem lensa dan suara. Pancaran sinyal tersebut diterima oleh antena televisi yang kemudian diubah kembali menjadi gambar dan suara. Penyelenggaraan siaran televisi tersebut harus didukung tiga komponen yang disebut trilogi televisi, yaitu studio dengan sarana-sarana yang menunjang, pemancar atau transmisi, dan pesawat penerima, yaitu televisi3.

Televisi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan media massa lainnya. Pakar komunikasi, John N. Bailey dalam artikelnya “Internal Communication Media” (1983), seperti yang dikutip Purnama Suwardi, mengatakan beberapa keunggulan televisi dalam kehidupan modern, di antaranya4:

1. Media audio-visual mampu mempersembahkan pemikiran maupun gagasan yang melibatkan gerakan yang tidak digambarkan secara fisik oleh media cetak;

2. Media audio-visual mengombinasikan pengaruh dari visual, suara, drama, gerakan, warna, dan musik;

3. Mampu menarik secara terus menerus perhatian khalayak yang captive

terhadap pesan-pesan yang disampaikan meskipun waktunya panjang; 4. Mampu mengetengahkan peristiwa maupun catatan yang lebih dipercaya; 5. Mampu mempertunjukkan proses kejadian yang dalam kenyataannya tidak

bisa dilihat dengan mata telanjang;

3

Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010).Cet. 2. Hal. 2

4

Purnama Suwardi. Seputar Bisnis dan Produksi Siaran Televisi. (Sumatera Barat: TVRI Sumbar, 2006). Cet. 1. Hal. 10


(16)

4

6. Mampu mempersingkat jarak dan waktu;

7. Mampu memperbesar, memperkecil, atau memnyederhanakan objek melaluiilustrasi penggunaan teknik fotografi, kartun, dan grafik;

8. Mampu mempersilahkan khalayak untuk melihat dengan mata kepalanya sendiri dalam arti “seeing is believing”.

Televisi yang berperan sebagai penyampai informasi dan cakupannya luas tentunya menjadi andalan bagi masyarakat untuk memperoleh segudang informasi yang terbaru atau pun ulasan-ulasan lama yang dikemas dengan konsep baru.

Perusahaan media televisi kini telah banyak berkembang sehingga sekarang timbul sebuah istilah konglomerasi media, di mana penguasaha media membentuk kerajaan media. Pembaharuan dunia media televisi telah memberikan warna baru bagi dunia pertelevisian Indonesia. Kini telah muncul stasiun-stasiun televisi baru yang lebih segar dan menarik untuk ditonton.

Setiap televisi memiliki program berita sebagai sebuah identifikasi stasiun televisi tersebut. Program berita tersebut sebagai bentuk paket informasi yang dianggap penting untuk disuguhkan kepada khalayak atau masyarakat luas. Semakin baik berita yang disajikan oleh sebuah stasiun televisi maka penonton pun akan tetap bertahan menyimak berita di stasiun televisi tersebut.

Berita pun memiliki jenis yang berbeda. Secara garis besar, berita dikelompokkan menjadi dua, yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Berita keras (hard news) terdiri dari straight news, feature, dan infotainment. Sedangkan berita lunak (soft news) dibagi atas current affair,

magazine, dokumenter, dan talk show5.

5

Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010).Cet. 2. Hal. 25-28


(17)

Semua stasiun televisi, baik lokal maupun nasional, memiliki program berita hard news atau pun soft news. Namun, tiap stasiun televisi memiliki ciri yang berbeda dalam menyajikan suguhan informasi bagi khalayak. Ciri tersebut sebagai sebuah identitas atau identifikasi stasiun televisi tersebut. Mereka berupaya untuk memberikan sajian informasi yang menarik dan berbeda agar penonton betah berlama-lama menonton stasiun televisi tersebut.

Salah satu stasiun televisi yang memiliki sajian menarik dan segar adalah

News and Entertainment Television (NET). Televisi berbasis high definition television (HD TV) yang mengudara sejak 26 Mei 2013 ini menyajikan program-program yang dikemas menarik dan rapi. Berdasar pengamatan sehari-hari, program-program NET dikemas dengan konsep yang menarik dan segar serta lebih dinamis.

Salah satu program yang menarik bagi penulis untuk diteliti yaitu program Lentera Indonesia. Program yang ditayangkan tiap akhir pekan pukul 14.30 WIB ini merupakan salah satu program berita berjenis soft news dengan kategori dokumenter. Sejauh pengamatan penulis selama ini, belum ada program dokumenter yang disajikan dengan konsep yang dimiliki oleh Lentera Indonesia.

Lentera Indonesia adalah program dokumenter di NET yang diangkat dari kisah-kisah pengalaman nyata para anak muda yang rela melepaskan peluang karier dan kemapanan kehidupan kota besar untuk menjadi guru dan mengajar di desa-desa terpencil di seluruh pelosok negeri selama satu tahun6.

6


(18)

6

Lentera Indonesia menyajikan sebuah berita dalam bentuk dokumenter mengenai anak bangsa yang mengabdi kepada bangsa Indonesia. Sebagai upaya pencerahan bangsa Indonesia, bahkan hingga ke daerah perbatasan yang terpencil. Penyampaiannya yang menyejukkan mata karena menyuguhkan pemandangan yang asri dan elok di daerah tersebut sehingga menarik untuk disimak lebih lanjut7.

Lentera Indonesia hadir dengan konsep yang segar dan mendidik. Memberikan informasi kepada khalayak bahwa masih ada anak bangsa yang patut dibanggakan. Selain itu, Lentera Indonesia tiap tayang memiliki judul yang berbeda, sesuai dengan apa yang akan disajikan dalam episode tersebut. Beberapa episode dengan judul yang menarik, di antaranya Paradoks Negeri Bahari, Surat dari Tapal Batas-Tentara di Perbatasan, Tentara Wanita-Melati Pagar Bangsa, dan lain sebagainya8.

Lentera Indonesia memiliki tagline “Perjuangan, Dedikasi, dan Semangat” berusaha memberikan tayangan yang bermutu dan mendidik untuk dapat dikonsumsi seluruh lapisan masyarakat dan segala jenis usia. Penyampaiannya yang santai namun mendalam, memberikan inspirasi bagi khalayak untuk turut serta menyimak perjuangan-perjuangan dan dedikasi serta semangat yang tinggi dari para pegiat sosial tersebut.

Program televisi, terlebih berita dokumenter, pastinya memiliki perencanaan dan proses produksi. Tiap stasiun televisi, pasti memiliki

7

http://id.wikipedia.org/wiki/Lentera_Indonesia_%28acara_televisi%29

8


(19)

standard operational procedur (SOP) masing-masing. Namun, tentunya secara garis besar diperlukan langkah mendalam untuk menciptakan sebuah program berita yang menarik, mendalam, dan berkualitas. Hal tersebut bisa mencakup sarana produksi (equipment), materi produksi, hingga biaya produksi.

Berdasarkan hal tersebut, pentingnya mengetahui tahapan dan upaya-upaya produksi suatu program berita dokumenter yang sangat jarang disajikan televisi lain, maka penulis melakukan penelitian proses produksi dengan judul “Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera Indonesia di NET”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Penelitian ini membutuhkan batasan masalah agar lebih terarah dan mempermudah proses. Maka, batasan masalahnya berada pada bagaimana proses produksi berita dokumenter, mulai dari pra produksi, produksi, hingga pasca produksi atau siap siar.

2. Rumusan Masalah

Proses produksi siaran berita dokumenter tentu memiliki tahapan yang diterapkan di dalam kinerja tim, di mana tahapan tersebut merupakan langkah sistematis yang dilakukan oleh tim produksi untuk menghasilkan tayangan berita, yaitu tahap pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi


(20)

8

hingga penayanangannya. Berdasarkan pemaparan tersebut maka rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Apakah ciri khas dari program berita dokumenter Lentera Indonesia? 2. Bagaimana proses produksi Lentera Indonesia yang terdiri dari pra

produksi, produksi, dan pasca produksi serta apa saja kendala dan tantangan yang dihadapi tim produksi Lentera Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Bertolak dari permasalahan tersebut, maka penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan:

1. Mendapatkan ilmu secara aplikatif bagaimana proses produksi, dimulai dari pra-produksi, produksi, dan pascaproduksi hingga siap tayang, sebuah berita dokumenter yang menggunakan konsep pengabdian pemuda-pemudi Indonesia di desa-desa yang belum merata kesejahteraannya;

2. Mengkaji proses produksi siaran berita dokumenter Lentera Indonesia di NET secara aplikatif.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada penulis dan pembaca dalam memahami tahapan produksi berita


(21)

televisi, khususnya berita dokumenter. Maka dari itu, pemaparan dalam penelitian ini dapat memperkaya kajian dalam bidang jurnalistik televisi, terutama mengenai proses produksi berita dokumenter.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan menginformasikan bagaimana produksi berita dokumenter dibuat. Selain itu, bagi praktisi jurnalistik untuk dapat memahami bagaiman prosedur yang baik dalam melakukan kerja jurnalistik, terutama dalam bidang televisi, agar dapat menciptakan berita yang berkualitas dan mendidik penonton.

