Analisis Produksi Program Lentera Indonesia dalam Analisis Data Model Miles dan Huberman

VJ memilah video-video hasil liputan logging Reporter membuat naskah Produser mengedit naskah Membuat dubbing Editor melaksanakan editing video Produser madya melakukan preview dan pemotongan durasi Editor membuat finishing sebelum menyerahkan ke master control room MCR Lentera Indonesia siap ditayangkan pada Sabtu dan Minggu kelak jika hal tersebut terjadi, maka dapat diatasi dengan stock shot tersebut untuk melengkapinya 28 . Alur pasca produksi Lentera Indonesia digambarkan sebagai berikut: Gambar 10. Alur Pasca Produksi Lentera Indonesia

B. Analisis Produksi Program Lentera Indonesia dalam Analisis Data Model Miles dan Huberman

Proses produksi Lentera Indonesia memiliki berbagai macam tahapan dan langkahnya telah dipaparkan sebelumnya. Data yang diperoleh dari penelitian produksi Lentera Indonesia tersebut dianalisis menggunakan Analisis Data Model Miles dan Huberman. Analisis data tersebut terdiri dari atas tiga 28 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 kegiatan utama, yaitu pertama, reduksi data yang berarti pemilihan data ‘mentah’ dari penelitian yang diurutkan dengan poin-poin penting, kedua penyajian data, yaitu data yang telah dipilih dalam reduksi data untuk ditampilkan dalam laporan penelitian, dan terakhir adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan, yaitu kesimpulan atas penelitian yang diperoleh 29 . a. Data lapangan yang diperoleh mengenai konsep Lentera Indonesia adalah Lentera Indonesia berangkat dari cerita tentang anak bangsa yang berbuat sesuatu bagi bangsanya melalui kerja sama dengan Indonesia Mengajar. Data tersebut mengalami reduksi data dan menjadi beberapa bagian penting, yaitu : 1. Lentera Indonesia bekerjasama dengan Indonesia Mengajar; 2. Menginspirasi masyarakat Indonesia; 3. Kepedulian terhadap masyarakat di desa terpencil. Penyajian datanya adalah Lentera Indonesia merupakan program dokumenter yang menayangkan kegiatan sekelompok anak muda yang mendedikasikan diri untuk bangsa Indonesia. Kemudian kesimpulan yang diperoleh ialah program Lentera Indonesia dibuat dengan tujuan menginspirasi orang Indonesia untuk sadar dan peduli terhadap mereka yang masih membutuhkan uluran tangan. b. Data lapangan mengenai target narasumber ialah perubahan target narasumber Lentera Indonesia yang semula berada di lingkup institusi 29 Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif: Buku SumberTentang Metode-Metode Baru. Hal. 16 tertentu menjadi seluruh warga Indonesia yang memiliki dedikasi bagi rakyat Indonesia yang membutuhkan. Reduksi data lapangan tersebut ialah Lentera Indonesia habis kontrak dengan institusi Indonesia Mengajar, Lentera Indonesia, Dompet Dhuafa, Stasiun 3T, dan Pencerah Nusantara. Penyajian datanya adalah narasumber Lentera Indonesia merupakan orang Indonesia yang memiliki dedikasi, semangat, dan perjuangan untuk bangsa Indonesia. Kemudian ditarik kesimpulan bahwa Lentera Indonesia membuka peluang bagi orang- orang yang telah berbuat sesuatu bagi bangsa Indonesia. c. Data lapangan yang diperoleh mengenai proses produksi diawai dengan tahap pra produksi Lentera Indonesia yang dimulai dengan riset issue. Hal apa yang menarik untuk diangkat di episode selanjutnya. Apakah narasumber cukup memiliki dedikasi dan semangat perjuangan atau tidak. Data tersebut mengalami reduksi data menjadi beberapa poin, yaitu: 1. Tahapan pra produksi; 2. Riset issue; 3. Target memenuhi syarat untuk menjadi narasumber Lentera Indonesia; 4. Riset dilakukan oleh reporter dan VJ. Penyajian datanya ialah tahap riset merupakan penentuan akan ke mana dan siapa yang akan diangkat menjadi tokoh pada episode yang akan ditayangkan selanjutnya. Riset tersebut dilakukan oleh reporter dan video journalist VJ yang akan melakukan peliputan. Kesimpulannya adalah Lentera Indonesia bertolak dari tema