Produksi Program Lentera Indonesia

2. Produksi Program Lentera Indonesia

Memroduksi sebuah acara harus memiliki persiapan yang matang dan mendalam agar program yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang bagus, bukan hanya dari segi jenis tayangan tetapi juga gambar yang memberikan keindahan yang selaras bagi penonton. Tahap produksi dalam Lentera Indonesia dilakukan di luar studio, baik di dalam kota Jakarta maupun di luar kota Jakarta. Lentera Indonesia merupakan program dokumenter yang mengangkat perjuangan anak bangsa di daerah-daerah terpencil. Awalnya, Lentera Indonesia bekerjasama dengan Indonesia Mengajar sehingga lokasi pengambilan gambar pun dilakukan sesuai dengan lokasi pengajaran dari Indonesia Mengajar sehingga tema pun tentang metode-metode belajar 4 . Kemudian tema tersebut dikembangkan, meski bentuknya tetap sama, yaitu anak muda yang mengajar, namun kerjasamanya yang melebar ke institusi lain tetapi masih di lingkup pendidikan pula seperti Stasiun 3T, Sekolah Guru Indonesia SGI Dompet Dhuafa. Melihat bahwa sudah terlalu banyak tema tentang pendidikan di episode-episode sebelumnya, maka tim pun mencoba topik lain selain pendidikan, yaitu kesehatan, 4 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 bekerjasama dengan sebuah organisasi di bawah naungan pemerintah bernama Pencerah Nusantara 5 . Setelah kontrak dengan lembaga-lembaga non profit tersebut, Lentera Indonesia kemudian mengubah konsep yang semula hanya fokus pada anak muda pengabdi bangsa, beralih ke warga Indonesia yang memiliki dedikasi bagi bangsanya, tak hanya pada bidang pendidikan atau kesehatan, tetapi hingga semua sektor pengabdian yang mulia bagi masyarakat Indonesia yang membtuhkan uluran tangan, misalnya seorang pria berusia sekitar 40 tahun yang berhenti dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri dan membangun yayasan untuk menampung orang-orang yang memiliki kelainan jiwa. Perluasan konsep tersebut membuat tim mencari narasumber- narasumber baru yang lebih luas dan di luar kelembagaan. Seperti yang telah di bahas dalam tahap pra produksi, riset yang dilakukan reporter dan video journalist VJ lebih luas karena tim mencari sendiri narasumber yang memiliki dedikasi dan perjuangan yang patut diliput dan memberi inspirasi. Pada tahap produksi, kegiatan liputan dilakukan oleh seorang reporter dan VJ. Liputan dilakukan selama dua minggu di lapangan untuk dua episode sekaligus. Menurut Kahiril Hanan Lubis selaku reporter Lentera Indonesia, waktu dua minggu tersebut harus dimanfaatkan semaksimal 5 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 mungkin karena terbatas lokasi dan biaya. Repoter dan VJ dapat meliput dua kegiatan dalam satu daerah sekaligus untuk mengatasi keterbatasan waktu 6 . Ketika meliput di lapangan, reporter dan VJ harus kembali melakukan riset di lokasi pengambilan gambar, guna menyamakan persepsi dengan narasumber dan warga di sekitar lokasi tersebut, serta melakukan perizinan kepada petinggi daerah setempat. Hari pertama kedatangan reporter dan VJ di lokasi tidak digunakan untuk pengambilan gambar, melainkan melakukan pendekatan dengan narasumbernya. Tak hanya itu, reporter dan VJ melakukan cross check treatment yang telah di susun pada tahap pra produksi. Beberapa kesempatan dalam melakukan peliputan, hal yang ditemui di lapangan tidak sama dengan wishlist. Wishlist merupakan daftar harapan atau susunan rencana yang digunakan oleh reporter dalam melakukan liputan. Proses pendekatan yang dilakukan reporter seringnya tidak sama persis dengan harapan ketika di tahap pra produksi dan mengharuskan mencari narasumber pengganti dan tak jarang menemukan narasumber yang jauh lebih menarik dari yang telah direncanakan semula 7 . Secara umum, peliputan yang dilakukan tidak mengubah tema, hanya mengubah hal-hal tertentu yang tidak dapat dipaksakan untuk diliput. 6 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015. 