D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah positivis yang menganggap bahwa media adalah saluran pertukaran pesan dan berita adalah cerminan dan refleksi dari kenyataan. Karena itu berita haruslah sama dan sebangun dengan fakta yang dipilihnya, opini dan pandangan subjektif dari pembuat berita harus disingkirkan9.

2. Metode dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Metode deskriptif merupakan eksplorasi dan klarifikasi

9


(22)

10

atas sebuah fenomena atau gejala sosial dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan beberapa variabel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti10. Penulis memaparkan sebuah fenomena yang terjadi secara alamiah atau apa adanya. Metode ini dilakukan melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi terkait subjek dan objek penelitian. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang hendak menjelaskan proses terjadinya suatu gejala termasuk sebab dan akibatnya11.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Penelitian ini menggunkan teknik pengumpulan data dengan observasi. Observasi yang dilakukan penulis adalah dengan mendatangi kantor stasiun televisi NET. TV guna mendapatkan gambaran yang jelas melalui pengamatan langsung mengenai proses produksi yang dilakukan oleh tim Lentera Indonesia.

b. Wawancara

Melengkapi pengamatan penulis, maka dilakukan wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari pihak yang bersangkutan. Penulis akan mewawancarai tim produksi Lentera Indonesia, mulai dari kepala produksi, editor, hingga camera person.

10

Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1. Hal. 262

11

Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1. Hal. 262


(23)

Teknik yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan tidak terstrukur, namun tetap mengacu kepada permasalahan utama dari penelitian ini.

c. Dokumentasi

Peneliti akan mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian, berupa catatan, buku, naskah, foto, teks wawancara atau pun arsip-arsip lain yang mendukung penelitian. Dokumentasi tersebuta kan diolah sebagai bahan analisis dan pemaparan hasil penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analasis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan metode deskriptif, yaitu cara melaporkan data dengan menggambarkan atau menjabarkan mengenai proses produksi program siaran berita dokumter Lentera Indonesia yang ditayangkan di NET. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data lapangan melalui pemilihan data “mentah” yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan narasumber yang kemudian ditransformasi menjadi “sari” bahan analisis pertama. Kemudian mengumpulkan data-data yang telah ditelaah dan dianggap penting untuk mendukung penelitian penulis. Dari data-data yang telah dikumpulkan tersebut, penulis mengambil kesimpulan terhadap penelitian.


(24)

12

5. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian yang dilakukan dimulai dari 11 Mei 2015 hingga 04 Juni 2015 dan tempat penelitian dilaksanakan di Gedung NET, The East Tower, Jalan Lingkar Mega Kuningan, Kav. E No. 1, Lantai 27-30, Kuningan Timur, Jakarta Selatan 12950.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka guna mendapatkan pemetaan kepustakaan (literatur) yang berkaitan dengan topik yang penulis angkat di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Beberapa skripsi yang penulis temui dengan topik tentang analisis proses produksi, antara lain:

1. Analisis Produksi Program Dialog TVRI Pada Tema “Penanganan

Terorisme”. Skripsi oleh Abdul Aziz (109051100061), Mahasiswa

konsentrasi Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014.

Penelitian tersebut hampir sama dengan penelitian peneliti, yaitu mengenai proses produksi yang terdiri dari tahap pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi. Namun, berbeda dalam penggunaan teori. Jika skripsi Abdul Aziz tersebut menggunakan teori Fred Wibowo dan mengetahui peran program tersebut dalam menangani masalah terorisme, sedangkan penulis menggunakan analisis data model Miles dan Huberman dan meneliti


(25)

tentang peran program Lentera Indonesia atas media sebagai fungsi jurnalistik.

2. Analisis Produksi Program Teras Tina Talisa di Indosiar. Skripsi oleh Rini Pertiwi (18051100024), Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2012. Skripsi tersebut mengenai proses produksi program talkshow yang membahas isu-isu para tokoh di Indonesia dengan format acara bincang-bincang, sedangkan penulis lebih menitikberatkan pada karya jurnalistik dokumenter yang menayangkan dedikasi pemuda-pemudi Indonesia untuk negaranya.

3. Analisis Produksi Siaran Berita Televisi (Proses Produksi Siaran Program Berita Reportase Minggu di Trans TV). Skripsi oleh Nurhasanah (107051102311), Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah tersebut menggunakan teori model komunikasi Bass (Arus Berita) yang menjelaskan tentang proses pencarian dan pengumpulan bahan berita dan proses produksi yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pencarian berita dan pengolahan berita, sedangkan penulis menggunakan teori model Miles dan Huberman yang menjelaskan tentang tahapan analisis data dengan tiga alur, yaitu reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.

Sejauh pengamatan tersebut, belum ada yang meneliti program siaran berita dokumenter sehingga penulis melakukan penelitian dengan judul


(26)

14

Analisis Deskriptif Produksi Siaran Berita Dokumenter Lentera Indonesia NET”.

F. Sistematika Penulisan

Penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Penulis menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori produksi yang terdiri dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Sedangkan penelitian penulis dalam menyusun karya ilmiah berlandasakn teori analisis data Matthew B. Miles dan Michael A. Huberman. Selain itu terdapat pemaparan tentangsiaran berita, berita dokumenter, jenis berita televisi, dan nilai berita.

BAB III GAMBARAN UMUM NET DAN LENTERA INDONESIA

Bab ini mengenai sejarah berdirinya stasiun televisi NET, visi-misi NET, dan struktur organisasi hingga program acara yang ada di


(27)

NET. Selain itu, akan dijabarkan pula tentang profil program Lentera Indonesia.

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS PRODUKSI

Penulis memaparkan pelaksanaan produksi program Lentera Indonesia yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tahap pra-produksi, pra-produksi, dan pasca-produksi dan analisis produksi program Lentera Indonesia dengan menggunakan analisis data model Miles dan Huberman.

BAB V PENUTUP

Penulis menarik kesimpulan atas temuan dan analisis penelitian yang didapatkan dan memberikan saran-saran sebagai masukan dari penulis.


(28)

16 BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Analisis Deskriptif 1. Pengertian Analisis

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb); 2Man penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan1.

2. Pengertian Deskriptif

Deskriptif secara bahasa berarti menggambarkan.Penelitian deskriptif (descriptive research) merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan menjelajah dan menglarifikasi sebuah fenomena sosial kemudian menggambarkan melalui tulisan beberapa variabel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti tersebut.

Ardial (2014:262) mengutip penuturan Nawawi (2003:63) tentang penelitian deskriptif, sebagai berikut:

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah,yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat,

1


(29)

dan lain-lain) pada saat ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya2.

Penelitian deskriptif dilakukan untuk mengembangkan teori dengan cara mendeskrispsikan fakta-fakta dan gejala yang terjadi agar memperoleh data-data yang jelas mengenai hal tersebut.

Penelitian dengan metode deskriptif, mengutip dari Nawawi, Ardial menyebutkan bahwa metode deskriptif dapat dikatakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian yang dapat berupa seseorang, lembaga, ataupun masyarakat dalam cakupan yang luas, pada saat ini berdasarkan fakta-fakta yang terjadi di tengah masyarakat.

Deskripsi fakta-fakta merupakan kegiatan permulaan dalam usaha mengemukakan gejala-gejala sosial secara lengkap di dalam aspek yang diteliti agar jelas kedaan yang terjadi di dalamnya. Penemuan gejala-gejala tersebut tak hanya menunjukkan distribusinya, tetapi juga usaha menemukan hubungan antara satu gejala dengan gejala lainnya.