utama, yaitu tentang anak bangsa yang berdedikasi untuk bangsa Indonesia. Tahap pra produksi, langkah dimulai dari riset issue yang dilakukan reporter dan VJ. d. Setelah riset issue, reporter dan VJ mencari informasi via telepon, via googling, via data-data yang pernah ada. Dibicarakan dengan produser. Setelah itu dibicarakan di kantor, seberapa kuat, seberapa penting dia untuk diangkat. Data lapangan tersebut direduksi menjadi : 1. Mencari info melalui teknologi dan data yang sudah dimiliki; 2. Sounding dengan produser. Penyajian datanya adalah reporter dan VJ memperoleh informasi via telepon, Google dan data-data yang pernah ada. Data yang telah diperoleh kemudian dikemukakan kepada produser, jika disetujui, maka riset pun dilanjutkan. Kesimpulan yang diperoleh ialah reporter mendapatkan kemudahan riset melalui teknologi. Proses riset pun harus selalu dibicarakan dengan produser. e. Data lapangan selanjutnya ialah reporter dan VJ menyusun segmentasinya, jalan ceritanya per detil, dibuka dengan apa. Selanjutnya, tim ingin membangun juga drama di dalam cerita, seperti apa, scene-scenenya bagaimana, gambarnya apa saja. Reduksi datanya ialah : 1. Reporter membuat treatment atau segmentasi; 2. Reporter mengerjakan bersama VJ. Penyajian datanya ialah setelah melakukan riset, reporter dan VJ akan membuat tesis atau menyusun kerangka. Susunan tersebut kemudian dikembangkan menjadi treatment atau rincian sekuen yang berisi segmentasi, jalan cerita secara detail, dibuka dengan adegan apa, scene-scene, dan gambar. Maka kesimpulannya ialah segmentasi dibuat secara detil guna acuan dalam tahap produksi sehingga meminimalisir kekurangan angle dalam pembuatan video ketika liputan dan dapat dikembangkan dalam pembuatan naskah. f. “Selanjutnya, kita mau membangun juga drama di dalam cerita, seperti apa, scene-scenenya bagaimana, gambarnya apa aja. Itu langsung dibicarakan. Setelah oke, tentukan tanggal dan waktu, tinggal berangkat,” merupakan data lapangan yang diperoleh berdasarkan wawancara dengan Khairil Hanan Lubis, reporter Lentera Indonesia 30 . Reduksi data yang diperoleh ialah : 1. Pitching dihadiri oleh produser, produser madya, reporter, dan VJ; 2. Pitching membahas treatment yang telah dibuat; 3. Rapat sekaligus menentukan waktu keberangkatan liputan. Penyajian datanya ialah treatment tersebut dibawa ketika rapat penyatuan idea tau pitching untuk dipresentasikan. Rapat pitching 30 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 dihadiri oleh produser, produser madya, serta reporter dan VJ yang akan berangkat liputan. Rapat tersebut membahas tokoh utama yang akan diangkat. Kesimpulan yang ditarik ialah rapat ide pitching digunakan untuk menyamakan persepsi, pemikiran, dan peneguhan treatment agar tidak terjadi ketimpangan saat liputan atau pada hasil liputan mendatang. g. Tahap produksi Lentera Indonesia dilakukan di beberapa daerah, mulai dari pinggir Jakarta, hingga luar kota, sesuai konsep awal. Data tersebut direduksi menjadi lokasi produksi di daerah terpencil, baik tepi Jakarta maupun luar kota. Penyajian datanya ialah tahap produksi dalam Lentera Indonesia dilakukan di luar studio, baik di dalam kota Jakarta maupun di luar kota Jakarta. Lentera Indonesia merupakan program dokumenter yang mengangkat perjuangan anak bangsa di daerah-daerah terpencil. Kesimpulannya adalah Lentera Indonesia berkomitmen mengangkat perjuangan seseorang melipur kesenjangan sosial di daerah marginal. h. “Dikasih waktu 12 hari untuk liputan, kalau bisa perpindahannya nggak jauh. Bahkan pernah terakhir syuting di Asmat itu dua episode tapi di satu tempat yang sama, ceritanya sama, cuma orangnya berbeda,” ujar Khairil Hanan Lubis selaku reporter Lentera Indonesia 31 . Reduksi data yang diperoleh ialah : 1. Waktu liputan berlangsung selama 12 hari; 31 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 2. Satu daerah yang menjadi lokasi