7 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015. Ketika sampai di lapangan, menurut Khairil Hanan Lubis, tim akan membuat kembali segmentasi sesuai dengan keadaan di lokasi pengambilan gambar, setelah segmentasi sesuai, maka kegiatan liputan pun dapat dikerjakan. Tidak menutup kemungkinan untuk reporter dan VJ meliput dua orang sekaligus sebagai tokoh utama yang nantinya akan dilakukan pemilihan pada tahap pasca produksi 8 . Proses liputan di lapangan selama satu minggu untuk satu episode tak hanya meliput narasumber utama saja, melainkan juga meliput tokoh pendamping yang berkaitan dengan narasumber utama, seperti local champion, murid-murid narasumber utama, bahkan penduduk sekitar 9 . Selama proses produksi berita di lapangan, tak menutup kemungkinan dalam satu lokasi meliput untuk dua episode sekaligus. Waktu 12 hari yang ditentukan oleh kantor harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh tim liputan, meski pun lokasi syuting sulit dijangkau kendaraan 10 . Hal tersebut seperti diungkapkan Khairil Hanan Lubis, reporter Lentera Indonesia dalam wawancara dengan penulis, “Kita sih sebisa mungkin nggak terlalu jauh karena mikir waktu, kan. Dikasih waktu 12 hari untuk liputan, kalau bisa perpindahannya nggak jauh. Bahkan pernah terakhir syuting di Asmat itu dua episode tapi di satu tempat yang sama, ceritanya sama, cuma orangnya berbeda. Nah, karena memang akses ke sananya susah dan butuh waktu 12 hari, nggak mungkin 8 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 9 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 10 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 dong dalam 12 hari jadi satu episode, kita juga mikir budget. Tuntutan dari kantor tetap harus dua, 11 ” Tuntutan dan situasi tersebut membuat reporter dan VJ harus menyusun strategi sebaik mungkin agar produksi di lapangan berjalan lancar dan tidak banyak kekurangan. Alur produksi Lentera Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 9. Alur Produksi Lentera Indonesia 3. Pasca Produksi Program Lentera Indonesia Pasca produksi program merupakan tahap akhir dari rangkaian proses produksi program, di dalamnya terdapat pemilihan gambar hasil shooting di lapangan dan editing, seperti yang diungkapkan Fred Wibowo, yaitu 12 : 11 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015. 12 Fred Wibowo. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Anggota Ikapi, 1997. Hal. 100. Riset lokasi dan melakukan perizinan terhadap petinggi setempat Cross check treatment atau segmentasi Melaksanakan liputan a. Pemilihan gambar hasil shooting logging, kemudian melakukan editing off line; b. Hasil editing off line dibuat naskah, apabila dibutuhkan narasi, harus ditulis dalam naskah. Naskah lengkap yang berisi susunan gambar dan narasi disebut editing script; c. Berdasarkan editing script kemudian dibuat editing on line. Dalam editing on line semua harus sudah pasti. Jadi, editing on line merupakan editing final; d. Proses selanjutnya adalah mixing. Dalam mixing, narasi dan music ilustrasi dimasukkan dan dicampur di tempat yang sudah direncanakan dalam editing script. Tahap pasca produksi Lentera Indonesia dikerjakan oleh reporter, VJ, editor, dan produser madya. Editor memiliki peran besar dalam tahap akhir ini, namun tak lepas dari kru Lentera Indonesia lainnya karena masing-masing memiliki tugas yang dilakukan dalam menyelesaikan setiap episode sebelum siap tayang. Tugas editor di sini adalah menggabungkan gambar hasil liputan dan menambahkan sound, animasi, grafik, dan lain sebagainya agar tayangan menjadi lebih menarik untuk ditonton. Sedangkan tugas VJ pada tahap ini adalah memilih gambar hasil liputan logging atau dalam produksi Lentera Indonesia disebut rough cut. Reporter kemudian membuat naskah untuk acuan editor menggabungkan video liputan dan membuat dubbing 13 . Pasca produksi dimulai setelah reporter dan VJ kembali dari liputan. Erwin Widyastama selaku VJ Lentera Indonesia, mengungkapkan, hasil liputan berupa file mentah yang berada di hard disk. Data tersebut kemudian diserahkan ke library yang berada di