Metode ini dilakukan untuk mengembangkan dan memberikan penafsiran yang kuat dan sesuai terhadap fakta-fakta yang ditemukan dalam penelitian. Metode deskriptif ini tak semata berbatas pada pengumpulan dan penyusunan data saja, melainkan juga menganalisis dan menginterpretasi makna yang ada di dalam data penelitian tersebut.

2

Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1. Hal. 262


(30)

18

Penelitian dengan analisis deskriptif ini dapat diwujudkan sebagai usaha pemecahan masalah dengan membandingkan persamaan dan perbedaan gejala yang ditemukan, mengukur dimensi suatu gejala, mengadakan klarifikasi gejala, menilai gejala, menetapkan standar, menetapkan hubungan antar gejala-gejala yang ditemukan, dan lain sebagainya.

Jadi, secara singkat, analisis dengan metode deskriptif merupakan kegiatan yang memiliki langkah-langkah dalam melakukan representasi objektif mengenai gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang diteliti3.

Ciri metode deskriptif menurut Nawawi (2003) yang dikutip Ardial adalah sebagai berikut:

a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian atau masalah-masalah yang bersifat aktual;

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti sebagaimana adanya, diiringi interpretasi dan pencarian makna yang rasional4.

Ada tiga bentuk pokok dari metode deskriptif, yaitu: a. Survei

3

Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1.Hal. 262-263

4

Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1.Hal. 262-263


(31)

Penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala yang timbul di dalam sebuah permasalahan.

b. Studi hubungan

Menemukan hubungan fakta-fakta secara objektif. c. Studi perkembangan5

3. Analisis Data Model Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman

Sumber : https://insanajisubekti.files.wordpress.com/2013/03/reduksi.jpg

Gambar 1.Komponen-komponen Analisis Data: Model Alir

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman memiliki pandangan bahwa analisis kualitatif memiliki data-data yang yang berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data-data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan dengan banyak macam cara, di antaranya melalui wawancara, observasi, rekaman, dokumen, dan lain sebagainya, kemudian diproses dengan pencatatan, penyuntingan, atau alih-tulis.

5

Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2014). Cet. 1.Hal. 262-263


(32)

20

Analisis yang digunakan untuk mengolah hasil data lapangan berupa analisis kualitatif yang berbentuk kata-kata dan digambarkan dengan perluasan teks. Data-data tersebut dilaporkan dengan metode deskriptif yang berarti peneliti akan melaporkan hasil penelitiannya dalam bentuk penggambaran atau deskripsi yang lebih luas dan jelas tanpa menghilangkan hal utama yang didapat pada penelitian tersebut.

Analisis Miles dan Huberman menggunakan model alir, yaitu analisis dengan melalui tiga kegiatan yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi6.

Alur pertama adalah reduksi data yang dapat diartikan sebagai proses pemilihan, penyederhanaan, dan transformasi data “mentah” yang muncul dari catatan-catatan lapangan ketika penelitian. Data mentah di sini merupakan data yang sama persis dengan yang ada di lapangan dan belum mengalami proses pengolahan data. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksiselanjutnya yang berupa membuat ringkasan, pengodean data, menelusuri tema-tema, dan membuat kelompok-kelompok data7.

Reduksi data merupakan bagian dari kegiatan analisis. Dalam alur reduksi data, terjadi proses pemilihan-pemilihan atas data yang didapat dari lapangan.Kegiatan pemilahan data tersebut adalah tentang bagian data

6

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku SumberTentang Metode-Metode Baru. Hal. 16

7

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Hal. 16


(33)

mana yang dikode, mana yang harus dibuang, bagaimana meringkas sejumlah data yang tersebar, membuat pola-pola data, dan memilih cerita-cerita yang sesuai dan mendukung penelitian.Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan mengorganisasi data agar dapat menghasilkan kesimpulan yang utuh dan kuat.Reduksi data dapat ditransformasikan dengan banyak cara, di antaranya melalui seleksi halus, rangkuman atau parafrase, menjadikannya pola yang besar, dan lain sebagainya8.

Reduksi data yang diartikan oleh Miles dan Huberman tentang data kualitatif dalam penelitian sebagai berikut:

Secara sederhana dapat dijelaskan: Dengan “reduksi data” kita tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakandan ditransformasikan dalam aneka macam cara: melalui seleksi yang ketat,melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu polayang lebih luas, dan sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data kedalam angka-angka atau peringkat-peringkat (misalnya, seorangpenganalisis memutuskan untuk memandang kondisi wilayah penelitian ke dalam suatu kategori “tinggi” atau “menengah” dalam pemusatanadministrasinya), tetapi tindakan seperti itu tidak selalu bijaksana9.

Alur kedua adalah penyajian data atau model data.Kegiatan penyajian data ini sebagai sebagai sekumpulan informasi yang telah tersusun dan

8

Emzir.Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012). Cet. 3.Hal. 129-130

9

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Hal. 16


(34)

22

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan10.

Penyajian data yang paling banyak digunakan pada penelitian kualitatif adalah teks naratif. Ketika seorang peneliti melakukan penelitian maka ia akan memperoleh data teks dalam jumlah yang banyak. Manusia cenderung memiliki ketidakmampuan dalam memroses data dengan jumlah besar dan berpencar-pencar, maka peneliti harus membuat data lapangan tersebut menjadi praktis karena kecenderungan kognitif manusia adalah menyederhanakan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk data yang mudah dipahami. Data-data yang berpencar dan tidak teratur harus disusun dengan baik agar memudahkan peneliti dalam meng-coding

data.Menurut Faust (1982) dalam Miles dan Huberman (1992), teks naratif dalam hal ini, melebihi beban kemampuan manusia dalam memroses informasi dan mengurangi kecenderungan dalam menemukan pola-pola yang sederhana.

Penyajian data (display data) hasil penelitian dipaparkan ke dalam pembagian-pembagian data hasil reduksi dengan bentuk matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Rancangan dan pembagian tersebut dilakukan guna memudahkan peneliti dalam melihat apa yang terjadi dan dapat menentukan kesimpulan segera atau harus melakukan analisis lanjutan yang berguna dalam penelitian yang tengah dilakukan.

10

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Hal. 16


(35)

Kegiatan analisis ketiga adalah penarikan kesimpulan/verifikasi. Kegiatan ini merupakan konfigurasi utuh dari rangkaian kegiatan penelitian, di mana peneliti akan menganalisis secara keseluruhan dengan menemukan arti-arti sebuah keteraturan, pola-pola, penjelasan, sebab-akibat, dan proposisi data lapangan yang telah diperoleh11.

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh.Kesimpulan-kesimpulan dapat ditemukan selama penelitian tersebut berlangsung. Kegiatan penelitian tentu akan menimbulkan persepsi bagi peneliti atas data temuannya di lapangan. Hal tersebut yang membuat peneliti dapat melihat kesimpulan seperti apa yang akan ditarik nanti. Penemuan kesimpulan di tengah penelitian terjadi ketika peneliti mulai dapat memaknai data-data yang diperoleh, namun makna-makna tersebut harus diteliti kebenarannya melalui uji validitas. Jika tidak dilakukan maka peneliti hanya akan mendapatkan makna-makna kosong yang tidak jelas kebenaran dan kegunaannya.

Analisis data model Miles dan Huberman ini merupakan sebuah proses yang memiliki siklus yang interaktif dan saling berkaitan. Tiga hal utama, reduksi data, penyajian data (display data), dan verifikasi, sebagai sumbu dalam melakukan penelitian. Ketiga tahapan tersebut harus saling memiliki korelasi antar data yang diperoleh. Misal, ketika melakukan pengkodean data dalam tahap reduksi data, peneliti harus menjuruskan

11

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Hal. 19.


(36)

24

data yang direduksi tersebut sebagai gagasan baru guna dimasukkan ke dalam suatu matriks atau bagan dalam penyajian data (display data). Kemudian setelah matriks dan bagan tersebut terisi maka kesimpulan awal dapat ditarik, tetapi hal tersebut harus menggiring pada pengambilan keputusan, apakah akan menambah kolom pada matriks untuk menguji kesimpulan tersebut atau melanjutkan melakukan analisis kembali.

Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif

4. Produksi Siaran

1. Pengertian Produksi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), produksi adalah proses mengeluarkan hasil. Demikian maka produksi berarti sebuah runtutan atau rangkaian kegiatan yang menghasilkan sebuah produk.