syuting untuk dua episode. Penyajian datanya ialah pada tahap produksi, kegiatan liputan dilakukan oleh seorang reporter dan VJ. Liputan dilakukan selama dua minggu di lapangan untuk dua episode sekaligus. Maka kesimpulan yang ditarik ialah sekali perjalanan liputan, dilkaukan untuk dua episode. Minimalisir budget menjadi pertimbangan dan diupayakan di satu daerah tersebut bisa menghasilkan dua episode selama tenggat waktu 12 hari. i. “Begitu sampai reporter dan VJ langsung menemui narasumber, mengajak ngobrol. Segmentasi yang sudah disusun, dicross-check kembali, ini bagaimana, begini-begini,” ungkap Khairil Hanan Lubis, reporter Lentera Indonesia 32 . Reduksi datanya terdiri atas: 1. Hari pertama digunakan untuk riset lapangan; 2. Melakukan perizinan terhadap tetua setempat; 3. Cross check segmentasi. Penyajian datanya ialah hari pertama kedatangan reporter dan VJ di lokasi tidak digunakan untuk pengambilan gambar, melainkan melakukan pendekatan dengan narasumbernya. Tak hanya itu, reporter dan VJ melakukan cross check treatment yang telah di susun pada tahap pra produksi. Kemudian ditarik kesimpulan bahwa pendekatan terhadap narasumber dan warga setempat dilakukan agar proses liputan 32 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 berjalan lancar. Cross check segmentasi dilakukan untuk penyesuaian dengan kondisi lapangan. j. “Si aku ini tetap jalan sebagai tokoh utama tapi di dalam itu kan ada yang ibaratnya jadi tokoh pendamping, mungkin bisa local champion, murid-murid, bisa siapa yang menarik yang penting masih berkaitan dengan dia dan tetap kemunculan harus tokoh utama,” 33 . Data tersebut direduksi menjadi : 1. Proses liputan dikerjakan selama dua minggu; 2. Liputan tidak hanya berisi narasumber utama, tetapi juga tokoh pendamping yang berkaitan. Data tersebut disajikan dengan proses liputan di lapangan selama satu minggu untuk satu episode tak hanya meliput narasumber utama saja, melainkan juga meliput tokoh pendamping yang berkaitan dengan narasumber utama, seperti local champion, murid-murid narasumber utama, bahkan penduduk sekitar. Maka kesimpulan yang ditarik adalah liputan dilakukan sebaik mungkin dengan meliput tokoh pendamping narasumber utama agar cerita berjalan selaras dan memperkaya informasi. k. “Kita sih sebisa mungkin nggak terlalu jauh karena mikir waktu, kan. Dikasih waktu 12 hari untuk liputan, kalau bisa perpindahannya nggak jauh,” ujar Khairil Hanan Lubis. Reduksi datanya ialah: 33 Khairil Hanan Lubis, Reporter Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 1. Waktu liputan selama 12 hari; 2. Satu daerah untuk dua lokasi yang berdekatan. Display datanya ialah selama proses produksi berita di lapangan, tak menutup kemungkinan dalam satu lokasi meliput untuk dua episode sekaligus. Waktu 12 hari yang ditentukan oleh kantor harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh tim liputan, meski pun lokasi syuting sulit dijangkau kendaraan. Kemudian ditarik kesimpulan bahwa proses produksi juga harus mempertimbangkan waktu, biaya, dan lokasi. l. “File yang ada di hard disk yang diserahkan ke library di lantai 29. Nah, dia yang masukkin ke server dengan kode tertentu. Library ini yang melakukan injecst. Injecst di sini maksudnya memasukkan data ke server. Kemudian ditarik ke komputer rough cut. Itu sudah bentuk low rest,” 34 . Data tersebut direduksi menjadi: 1. Data hasil liputan diserahkan ke library; 2. Library melakukan injects data ke server; 3. Library mengirimkan data ke komputer rough cut dalam bentuk low rest. Penyajian datanya ialah pasca produksi dimulai setelah reporter dan VJ kembali dari liputan. Erwin Widyastama selaku VJ Lentera Indonesia, mengungkapkan, hasil liputan berupa file mentah yang berada di hard 34 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 disk. Data tersebut kemudian diserahkan ke library yang berada di lantai 29 kantor NET. TV untuk