lantai 29 kantor NET. TV untuk diinjescts atau dimasukkan ke dalam sebuah database yang memiliki kapasitas ribuan gigabyte yang disebut server dengan kode tertentu 14 . Data yang telah diinjects ke server tersebut sudah berbentuk low rest kemudian disalurkan ke komputer rough cut yang berada di lantai 28 untuk diolah tim Lentera Indonesia 15 . Data yang masih terdiri dari gambar- gambar hasil liputan tersebut dipilah oleh VJ untuk keperluan editing, menyeimbangkan gambar dengan naskah. Pemilahan gambar dimaksudkan untuk menyaring gambar-gambar yang tidak mendukung, seperti gambar blur atau kurang pas hasilnya. Reporter selanjutnya membuat naskah dan rincian penggunaan biaya selama proses produksi di lapangan. Naskah yang dibuat reporter tidak lepas dari segmentasi yang telah dibuat saat pra produksi karena 13 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 14 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 15 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 segmentasi tersebut yang menjadi acuan produksi. Pembuatan naskah tersebut, mengutip dari Khairil Hanan Lubis, berlangsung selama kurang lebih tiga hari namun jika deadline penyerahan naskah terlalu berhimpit dengan tanggal produksi, maka pengerjaannya bisa berlangsung selama satu hari penuh 16 . Naskah yang dibuat reporter tidak serta-merta langsung digunakan dalam proses editing. Naskah terlebih dahulu diserahkan ke produser Lentera Indonesia untuk diteliti dan diperbaiki 17 . Jika naskah telah diedit oleh produser, maka naskah sudah dapat digunakan untuk keperluan edit. Editor baru bisa melaksanakan proses edit jika naskah dan gambar telah sesuai, namun tidak ada ketentuan dalam mengedit harus sesuai dengan yang dibuat oleh reporter dan VJ. Editor memiliki kewenangan memilih gambar atau video yang lebih baik dari pilihan VJ jika dirasa gambar pilihan VJ kurang pas disatukan ketika diedit. Proses editing di dalam program Lentera Indonesia tidak memiliki ketentuan khusus. Sebagaimana yang diungkapkan Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, “Kadang-kadang kalau memang aku ngerasa gambarnya nggak pas terus aku ganti, aku bongkar. Jadi nggak ada patokan bahwa ngedit harus begini, 16 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 17 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 harus begitu, yang penting ceritanya ngalir, gambarnya ngalir, emosinya ngalir..” 18 . Namun hal tersebut tidak menjadikan proses editing Lentera Indonesia tidak memiliki alur. Keterampilan dan pengalaman editor dalam melakukan edit menjadi faktor pendukung kekuatan proses tersebut. Jika naskah sudah fixed untuk dijadikan panduan editing, maka proses selanjutnya adalah melakukan dubbing, yaitu memasukkan suara narasi ke dalam hasil liputan. Rianjana Putra mengungkapkan bahwa audio terdiri dari tiga hal, yaitu 19 : a. Natural Sound : athmosphere seperti suara angin; b. Chit Chat : suara percakapan orang atau sekumpulan orang; c. Sound Bite : suara wawancara narasumber atau narator. Ketiga komponen audio tersebut saling mendukung dan memberikan kelengkapan untuk video liputan. Terlebih dari itu, program televisi merupakan program yang menghadirkan video dan audio sehingga harus saling mendukung dan berhubungan. Dubbing atau suara narator disesuaikan dengan naskah yang telah diedit oleh produser. Ketika proses dubbing dikerjakan, editor ikut andil dan mempunyai wewenang dalam menentukan jeda per kata. Proses 18 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 19 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 dubbing tersebut dikerjakan sebelum editor melaksanakan editing secara keseluruhan. Ketika naskah, gambar atau video, dan dubbing telah siap, selanjutnya dapat dikerjakan oleh editor. Editor menggunakan software editing video bernama Velocity 20 . Lentera Indonesia memiliki ketentuan dari perusahaan untuk menggunakan software tersebut dalam melakukan editing. Software editing video Velocity digunakan karena mampu mengolah video untuk kualitas Full High