Sama halnya dalam produksi berita televisi, di dalam kegiatan tersebut memiliki tujuan, yaitu menghasilkan suatu informasi yang dikemas dengan baik dan sesuai dengan standar operasional produksi (SOP).


(37)

2. Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu tahap dalam tindakan yang runtut dan selaras dalam menghasilkan atau membuat sebuah produk. Pembuatan sebuah program televisi harus mengikuti prosedur yang biasa dilakukan untuk menghasilkan sebuah produk jurnalistik yang berkualitas. Proses produksi program televisi melibatkan banyak orang dan seluruh jabatan dalam tim produksi, dari produser hingga juru kamera (camera person). Membuat program televisi pasti melalui tahapan yang panjang dan rumit, karena hal tersebutlah perlu adanya tim produksi dan standar operasional prosedur (SOP).

Departemen produksi berita pada umumnya memiliki desain produksi sesuai dengan target yang ingin dicapai. Rancangan produksi program televisi didesain oleh tim kreatif berdasarkan dengan konsep yang dituju dan visi misi stasiun televisi tersebut.

Strategi pengembangan desain program yang dilakukan tim kreatif merupakan salah satu kegiatan Departemen Programming. Setelah tim keratif mendesain program, kemudian didistribusikan kepada tim

programming untuk menjadi panduan produksi.

Tahapan-tahapan produksi berita televisi harus dilakukan secara berurutan.Tahapan pertama harus diselesaikan sebelum berlanjut ke tahap berikutnya. Hal demikian dilakukan agar proses produksi berjalan efektif


(38)

26

dan efisien serta menghasilkan produk yang matang dan berkualitas untuk disajikan kepada audience.

Secara garis besar produksi program televisi memiliki tiga tahap, yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi :

a. Pra Produksi

Perencanaan dan detail petunjuk pelaksanaan produksi konten audio visual harus dibuat terlebih dahulu. Perencanaan pengambilan gambar, story board, sehingga memiliki panduan dalam mengambil

shot. Pada program berita televisi, cukup membuat riset dan daftar harapan (wishlist) yang berisi urutan visual dalam pengambilan gambar.

Ide peliputan dibahas dalam rapat redaksi yang terdiri dari produser program, koordinator liputan, koordinator daerah, koordinator juru kamera, penyiar, dan produser eksekutif membicarakan setiap ide liputan dan mempertimbangkan dari banyak sisi12.

Secara garis besar, pra produksi program televisi memiliki tiga bagian, yaitu13:

1. Penemuan Ide

12

Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investgasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 18.

13

Data diunduh pada 6 Maret 2015 dari situs https://library.binus.ac.id/Collections/Download/


(39)

Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.

Setiap jenis program televisi yang disajikan harus diawali dengan ide atau konsep. Mengolah sebuah idea tau konsep bukanlah perkara mudah. Produser harus kreatif dan cerdas dalam berpikir dan mengembangkan ide. Ide harus dicari karena jika hanya menunggu ide itu muncul, maka stasiun televisi tersebut akan tertinggal oleh stasiun televisi lain. Ide yang dibuat pun harus unik, menarik, dan baru sehingga dapat memberikan nuansa baru dalam pertelevisian Indonesia dan tentunya dapat menarik minat pemirsa14.

Dalam produksi dokumenter di tahap persiapan memiliki tiga teknis yang disebut sinopsis, treatment, dan skenario.

Sinopsis adalah cerita ringkas. Dalam dokumenter, orang tidak menggunakan istilah tersebut melainkan menyebutnya sebagai kerangka gagasan atau pemikiran. Program dokumenter bukan sebuah cerita melainkan susunan kejadian. Langkah pertama yang dilakukan produser adalah menyusun bagaimana

14

Herbert Zettl. Television Production Handbook, Eleventh Edition. (USA: Wadsworth Cengage Learning, 2012). Ed. 11th.P. 4 dalam situs www.cengagebrain.com


(40)

28

kejadian-kejadian tersebut yang selanjutnya menjadi ringkasan cerita atau sinopsis.

Treatment merupakan istilah yang dipakai dalam program dokumenter ataupun program produksi televisi lainnya.

Treatment berarti implementasi dari kerangka pemikiran atau sinopsis. Jika dalam kerangka pemikiran atau sinopsis belum ada susunan adegan secara rinci, maka di dalam treatment sudah ada perincian adegan (sequence) meskipun belum ada dialog-dialog. Indikasi lokasi (tempat adegan), tokoh-tokoh yang terlibat, dan perlengkapan khusus yang diperlukan sudah tertulis di dalam

treatment15.

Skenario merupakan naskah lengkap dan rinci dari sebuah produksi cerita. Program dokumenter tidak selalu perlu skenario untuk memulai syuting di lapangan, cukup menggunakan

treatment untuk syuting di lapangan. Berbeda dengan program cerita yang mutlak menggunakan skenario ketika syuting di lapangan16.

Tata laksana produksi dokumenter adalah sebagai berikut: a. Langkah pertama adalah menentukan tema;

b. Kedua adalah melakukan riset, baik riset kepustakaan maupun lapangan berdasarkan tema yang dipilih;

c. Ketiga, menetapkan tesis atau menyusun bahan dan membuat kerangka. Dalam sinetron disebut pembuatan

15

Fred Wibowo. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1997).Hal. 98

16

Fred Wibowo. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1997).Hal. 98


(41)

sinopsis, namun dalam dokumenter berbentuk kerangka pemikiran;

d. Keempat, kerangka pemikiran selanjutnya dibuat treatment.

Treatment terdiri dari seluruh perencanaan dan rincian setiap sekuen dan dipakai untuk panduan pengambilan gambar17.

2. Perencanaan

Tahap ini meliputi penepatan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan

crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.

3. Persiapan

Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan dan surat-menyurat. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan. Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan.

b. Produksi

Ide yang dibuat dalam wishlist yang telah disepakati bersama dalam redaksi bisa jadi berbeda dengan kondisi lapangan. Redaksi dan jurnalis akan terus memantau perkembangan isu yang terjadi di lapangan. Realitas narasumber yang tidak sesuai bayangan,

17

Fred Wibowo. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: Grasindo, 1997) Hal. 99


(42)

30

perkembangan di lapangan yang jauh lebih menarik, atau hambatan tak terduga, harus dapat diatasi oleh tim produksi, terutama jurnalis. Jurnalis harus cerdas dalam melihat isu di lapangan agar proses produksi tetap berjalan sesuai rencana.

Pada tahapan produksi ada tiga elemen yang paling mendasar dan menjadi sebuah perangkat sistem yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu18:

1. Tata Kamera

Beragam angle kamera yang digunakan dalam shooting, di antaranya19:

a. Extreme Long Shot (ELS) digunakan untuk mengambil gambar dengan jarak sangat jauh, panjang, dan luas serta menghasilkan objek sangat kecil;

b. Very Long Shot (VLS) untuk mengambil gambar dari jarak jauh dan ukurannya lebih pendek dari ELS;

c. Long Shot merupakan ukuran pengambilan gambar manusia dari ujung kepala hingga ujung kaki;

d. Medium Shot, mengambil gambar objek orang dari perut hingga kepala.

2. Tata Cahaya

Hal dasar yang harus diketahui dari penataan cahaya, yaitu key light (sinar utama pada subyek), fill light (untuk mengurangi bayangan), back light (terarah, menghasilkan latar yang gelap),

base light (penyinaran yang menyebar dan rata), dan over exposure

18

Data diunduh pada Kamis, 6 Maret 2015 dalam situs http://ejournal.ilkom.fisip- unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/12/JURNAL%20DINA%20%2812-05-13-02-55-40%29.pdf

19

A. Nawir Hamzah. Sutradara Drama Panggung dan Televisi. (Jakarta: WIN COMMUNICATION, 2007). Hal. 98-100.


(43)

(pencahayaan yang berlebih intensitas dan waktu pencahayaan yang lama.

3. Tata Suara

Tata suara (audio) merupakan elemen yang penting juga dalam produksi televisi karena tata suara mampu mengekspresikan situasi secara jelas dan sebagai pendukung elemen yang lain, seperti tata artistik.

c. Pasca Produksi

Saat produksi berita televisi memasuki tahap pasca produksi, menjelang on air berita, diadakan rapat redaksi guna mengevaluasi hasil produksi sebelum ditayangkan. Rapat evaluasi ini membahas

urgensi berita dalam rundown (akan ditayangkan), kesesuaian dengan rapat redaksi awal ketika pada tahap pra produksi.