diinjescts ke server. Kesimpulan yang ditarik ialah PT. Netmediatama Indonesia memiliki sebuah database berukuran ribuan gigabyte untuk menyimpan data semua program di NET, maka dari itu NET memiliki alur tersendiri dalam menerima dan menyalurkan data untuk keperluan editing produksi program. m. Selesai liputan, VJ akan memilih gambar hasil liputan di komputer rough cut dan reporter membuat naskah. Editingnya dimulai dari tim liputan memberikan naskah dan materi ke editor, baru kemudian diedit. Reduksi datanya ialah : 1. VJ memilah video hasil liputan di komputer rough cut; 2. Reporter membuat naskah; 3. Editor menerima materi dan naskah sebelum kemudian melakukan editing secara keseluruhan. Penyajian datanya ialah Tugas editor di sini adalah menggabungkan gambar hasil liputan dan menambahkan sound, animasi, grafik, dan lain sebagainya agar tayangan menjadi lebih menarik untuk ditonton. Sedangkan tugas VJ pada tahap ini adalah memilih gambar hasil liputan atau dalam produksi Lentera Indonesia disebut roughraws cut yang artinya editing kasar. Reporter kemudian membuat naskah untuk acuan editor menggabungkan video liputan dan membuat dubbing. Kesimpulan yang ditarik ialah VJ dan reporter memiliki peran di produksi program dari pra produksi hingga pasca produksi. Pada tahap pasca produksi, reporter bertugas membuat naskah dan VJ memilah video hasil liputan untuk kemudian materi-materi tersebut diserahkan ke editor untuk diselaraskan dan diisi dengan suara, grafik, dan gambar. n. Reporter membuat naskah setelah kembali dari tugas liputan. Naskah tersebut dibuat selama tiga hari kemudian diserahkan ke produser untuk ditinjau dan diteguhkan. Data tersebut direduksi menjadi: 1. Naskah yang dibuat reporter diserahkan ke produser; 2. Produser melakukan pratinjau dan mengubah yang belum sesuai. Penyajian datanya ialah naskah yang dibuat reporter tidak serta-merta langsung digunakan dalam proses editing. Naskah terlebih dahulu diserahkan ke produser Lentera Indonesia untuk diteliti dan diperbaiki. Jika naskah telah diedit oleh produser, maka naskah sudah dapat digunakan untuk keperluan edit. Kesimpulan yang dapat ditarik ialah dalam melakukan proses editing, naskah digunakan sebagai acuan. Namun sebelum itu, naskah harus terlebih dahulu ditinjau produser guna memperbaiki kesalahan dan menambah kekurangan, agar menghasilkan naskah yang baik dan berkualitas. o. “Begitu masuk editing, kalau di sini kan sistemnya rough cut, sama VJnya dibikin kasar dulu, kan sesuai naskahnya. Kemudian editor akan mengedit, dalam proses mengedit nggak murni seratus persen harus patokan dengan yang sudah dibikin sama VJ itu. Jadi, kadang-kadang kalau memang gambarnya nggak pas akan diganti,” 35 . Data tersebut direduksi menjadi : 1. Editor memulai kegiatan editing jika naskah dan materi sudah fixed dan diterima; 2. Tidak ada ketentuan khusus dalam mengedit; 3. Editor dapat mengganti gambar atau video yang kurang sesuai dan kurang selaras. Penyajian datanya adalah editor baru bisa melaksanakan proses edit jika naskah dan gambar telah sesuai, namun tidak ada ketentuan dalam mengedit harus sesuai dengan yang dibuat oleh reporter dan VJ. Editor memiliki kewenangan memilih gambar atau video yang lebih baik dari pilihan VJ jika dirasa gambar pilihan VJ kurang pas disatukan ketika diedit. Kseimpulan yang ditarik ialah editor memasuki ruang editing jika materi telah sia, mulai dari naskah yang telah tetap, dubbing, video hasil liputan yang sudah dipilih VJ. Selanjutnya editor akan melaksankan tugasnya dan dapat mengganti gambar atau video yang kurang pas dengan cerita. p. Data lapangan berupa dubbing dilakukan sebelum edit. Jadi ketika masuk ke ruang editing itu semua sudah masuk, gambar, dubbing, dan naskah. Selanjutnya editor yang mengolah. Maka hasil reduksi datanya berupa: 35 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 1. Dubbing direkam setelah naskah