Definition HD yang memang menjadi kualitas tayangan untuk seluruh program-program di NET. TV. Masing- masing program NET memiliki software tersendiri dalam melakukan editing. Software yang mampu digunakan untuk mengolah HD adalah Velocity, Adobe Premiere, dan Edius 21 . Editing room yang digunakan oleh Lentera Indonesia terletak di lantai 28 dan ruang tersebut memiliki jadwal untuk tiap program karena editing room digunakan bersama-sama oleh seluruh editor program. Rianjana Putra mengungkapkan bahwa setiap hari Lentera Indonesia mendapatkan jadwal satu shift, yaitu shift tiga. Satu shift berlangsung selama delapan jam 22 . 20 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 21 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 22 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 Seluruh hasil liputan yang telah mengalami proses edit menjadi serangkaian video yang utuh menjadi sebuah tayangan, namun prosesnya tak berhenti sampai di situ. Rangkaian video liputan tersebut kemudian memasuki tahap preview, yaitu tahap peninjauan editing. Preview tersebut kewenangannya dimiliki oleh produser. Dalam Lentera Indonesia, wewenang tersebut dilakoni oleh produser madya, Satria Purnatama. Produser madya bertugas melakukan pemotongan durasi karena durasi yang terlalu panjang, misalkan durasi hingga 30 menit lebih. Sebelumnya, durasi utuh siap tayang yaitu 26 menit, namun diperpendek menjadi 24 menit. Waktu tayangan di televisi yang disediakan untuk Lentera Indonesia adalah 30 menit, mulai pukul 14.30 WIB hingga 15.00 WIB, tiap Sabtu dan Minggu 23 . Seperti yang dituturkan oleh Produser Madya Lentera Indonesia, Satria Purnatama, bahwa pengurangan durasi tayang tersebut dikarenakan iklan yang sudah mulai masuk. “Sudah kebanyakan iklan jadi durasi harus dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi,” 24 . Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa Lentera Indonesia dikatakan sebagai program semi-dokumenter 25 . Sebuah program 23 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 24 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 dokumenter yang berada di bawah naungan industri akan mengalami pergeseran durasi karena sebuah perusahaan media pasti memiliki relasi terhadap iklan. Proses editing secara keseluruhan berlangsung selama empat hari. Tiga hari digunakan untuk editing, sehari selanjutnya digunakan untuk preview dan finishing. Setelah project editing selesai dikerjakan seluruhnya, project editing hingga master on air disimpan di master control room MCR, atau ruang kendali utama tayangan di sebuah stasiun televisi 26 . Data-data yang dikerjakan selama proses editing kemudian didelete atau dibuang dari komputer yang digunakan di editing room. Data-data tersebut tersimpan di dalam server dalam bentuk timeline 27 . Ketika editing, editor beberapa kali pernah mengalami kekurangan gambar dalam mengedit liputan. Misalnya dalam sutau liputan, seharusnya ada gambar orang berjalan namun yang ditekankan dalam shoot tersebut adalah kaki yang tengah berjalan agar lebih bermakna, tetapi gambar tersebut tak ada, maka editor akan menyiasatinya dengan menggunakan stock shot. Editor selalu menyimpan gambar-gambar yang bagus agar 25 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 26 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 27 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 VJ memilah video-video hasil liputan logging Reporter membuat naskah Produser mengedit naskah Membuat dubbing Editor melaksanakan editing video Produser madya melakukan preview dan pemotongan durasi Editor membuat finishing sebelum menyerahkan ke master control room MCR Lentera Indonesia siap ditayangkan pada Sabtu dan Minggu kelak jika hal tersebut terjadi, maka dapat diatasi dengan stock shot tersebut untuk melengkapinya 28 . Alur pasca produksi Lentera Indonesia digambarkan sebagai berikut: Gambar 10. Alur Pasca Produksi Lentera Indonesia

B. Analisis Produksi Program Lentera Indonesia dalam Analisis Data Model Miles dan Huberman