Tahap ini mempertimbangkan gambar yang akan ditayangkan kepada pemirsa, apakah memenuhi standar kelayakan atau tidak. Proses editing naskah dan editing gambar dilakukan secara bersamaan oleh editor.

Beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh kru prduksi dalam tahap pasca produksi adalah sebagai berikut20:

a. Camera person dan reporter menyerahkan kaset/card hasil

shooting kepada news editor dengan data shooting (shooting list);

b. Proses editing;

20

Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 64


(44)

32

c. Membuat grafik untuk mendukung materi berita;

d. Reporter membuat naskah berita yang disesuaikan dengan gambar atau suara yang ada pada berita;

e. Proses dubbing;

f. Naskah diserahkan kepada pimpinan redaksi (editor in chief); g. Naskah yang sudah dicek oleh pimpinan redaksi selanjutnya

diserahkan kepada editor atau penata gambar (editor berita). Dalam pelaksanaan editing, reporter dan juru kamera sebaiknya mendampingi editor untuk keteraturan gambar dan

statement yang akan ditampilkan.

1. Capturing

Proses capture gambar terjadi pada editing nonlinier, yaitu mentransfer hasil rekaman (audio-visual) dari kaset digital ke dalam harddisk komputer, sehingga materi editing sudah dalam bentuk file dan memudahkan dalam proses editing. Apabila menggunakan model editing linier, maka langsung pada proses

logging gambar;

2. Logging

Logging gambar adalah membuat susunan daftar gambar dari kaset hasil shooting secara detail disertai dengan pencatatan time code serta di kaset berapa atau nama file apa gambar hasil shooting

itu berada. 3. Editing Pictures

Penyuntingan adalah kata kunci dalam tahap ini.Seluruh

footage telah dikumpulkan selama produksi berlangsung untuk kemudian disusun dan dirangkai menjadi produk akhir.


(45)

4. Editing Sound

Penyuntingan suara disesuaikan dengan gambar serta menghidupkan suasana melalui ilustrasi musik latar.

5. Final Cut

Penggunaan perlatan dan kompleksitas ilustrasi musik (soundtrack) menentukan bahwa materi program sudah dapat membaur (mix) pada tahap online.Dibutuhkan studio untuk membaurkan suara akhir (final mixing).Program yang sudah lengkap disebut master21.

B. Siaran Berita

1. Pengertian Siaran

Penyiaran merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa berita dan informasi kepada khalayak menggunakan fasilitas frekuensi yang dikerjakan oleh sekelompok orang yang terbentuk dalam team.Team

produksi dituntut untuk dapat menyajikan program yang kreatif dan menarik22.

Jadi, siaran berarti produk yang ditayangkan dari hasil penyiaran yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tergabung menjadi sekelompok

21

Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 3

22

Eva Arifin. Broadcasting: to be broadcaster. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010). Hal. 9-10.


(46)

34

tim produksi. Hasil produk tersebut berupa program acara yang disiarkan lewat televisi untuk diketahui khalayak luas.

2. Pengertian Berita

Sebuah peristiwa baru dianggap berita jika memiliki keunikan, jarang terjadi, dan menarik perhatian khalayak. Ungkapan dari Charles A. Dana (1996), “when a dog bites a man is not news, but when a man bites a dog that is news”, merupakan kata-kata yang populer di dunia jurnalistik ketika menggambarkan pengertian berita23.

Berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita.Berita biasanya menyangkut orang-orang, tetapi tidak setiap orang dapat dijadikan berita.Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan.24Sedangkan definisi berita menurut situs Wikipedia.com, berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan melalui media cetak, elektronik, atau bahkan mulut ke mulut kepada orang ke tiga atau banyak orang.

23

Andi Fachrudin. Dasar-dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). Cet. 1.Hal. 46.

24

Diunduh pada Kamis, 5 Maret 2011 dalam situs


(47)

Berita adalah informasi yang penting dan menarik bagi khalayak atau audiens25.Informasi yang penting dan menarik bagi khalayak harus memenuhi beberapa kriteria yang menjadikan berita tersebut penting untuk disiarkan kepada khalayak. Ada dua aspek yang memengaruhi suatu informasi untuk menjadi berita yang baik, yaitu:

a. Aspek Penting

Suatu berita dapat dikatakan penting jika memiliki nilai berita dan memberikan dampak bagi masyarakat.Semakin besar dampak yang dirasakan masyarakat, maka semakin penting berita tersebut untuk disiarkan. Beberapa hal yang memiliki dampak besar bagi masyarakat dalam sebuh pemberitaan di antaranya:

1. Nyawa manusia. Nyawa adalah harta berharga yang pernah dimiliki manusia, maka pemberitaan mengenai sebuah peristiwa yang dapat merenggut nyawa seseorang atau sekelompok manusia akan memberikan dampak yang besar bagi masyarakat yang menyaksikan, terlebih ancaman peristiwa itu berada di kota tempat penonton tinggal.

2. Uang. Berita yang berpengaruh terhadap keuangan masyarakat merupakan berita yang penting. Berita kenaikan bahan bakar minyak (BBM) atau kenaikan harga barang dapat membuat masyarakat memberikan perhatian lebih kepada berita tersebut.

25

Morrisan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008). Cet. 1.Hal 8.


(48)

36

3. Gangguan. Penonton dapat terpengaruh dengan berita yang mengganggu pikiran dan kenyamanan mereka. Misalnya, berita tentang pembegalan motor. Pemberitaan tersebut tentu akan mengusik pikiran dan kenyamanan masyarakat yang pulang tengah malam.

b. Aspek Menarik

Berita dikatakan menarik jika dapat menyedot perhatian masyarakat.Berita yang menarik adalah jika informasi yang disampaikan mampu membangkitkan rasa kagum dan bersifat aneh atau unik serta merupakan peristiwa yang tidak biasa.

Menurut Arifin S. Harahap, berita televisi adalah laporan tentang fakta dari sebuah peristiwa atau pendapat manusia atau keduanya yang disertai dengan gambar (visual) actual, menarik, berguna, dan disiarkan melalui media massa televisi secara periodik26.

3. Berita Dokumenter

A. Pengertian Dokumenter

Dokumenter adalah program informasi yang memiliki tujuan untuk memberikan pembelajaran dan pendidikan kepada penonton dengan sajian yang menarik27.

26

Arifin S. Harahap. Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita. (Jakarta: PT Indeks, 2007). Hal. 4.

27

Morrisan.Jurnalistik Televisi Mutakhir. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008). Cet. 1.Hal 28.


(49)

Program dokumenter adalah program yang menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan eksistensial, menyangkut kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi nyata28. Objektivitas dokumenter tidak sepenuhnya sesuai realitas, ada kebijakan dari tim produksi.

Istilah dokumenter pertama kali diperkenalkan oleh John Grierson di Koran NewYork Sun pada 8 Februari 1926 dengan kutipan penggalan kalimat “A Creative Treatment of Actuality” yang berarti perlakuan kreatif terhadap kejadian-kejadian aktual yang ada29.

Produksi dokumenter memiliki dua unsur pokok yang dipadukan, yaitu unsur gambar atau visual dan unsur suara atau sound. Unsur gambar atau visual terdiri dari beberapa materi, yaitu30:

1. Rangkaian kejadian : suatu peristiwa atau kegiatan dari

suatu lembaga;

2. Kepustakaan : potongan arsip, majalah atau

mikrofilm;

3. Pernyataan : individu yang berbicara secara

sadar di depan kamera;

4. Wawancara : pewawancara boleh kelihatan,

boleh tidak;

5. Foto still : foto-foto bersejarah; 6. Dokumen : gambar, grafik, kartun;

7. Pembicaraan : suatu diskusi atau pembicaraan

segerombolan orang;

8. Layar kosong / silhouette : memberi perhatian pada sound atau

silhouette karena pribadi yang

28

Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 96.

29

A. Asrul Sani Fauzan. Modul Perkuliahan Universitas Mercu Buana: Penulisan Naskah Non Berita: Dokumenter. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id.

30

Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi.(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 97.


(50)

38

berbicara dibahayakan

nya jika wajahnya kelihatan.