siap dipakai; 2. Hasil dubbing masuk ke ruang editing bersamaan dengan naskah dan video liputan. Penyajian datanya ialah jika naskah sudah fixed untuk dijadikan panduan editing, maka proses selanjutnya adalah melakukan dubbing, yaitu memasukkan suara narasi ke dalam hasil liputan. Kesimpulan yang diambil ialah ketika memasuki ruang editing, semua materi sudah harus siap. q. “Kalau audio, natural sound kan ada tiga, natural sound yang benar- benar ambience, atmosphere, yang kedua adalah chit chat, dan yang ketiga sound bite, itu wawancara. Kalau yang natural sound, athmosphere yang kayak suara angin, 36 ” ungkap Rianjana Putra dalam wawancara dengan penulis. Reduksi data yang dilakukan menghasilkan data: 1. Jenis audio terdiri dari tiga komponen; 2. Natural sound, chit chat, dan sound bite. Peyajian datanya ialah audio terdiri dari tiga hal, yaitu: 1. Natural sound : athmosphere seperti suara angin; 2. Chit chat : suara percakapan orang atau sekumpulan orang; 3. Sound bite : suara wawancara narasumber atau narator. 36 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 Maka kesimpulan yang dapat ditarik ialah tiga komponen suara yang utama dalam sebuah tayangan, yaitu natural sound, chit chat, dan sound bite. r. “dubbingnya itu sesuai naskah. Naskah kan per paragfraf, dubbingnya ya semua itu dibaca. Nanti yang menentukan jeda per kata itu editor,” 37 . Data hasil reduksi yang diperoleh ialah: 1. Dubbing dikerjakan sesuai naskah; 2. Editor menentukan jeda per kata. Penyajian datanya ialah ketika proses dubbing dikerjakan, editor ikut andil dan mempunyai wewenang dalam menentukan jeda per kata. Proses dubbing tersebut dikerjakan sebelum editor melaksanakan editing secara keseluruhan. Kesimpulan data yang dapat ditarik ialah proses dubbing dapat didampingi oleh editor atau editor dapat menentukan jeda paragraph pada lembar naskah. s. “..yang mampu mengolah Full HD itu hanya Velocity, Premiere, Edius. Kita pakai Premiere dan Edius tapi kebetulan yang dipakai untuk Lentera Indonesia itu Velocity. Kalau yang pakai Premiere itu program Weekend List, ILook, kalau Edius itu Ini Talkshow,” 38 . Reduksi datanya ialah : 1. Software yang digunakan editor Lentera Indonesia adalah Velocity; 37 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 38 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 2. Velocity mampu mengolah full high definition HD; 3. Perusahaan menentukan software Velocity untuk editing program Lentera Indonesia. Penyajian datanya adalah editor menggunakan software editing video bernama Velocity. Lentera Indonesia memiliki ketentuan dari perusahaan untuk menggunakan software tersebut dalam melakukan editing. Software editing video Velocity digunakan karena mampu mengolah video untuk kualitas full high definition HD yang memang menjadi kualitas tayangan untuk seluruh program-program di NET. Kesimpulannya adalah kualitas tayangan NET adalah high definition HD sehingga perusahaa menentukan software tersendiri yang mampu mengolah kualitas HD. Masing-masing program di NET telah ditetapkan software apa yang digunakan untuk editing video. t. “Satu episode dengan preview potong durasi, finishing empat hari empat shift. Satu shift delapan jam. Sistemnya kita by shift. Tiap hari itu Lentera Indonesia dapat satu shift, shift tiga, satu shift delapan jam, jadi empat hari,” 39 . Data hasil reduksi ialah: 1. Waktu yang dihabiskan dalam mengedit adalah empat hari; 2. Editing room yang digunakan memiliki jadwal per shift; 3. Lentera Indonesia mendapat jadwal di shift tiga; 4. Satu shift berlangsung selama delapan jam. 39 Rianjana Putra, Editor Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 Penyajian datanya ialah editing room yang digunakan oleh Lentera Indonesia terletak di lantai 28 dan ruang tersebut memiliki jadwal untuk tiap program karena editing room digunakan bersama-sama oleh seluruh editor program. Rianjana