Sedangkan materi untuk suara atau sound, ialah31:

1. Narasi / reporter : dengan narrator atau suara reporter

/ suara voice over;

2. Synchronous sound : dengan suara sebagaimana adanya dalam gambar yang di-relay secara tersendiri, kemudian dipersatukan; 3. Sound effect : suara latar belakang;

4. Musik lagu : suara musik pengiring;

5. Kosong-sepi : memberikan kesempatan penonton

memperhatikan detil.

B. Tingkatan Dokumenter

Tingkatan dokumenter, secara umum, dapat dikatakan bahwa dokumenter di televisi Inggris mendeskripsikan berdasarkan seragkaian kategori yang diidentifikasi berdasarkan isi dan bentuk. Berikut ini beberapa kategori dokumenter32:

1. Current Affairs

Program-program dengan kategori ini merupakan program yang dibuat berdasarkan isu-isu yang berhubungan dengan topik sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan.Realisme dalam bentuk kombinasi antara wawancara, opini pakar, narator yang kompeten,

footage aktualitas, serta pengabsahan terhadap isu-isu melalui kemunculannya dalam agenda berita. Program ini dapat dideskripsikan sebagai dokumenter investigatif, selama program tersebut menginvestigasi latar belakang peristiwa berita dan bukti-bukti yang ada di sekitar persoalan yang memicu debat publik.

2. Alam

Kategori ini mengungkapkan fakta-fakta tak terduga perihal alam dan lingkungan.Program dalam kategori ini menawarkan tontonan yang menjelaskan tentang fenomena-fenomena alam seperti kelangsungan dalam kondisi yang terasa mustahil.Realisme membawa penonton masuk ke dalam realitas yang berisi penjelajah

31

Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi.(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997). Hal. 97.

32

Graeme Burton. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kajian Televisi. (Yogyakarta: Jalasutra, 2011). Hal. 211-221.


(51)

alam yang mengombinasikan rekaman narator dan suara alam yang merdu.

3. Ilmu Pengetahuan

Program dokumenter tentang ilmu pengetahuan cederung mengombinasikan antara perkembangan ilmiah dengan analisis konsekuensi sosial ekonomi dari perkembangan tersebut.Program ini juga membentuk asumsi masyarakat tentang kebenaran dan validitas perkembangan sebuah teknologi terhadap kehidupan manusia.

4. Historis

Program dokumenter tentang sejarah banyak diproduksi oleh masyarakat, baik secara kelompok maupun personal.Sejarah adalah sebuah pandangan tentang fakta dan merupakan makna dari informasi tersebut berdasarkan bukti-bukti yang ada.Dokumenter tentang sejarah menjadi menarik untuk dipertontonkan kepada masyarakat karena memiliki nilai historis terkait fakta dan bukti yang ada di sekitar masyarakat.

5. Mainstream

Dokumenter yang menggunakan perangkat realisme

mainstream. Perangkat tersebut berupa natural sound, shot kamera

long held (kamera yang diletakkan pada satu tempat dan dibiarkan bekerja dalam waktu lama), lokasi kerja, dan shot presenter sekaligus narator yang menghadap lurus ke kamera menyajikan fakta-fakta di tempat tersebut.

6. Fly-on-the-wall / Vérité

Dokumenter dalam kategori ini mengusung realisme yang lebih

natural dan ‘apa adanya’ terhadap sebuah peristiwa. Kamera seolah mengintai secara detil setiap peristiwa yang terjadi. Dokumenter ini mirip dengan investigasi, mengintai pelaku di tempat sesungguhnya. Penonton dibawa masuk ke dalam realitas yang dekat dengan peristiwa dan mereka pun melupakan bahwa program tersebut tidak lepas dari proses seleksi dan editing, bentukan dari tim produksi.

7. Dramadoc

Realisme dalam dokumenter jenis ini adalah menonjolkan sisi dramatis. Graeme Burton mengatakan bahwa dramadoc berbeda dengan docudrama, sebagaimana pernyataannya sebagai berikut:

Dramadoc berbeda dengan docudrama, di mana praktiknya saling berkebalikan: pencangkokan perangkat dokumenter dalam basis fiksi..bagaimanapun realisme secara keseluruhan merupakan ilusi, ada kalanya sulit untuk meyakini mana yang merupakan basis awal dan rangkaian kovensi mana yang menonjol.

Menurut Burton dramadoc memiliki beberapa kaitan berikut: a. Memahami hakikat hubungan atara teks dan audiens;


(52)

40

b. Mengakui pentingnya realisme sebagai sebuah penilaian subjektif terhadap audiens;

c. Mengakui pembedaan antara realisme sebagai bentuk, serta sebagai realitas sebagai isi dan kondisi keyakinan;

d. Mengakui pengaruh modus realisme yang berbeda pada makna makna yang dikonstruksi diluar dokumenter, terutama ketika makna-makna tersebut membawa kepada ideologi.

8. Docusoap

Program docusoap merupakan cabang dari docudrama yang diambil dari opera sabun. Karakteristik docusoap yang lazim pada dokumenter dan opera sabun adalah sebagai berikut:

a. Lokasi yang autentik dan pelaku sejati sebagai pemain;

b. Kamera hand held (kamera yang pengoperasiannya menggunakan tangan);

c. Orang yang berbicara pada kamera;

d. Sekelompok orang yang bekerja pada satu lokasi dan berhubungan dengan publik;

e. Orang-orang (atau para pemain) yang dipilih atau difilmkan untuk menunjukkan perbedaan mereka;

f. Narasi multi-alur yang diciptakan di luar materi dokumen; g. Ambivalensi pengakhiran narasi;

h. Tekanan-tekanan dramatis dan antisipasi (narasi) yang diciptakan di luar materi dan persoalan-persoalan yang dihadapi para pemain dalam bekerja;

i. Para pemain yang muncul sebagai tokoh atau karakter alami lebih banyak disorot kamera.

Docusoap melukiskan hubungan cinta televisi dengan eksplorasi terhadap realisme sebagai seperangkat alat. Docusoap

mempresentasikan dengan cara lain, yaitu mengungkap realitas dari peristiwa apa adanya kemudian merestrukturasi ke dalam bentuk hiburan33.

4. Jenis Berita Televisi

Program berita televisi bertujuan memberikan informasi dan memenuhi rasa keingintahuan masyarakat terhadap sebuah peristiwa.Berita yang disiarkan televisi memiliki jenis yang berbeda dalam penyajiannya sesuai dengan peristiwa yang diliput.

33

Graeme Burton. Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar Kajian Televisi. (Yogyakarta: Jalasutra, 2011). Hal. 211-221.


(53)

Menurut penyajian berita, secara garis besar, berita memiliki dua jenis, yaitu:

a. Berita Keras (Hard News)

Berita keras atau hard news merupakan berita yang harus segera disiarkan karena sifatnya yang penting untuk segera diketahui secepatnya oleh masyarakat.Hard news menurut Jamieson & Campbell (1988) dalam Bryant dan Thompson (2002), mengatakan bahwa berita keras adalah:

Hard news has been defined as “the report of an event that happened or was disclosed within the previous twenty-four hours and treats an issue of ongoing concern”.

Berdasarkan pernyataan tersebut, sebuah peristiwa akan memiliki nilai jika memiliki beberapa kriteria, di antaranya adalah (1) bersifat personal atau terjadi kepada seseorang, (2) dramatis atau berisi konflik dan kontroversional, (3) aktual dan konkrit, bukan teori atau abstrak, (4) menceritakan sebuah kisah, dan (5) menghubungkan isu yang sedang terjadi kepada media34.

Berita keras yang disajikan dalam suatu program berita memiliki beragam durasi, mulai dari yang hanya berkisar lima menit, 30 menit,

34

Jennings Bryant and Susan Thompson.Fundamentals of Media Effects. (New York: Mc Graw Hill, 2002). P. 234.


(1)

6 JALAN MASUK HUTAN

GAMBAR2 GENERAL MADANI ESATBLISH PAKAI DRONE

SET-UP KADES

HARAMAIN)

ANS_4105 (02:35-03:25)

“Tebang pohon penjara, tebang pohon tangkap. Muncul stigma di masy bahwa pemerintah ini spt lebih menghargai pohon ketimbang menghargai manusianya. Pemerintah hanya mau mengembalikan kelestarian alam tapi tdk memikirkan kehidupan org yg tinggal di situ. Pola itu yg kita ganti dgn cara kita menanam bersama masy, kita beri contoh, kemudian kita bantu bibitnya, kita bantu

teknologinya, dan yg paling utama kita dgn tangan kita sendiri menunjukkan kepada mereka bahwa menanam kita anjurkan tdk hanya dgn mulut kita tapi dgn perbuatan kita.”

(04:16-04:39) “Setelah masy percaya bahwa pohon ini jg menopang kehidupan mereka maka mereka mulai menyayangi pohon itu. Jd kita tidak melarang mereka menebang pohon, memang pohon itu ada utk mereka manfaatkan, tapi kita

menekankan betul tebang 1 tanam 1000, tebang 1 tanam 1000.” LAHAN GUNDUL ITU KINI BERUBAH MENJADI KAWASAN HIJAU BERPOHON LEBAT// KAMPUNG MADANI KAMI MENYEBUTNYA// PERJUANGAN 13 TAHUN/ YANG MELIBATKAN SANTRI DAN MASYARAKAT//

403 KEPALA KELUARGA DI DUSUN LEMBAH SUREN INI MULAI MERASAKAN MASLAHATNYA//

SB. MURNAH (KEPALA DUSUN LEBAH SUREN) ANS_4112 (03:49-03:59)

“Kalo tanam kayu yg jual sampe puluhan2 jutalah semenjak mamik ada di sini karena mencontoh kan.” –cut- (04:09-04:26) “Kalo dari dulu tanam kayu sudah berapa besar gitu kan tapi ndak pernah ada contoh bahwa ini bisa. Jd tanah2 gersang sekarang banyak ditanami pohon2”

AKTIVITAS ENGLISH DEBATE & BEDAH BUKU

BERMANFAAT BAGI ORANG BANYAK ADALAH SEBAIK-BAIKNYA MANUSIA// SEBAGAI BEKALNYA/ PARA SANTRI TERUS BERGELUT DENGAN BERBAGAI RUANG DISKUSI/ MELUASKAN CAKRAWALA BERPIKIR MEREKA//

SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_3128 (03:33-04:01)

“Kita sebagai perempuan bukan hanya bisa di belakang laki2, ketika ada sebuah kepemimpinan, pemimpinnya pasti laki2, kita pengen generasi selanjutnya tdk ada lg perbedaan seperti itu. Siapa yang bisa silahkan, bukan ‘ooh dia perempuan, jgn dong ada masih banyak laki2’ jadinya kesetaraan gender itu yang kita

inginkan, jadinya ketika nanti kita di luar kita bisa memimpin di masyarakat.”

KESETARAAN GENDER MENJADI MISI YANG KAMI USUNG TINGGI// TAK ADA BEDA PERLAKUAN LAKI DAN PEREMPUAN/ MEREKA PUN DIBERI KEBEBASAN UNTUK BELAJAR BAHASA


(2)

7 INGGRIS HINGGA KE PARE/ JAWA TIMUR// WANITA ADALAH TIANG NEGARA//

ROLL DIKIT PAS DIALOG TENTANG MOVE ON SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_3166 (02:07-02:25)

“Pendekatan kita pendekatan demokratis. Jadi ada panca jiwa di dalam pondok ponpes ini namanya berpikiran bebas. Sekalipun posisinya terakhir setelah mereka dapat ilmu pengetahuan. Tapi dalam ponpes ini juga harus ditanamkan berpikir bebas itu bagaimana caranya.”

AKTIVITAS KESEHARIAN SANTRI

SILVI NYUCI BAJU

INSERT GAMBAR LAGI BERSIH2

SILVI MENJEMUR PAKAIAN

SILVI MASUK KE KAMAR BERTEMU RIKA

INSERT GAMBAR RIKA DUDUK DI LANTAI ATAS

SUASANA DI KAMAR

MENJADI SANTRI PASTI DIPENUHI SUKA DUKA// SEPERTI YANG KULALUI DULU DI PESANTREN GONTOR JAWA TIMUR// MANDIRI DAN MANAJEMEN WAKTU/ JADI PELAJARAN DASAR SETIAP HARI//

SB. SILVIA EKA SAVITRI (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_3776 (00:09-00:16)

“Biasanya kita nyuci waktu sore, soalnya cuman di sana tempat ada waktu. Selain sore pasti banyak kegiatan.”

JADWAL KETAT/ BANYAK ATURAN/ HINGGA USTADZ DAN USTADZAH YANG GALAK MENJADI SELENTINGAN YANG SERING KITA DENGAR// APAPUN ITU/ TAK SEBANDING

DENGAN PENGALAMAN BERHARGA YANG DIDAPAT SELAMA TINGGAL DI PONDOK//

SB. SILVIA EKA SAVITRI (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_3790 (00:49-00:56)

“Kita kan hidup dengan banyak orang, jadinya pasti ada konflik dan pastilah ada pertengkaran antara satu dgn yg lain.” –cut- (01:04-01:18) “Kita pecahin bersama. Biasanya kita kumpul satu kamar itu ntr disana kita ngomong apa kritikan utk yg ini utk yg itu, jadinya kita bisa pecahin masalah itu sendiri.”

ADA 1.600 SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PESANTREN INI// MEREKA TAK LAGI SEKADAR TEMAN/ MEREKA ADALAH KELUARGA// PENGGANTI AYAH/ IBU/ SAUDARA/ YANG BEGITU JAUH DI RUMAH SANA//

SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_3805 (01:50-02:02)

“Kalo udah lama belajar pasti jenuh, pengen minta pulang, tapi kalo dilayanin terus kapan kita berhasil. Palingan kalo jenuh ke lantai 4, cari pemandangan baru, suasana baru.”


(3)

8 SHALAT MAGHRIB

BERJAMAAH DI LAPANGAN

PARA SANTRI DATANG DARI BERBAGAI DAERAH// TAK ADA LAGI BATAS GEOGRAFIS// MEMOTIVASI MEREKA UNTUK MENGEJAR MIMPI KEMANA SAJA//

SB. SILVIA EKA SAVITRI (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_3807 (00:50-00:54)

“Saya ingin menjadi pengacara.”

SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_3808 (00:01-00:03)

“Pengen jadi duta besar Indonesia.” –cut- (00:13-00:28) “Nanti kalo saya ditempatkan di negara lain jadinya kan sering tidak adil tu kalo ada TKW di sana, pembelaan dari Indonesia tu kurang, jadinya pengen memperbaiki aja hubungan antar negara.”

SETELAH SEKIAN TAHUN DITEMPA/ KAU TAK HANYA

MENJADI PRIBADI YANG DEWASA/ PUN LEBIH MENGHARGAI MAKNA KEBERSAMAAN// DAN SATU LAGI../ SIAP UNTUK BERKARYA DI MANA SAJA//

SEGMEN 3

AKTIVITAS LATIHAN BAND DI STUDIO

AKTIVITAS RUANG MULTIMEDIA DAN UJIAN

ADA LIMA NILAI ATAU PANCA JIWA YANG MENDASARI KEHIDUPAN DI PONDOK// KEBEBASAN SALAH SATUNYA// BEBAS BERKREASI/ DENGAN TANGGUNG JAWAB

MENGIRINGI// GRUP BAND INI SALAH SATU WADAHNYA// SB. ZAINAL ABIDIN (SANTRI PONPES NURUL HARAMAIN) ANS_4157 (00:42-01:04)

“Ketua yayasan kami juga bilang, jika kalian dilepas dan dijatuhkan dari helikopter kalian harus siap jatuh dimana dan bisa bertahan hidup. Jadi artinya santri2nya gak cuman bisa di satu, dia taruh di sini bisa di sana bisa.”

MEREKA MENAMAINYA RUB’UL QORNI/ YANG BERARTI SEPEREMPAT ABAD// ANAK-ANAK INI ADALAH GENERASI KE-25 NURUL HARAMAIN// KAMI FASILITASI MEREKA DENGAN PEREKAM SUARA//

SB. NURKHOLIS SUHAIMI (GURU PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_4158 (00:39-00:49)

“Supaya ada dari santri2 yg mempunyai bakat seni, musik, juga bisa menyalurkan supaya kita bisa rekam supaya bisa didengarkan sama teman2 yang lain.”