Putra mengungkapkan bahwa setiap hari Lentera Indonesia mendapatkan jadwal satu shift, yaitu shift tiga. Satu shift berlangsung selama delapan jam. Kesimpulannya adalah pembuatan jadwal di ruang editing dibuat agar tiap program memiliki waktu untuk melakukan editing. Setiap shift dijatuhkan waktu delapan jam dan Lentera Indonesia memiliki jadwal di shift tiga. u. “Setelah diedit semua, nah Mas Satria ini yang melanjutkan. Jadi, diedit kan sesuai naskah, durasi bisa sampai 35 menit, padahal yang kita butuhkan buat tayangan sekitar 24 menit. Karena kita punya waktu setengah jam, terpotong iklan, jadi totalnya buat jadi satu cerita itu 24 menit. Itu sudah durasi bersih termasuk dengan bumper,” 40 . Hasil reduksi datanya ialah: 1. Setelah selesai edit kemudian rangkain video dipreview oleh produser madya; 2. Produser memotong durasi yang terlalu panjang; 3. Waktu tayang hanya 30 menit termasuk iklan; 4. Waktu yang dibutuhkan untuk tayangan Lentera Indonesia adalah 24 menit. 40 Erwin Widyastama, Video Journalist Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 Penyajian datanya adalah rangkaian video liputan tersebut kemudian memasuki tahap preview, yaitu tahap peninjauan editing. Preview tersebut kewenangannya dimiliki oleh produser. Dalam Lentera Indonesia, wewenang tersebut dilakoni oleh produser madya, Satria Purnatama. Produser madya bertugas melakukan pemotongan durasi karena durasi yang terlalu panjang, misalkan durasi hingga 30 menit. Kesimpulan yang ditarik adalah di tengah tahap editing, terdapat preview atau pratinjau video yang telah diedit. Pratinjau tersebut untuk memotong durasi dan melihat apakah masih ada kekurangan dalam video tersebut. Pratinjau tersebut dilakukan oleh produser madya Lentera Indonesia. v. “Iklannya sudah mulai masuk. Sudah kebanyakan iklan-red, jadi durasi tayangan dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi, lah, 41 ” ungkap Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia kepada penulis. Hasil wawancara tersebut direduksi menjadi: 1. Iklan mulai masuk selama penayangan Lentera Indonesia tiap akhir pekan; 2. Pemotongan durasi karena waktu tayang selama 30 menit harus dibagi dengan iklan; 3. Lentera Indonesia dikatakan sebagai tayangan semi-dokumenter. 41 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 Penyajian datanya adalah pengurangan durasi tayang tersebut dikarenakan iklan yang sudah mulai masuk. “Sudah kebanyakan iklan jadi durasi harus dikurangi. Kalau dokumenter murni kan nggak mau ngalah sama iklan. Nah, karena kita industri, ya kita harus banyak kompromi,” 42 . Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa Lentera Indonesia dikatakan sebagai program semi-dokumenter. Kesimpulannya adalah bahwa Lentera Indonesia merupakan berita dokumenter yang berjenis semi-dokumenter karena telah disisipi iklan pada masa penayangannya. Sehingga durasi 30 menit pun diperpendek menjadi 26 menit. w. “File editing setelah selesai diedit disimpan di MCR sebelum ditayangkan di hari Sabtu dan Minggu. Project editing sampai master on-air semuanya di master control room, sampai nanti ada ARC, ARC itu archive,” 43 . Hasil wawancara dengan Satria Purnatama tersebut direduksi menjadi file editing disimpan di master control room MCR sebelum ditayangkan. Sedangkan penyajian datanya adalah setelah project editing selesai dikerjakan seluruhnya, project editing hingga master on air disimpan di master control room MCR, atau ruang kendali utama tayangan di sebuah stasiun televisi. Maka kesimpulanya ialah file editing tidak ada yang disimpan di dalam komputer edit. Data 42 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 43 Satria Purnatama, Produser Madya Lentera Indonesia, Jakarta, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2015 yang sudah diedit akan dikirim ke ruang MCR sampai penayangan di akhir pekan.

C. Kendala dan Tantangan Produksi Program Lentera Indonesia