DI SINI/ KAMI BERUSAHA MENDIDIK BERBASISKAN LINGKUNGAN DAN TEKNOLOGI//


(4)

9 ONLINE

AKTIVITAS MINI BANK

/ UJIAN PUN DILAKUKAN SECARA ONLINE SEDARI TUJUH TAHUN TERAKHIR//

PUN DI BIDANG EKONOMI// ADA BANK MINI YANG MULAI BEROPERASI SEJAK AKHIR TAHUN LALU// BISA MENABUNG TIAP HARI/ ATAU INVESTASI LEWAT TABUNGAN JANGKA PANJANG//

SB. MAULANA MALIK MADANI (SANTRI PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_4186 (00:36-00:43)

“Terasa lebih mudah mengatur keuangan. Tinggal narik, setor lagi.” –cut- (01:24-01:37) “Harus nulis keperluannya supaya ustad

ustadzahnya ngertilah mau dipake apa uangnya.”

SELURUH SANTRI BISA MENDAPAT KESEMPATAN MENJADI DIREKSI// PETUGASNYA BERGILIR TIAP SEBULAN SEKALI// MELATIH MEREKA/ JIKA HENDAK MENDIRIKAN LEMBAGA KEUANGAN DI KAMPUNG MASING-MASING KELAK// AKTIVITAS DI RUMAH

HASANAIN

MEMOTONGLEMBARAN2 BUKU, MELAKUKAN SCAN UNTUK DIGITALISASI

INSERT GAMBAR2 AKTIVITAS DENGAN BUKU

MENGAMBIL BIBIT, MENANAM

INILAH YANG MENJADI ALASANKU MENGAPA DULU NURUL HARAMAIN BERDIRI MENJADI PESANTREN//

SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_3500 (00:05-00:35)

“Pendidikan adalah cara paling pintas dan paling memungkinkan utk melakukan perubahan atau untuk membangun peradaban. Kemudian mengapa ponpes, karena ponpes adalah prototype atau bentuk asli pendidikan kita ala Indonesia. Sehingga gabungan antara pendidikan dan kulturalitas itulah yg saya kira punya harapan untuk bisa berhasil.”

SETELAH IMAN DAN AMAL SALEH/ ILMULAH YANG AKAN MENGANGKAT DERAJAT KITA// SEJAK 2001/ AKU MULAI MENDIGITALKAN BERBAGAI BUKU//

SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_3480 (00:44-01:08)

“Siapa yg mau pandai, bahannya sudah ada. Jadi silahkan, jgn karena gak mampu beli buku kemudian gak baca. Semua sudah ada. Dari buku2 terakhir kita dikirimkan oleh penerbit, ya kita beli, digitalisasi di sini, kemudian dishare.”

TIAP HARI AKU MELAKUKANNYA/ PAGI MAUPUN DI SISA KEKOSONGAN HARI// KINI TERKUMPUL HAMPIR 60 RIBU JUDUL BUKU DALAM PERPUSTAKAAN DIGITAL/ YANG BISA DIAKSES SELURUH SANTRI MAUPUN MASYARAKAT UMUM// JIKA PENAT MENDERA/ TANAMAN DI HALAMAN MENANTI


(5)

10 DI HALAMAN

INSERT GAMBAR POTONG PEPAYA

FOTO2 ANAK

GAMBAR ISTRI DI TK

DIPELIHARA// INI LINGKUP KECIL PEMBIBITAN YANG BISA DILAKUKAN/ DARI HALAMAN RUMAH SENDIRI//

SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_3487 (01:30-01:58)

“Wajib tiap tahun itu 1 juta bibit, setiap tahun. Gampang kan kalo pepaya kayak tadi itu bisa 500, yg jadi itu 1 pepaya. Jd saya biasanya kalo pergi ke kota lewat pasar saya beli pepaya yg rusak yg ndak terjual tapi bagus. Itu utk diambil bijinya.”

KELUARGA LAH ENERGIKU SELAMA INI// DARI EMPAT

ANAKKU/ HANYA SI BUNGSU YANG MASIH MENEMANI// ANAK KEDUA DAN KETIGA KINI MONDOK DI PESANTREN GONTOR// SEMENTARA SI SULUNG/ SEDANG MELANJUTKAN S-2 DI MAINZ UNIVERSITY/ JERMAN//

ISTRIKU KINI MENGELOLA PAUD DI SISI TIMUR PONDOK// SARANA YANG MEMPERTEMUKAN KAMI DULU OKTOBER 1988/ SAAT IA MENGIKUTI PENATARAN GURU TK/ DAN AKU PANITIANYA//

SB. RUNIATI (ISTRI HASANAIN JUAINI) ANS_3562 (07:27-07:45)

“Selama dia berkarya itu terus saja ndak apa2, yg penting itu bermanfaat utk masyarakat, utk lingkungan, utk pondok, utk keluarga, itu aja.”

FOOTAGE: DOC. PRIBADI INSCRIBER 1:

MANILA, 31 AGUSTUS 2011 INSCRIBER 2:

HASANAIN JUAINI MENDAPAT PENGHARGAAN

INTERNASIONAL “RAMON MAGSAYSAY AWARD”, KARENA MENGEMBANGKAN PESANTREN YANG PEDULI LINGKUNGAN, KESETARAAN GENDER, DAN MEMBANGUN KERUKUNAN BERAGAMA. INSERT FOTO2

PENGHARGAAN JEJERAN PIALA PENGHARGAAN

ROLL. PENGUMUMAN MAGSAYSAY (00:00-00:11) SOUND: 04:51-05:15

GAMBAR: 05:18-05:32

ROLL. HASANAIN ACCEPTANCE SPEECH (03:01-03:25)

This award has strengthened and energized me to reach my goals. Together let us unite and mutually extend our help to the people of the world so that in this era of globalization, we will live in a spirit of brotherhood.

(Penghargaan ini telah memperkuat dan menambah energi saya untuk mencapai tujuan. Bersama mari kita bersatu dan saling memberikan bantuan untuk orang-orang di seluruh dunia sehingga dalam era globalisasi ini, kita akan hidup dalam semangat

persaudaraan).

SEBELUMNYA TAHUN 2003 AKU MENERIMA ASHOKA

FELLOWSHIP/ MAARIF AWARD TAHUN 2008/ DAN BERBAGAI APRESIASI LAIN// TUHAN RUPANYA INGIN AKU BEKERJA LEBIH KERAS LAGI//

AKTIVITAS KEGIATAN OUTDOOR DI MADANI

SB. DWI YUSRIKA TAUTIN (SANTRIWATI PONPES NURUL HARAMAIN)


(6)

11 DIBUKA DENGAN DRUM BAND,

LALU TAEKWOND O DAN PRAMUKA

CLOSING:

MEMBENTUK HURUF NH FOR THE WORLD, GAMBAR UDARA DENGAN DRONE

“Segala sesuatu yg kita tanam pasti kita juga yg akan memetiknya. Walaupun bersakit2 dahulu, akan bersenang2 kemudiannya. Walaupun dulu malas, capek, ‘ih ntarlah mau nunda2 aja gitu’ tapi tetap aja semangat dari tuan guru mamiq harus pokoknya jgn pernah kita kerja setengah2, itu aja yg mamiq selalu bilang ke kita.” TANTANGAN PASTI ADA SAJA// TAPI SELAMA KITA

MENGETAHUI FILOSOFI DARI APA YANG KITA LAKUKAN/ TINGGAL FUNGSI LIDAH MENJELASKAN// ANAK-ANAK INI MAKIN SIAP UNTUK MENERUSKAN//

SB. HASANAIN JUAINI (PEMIMPIN PONPES NURUL HARAMAIN)

ANS_5823 (06:49-07:17)

“Islam itu rahmatan lil alamin. Maka kita menyiapkan Nurul Haramain ini adalah salah satu center of excellent, kita

mengupayakan di sini mendidik anak2 agar siap menjadi penduduk dunia yg baik, yg benar, mencintai

keindahan, hidup bermanfaat, dan kalo bisa dibuktikan dgn dirinya sendiri bisa makmur.”

MANUSIA DICIPTAKAN DENGAN MEMEGANG DUA AMANAH/ MEMELIHARA ALAM/ DAN BERIBADAH DI ATASNYA// SUDAH SAATNYA PERINTAH ITU KITA TINGGIKAN/ AGAR KATA-KATA TAK MAKIN KEHILANGAN MAKNA//

TERIMA KASIH:

PARA SANTRI DAN PENGAJAR PONDOK PONPES NURUL HARAMAIN, DESA LEMBUAK, KECAMATAN NARMADA, KABUPATEN LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT. WARGA DESA LEMBUAK, KECAMATAN NARMADA,

KABUPATEN LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT.